Ironi Kenakalan Remaja di Surabaya, Haus akan Eksistensi Diri dan Mulai Meninggalkan “Petuah” Tuhan sebagai Kompas Hidup

Kenakalan remaja di Petemon Surabaya semakin marak. MOJOK.CO

ilustrasi - remaja di Surabaya kehilangan jati diri. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Petugas keamanan di Petemon, Surabaya mengungkap kenakalan remaja makin marak terjadi. Mulai dari mabuk, tawuran, hingga pernikahan dini. Alih-alih langsung menjeratnya dengan hukuman, mereka memilih bersinergi dengan masyarakat sekitar untuk melakukan pembinaan moral. Salah satunya bersama Yayasan Al Kahfi Cabang Surabaya 3.

Hidup di lingkungan Dolly

Lahir dan tumbuh di lingkungan yang kurang baik tak membuat Sidik ikut arus. Justru dari sana ia menemukan eksistensi diri dan tujuan hidupnya. Mau tidak mau, pemuda asal Surabaya itu harus mampu menjaga diri dalam lingkungan sosial Dolly. Tempat lokalisasi pelacuran terbesar di Asia Tenggara, sebelum tutup pada 18 Juni 2014.

Sehari-hari, Sidik yang masih remaja harus melihat orang mabuk-mabukan sambil diiringi orkes. Di sekeliling mereka terdapat perempuan yang menari. Sesekali mereka mengambil saweran uang yang diberikan oleh para pemabuk. 

Beruntung, Sidik lahir dari lingkungan keluarga yang disiplin sehingga terhindar dari pengaruh buruk. Pernah suatu kali ia menolak sekolah di negeri dan memutuskan belajar di sekolah swasta karena ia sudah punya tujuan. Mulanya, keinginan itu ditolak oleh bapaknya karena takut Sidik menjadi anak yang ugal-ugalan.

Padahal, Sidik ingin masuk militer. Keinginannya itu muncul berkat pengalamannya pergi dengan sang paman. Sidik yang kerap melihat kenakalan remaja di sekitarnya, jadi terinspirasi untuk menghindar dari hal tersebut berkat pamannya yang seorang TNI.

“Saya dibonceng paklik yang seorang militer. Waktu itu dia bilang begini ‘Le, awakmu engkok lak gede koyok paklik ngunu lo. Coba lihat orang-orang, semua lihat (kagum) ke kita to?’” ujar Sidik Triwaluyo, Pembantu Letnan Satu Bati Tuud Koramil 0830-14/Sawahan di Hotel Great Diponegoro, Surabaya pada Sabtu (9/8/2025).

Di sana, Sidik menjadi salah satu narasumber dalam acara “Sarasehan” yang diadakan oleh Yayasan Al Kahfi Cabang Surabaya 3. Di hadapan guru dan para siswa SMA yang hadir, Sidik bercerita tentang upayanya keluar dari lingkungan buruk, agar tak ada lagi kenakalan remaja mulai dari tingkat ringan hingga ekstrem. 

“Dari sanalah saya jadi punya mimpi. Maka untuk meraih mimpi saya, saya harus menerapkan perilaku disiplin. Tidak boleh mencacatkan diri, misal naik motor harus hati-hati, tidak merundung, dan lain sebagainya,” kata Sidik.

Kenakalan remaja Surabaya di tingkat ekstrem

Di samping Sidik, Bhabinkamtibmas Kelurahan Petemon Polsek Sawahan, Ari Jatmiko pun ikut menyimak. Ia lalu menceritakan soal kasus kenakalan remaja yang sering ia tangani khususnya di Petemon Surabaya. Salah satunya seperti cerita Sidik tadi. Banyak sekali remaja yang mabuk-mabukan alih-alih belajar.

“Banyak juga yang pakai sepeda motor dengan knalpot brong, tawuran menggunakan senjata tajam, bahkan ada yang maaf, married by accident (MBA). Jadi yang laki-laki berusia 17 tahun dan perempuan berusia 15 tahun,” ujar Ari.

Tak hanya itu, petugas Satpol PP Goes to Scool, Seven Juni Manurung yang juga menjadi pembicara dalam acara tersebut berujar, ia pernah mendapat laporan soal remaja yang melakukan video call sex (vcs).

“Kami punya yang namanya rumah perubahan dan ada juga kasus pornografi yang kami tangani. Kalau mereka bilang, ‘enggak Kak vcs itu video call sholawatan’,” ujar Seven disambut tawa hadirin, “Luar biasa memang mereka itu kalau membuat istilah,” lanjutnya.

Sementara itu, Ari berujar bisa saja petugas keamanan menjerat pidana para remaja tersebut, tapi ia mengaku tidak tega. Sebab akan riskan bagi masa depan mereka. Oleh karena itu, alih-alih menjatuhi hukuman, ia sejatinya lebih memilih melakukan pembinaan moral jika pelanggaran yang dilakukan tergolong ringan.

Remaja adalah masa-masa krusial

Pendiri ASIEQ Educare sekaligus psikolog, Suryatiningsih mengakatan perlu adanya keselarasan antara pikiran, tubuh, dan jiwa dalam remaja. Sebab, remaja adalah masa yang krusial. Di masa itu, mereka mengalami badai dan tekanan yang luar biasa.

Mereka juga mulai skeptis tentang nilai baik dan buruk terhadap suatu aturan. Bahkan sampai bertanya soal manfaat menjalankan ibadah sebagai orang yang beragama. 

“Ini benar nggak sih agamaku? Misalnya kalau dalam Islam, ini benar nggak sih aku harus salat lima waktu? Atau untuk umat Kristiani, kenapa sih aku harus ke gereja rutin berdoa kepada Tuhan? Untuk apa sih semua itu?” ujar Bunda Yanti, sapaan akrabnya.

Masalahnya, kata dia, remaja tidak diimbangi dengan kemampuan proses berpikir yang matang. Efeknya juga berpengaruh kepada ketahanan jiwa sehingga menimbulkan kenakalan remaja di tingkat ringan hingga ekstrem. 

Memahami Tuhan dengan benar

Sementara itu, Ketua Yayasan Al Kahfi Cabang Surabaya 3 Petemon, Endang Sukmayanto berujar selama 35 tahun yayasan itu berdiri, mereka sudah melakukan program pembinaan moral kepada remaja. Terutama untuk membantu mereka menemukan eksistensi dirinya.

“Menurut pengamatan kami, penyebab kenakalan remaja ini memang terjadi di masa krisis identitas sehingga mereka ingin mencari siapa aku?,” kata Endang.

Pertanyaan itu sering kali muncul saat remaja mulai mencari jati dirinya. Maka, dengan mengetahui tujuan hidupnya, mereka tidak akan terjerumus ke kerusakan remaja. Sebab sejatinya mereka hanya perlu kompas penunjuk arah, untuk apa mereka diciptakan?.

“Kalau tadi Pak Sidik bercerita ia ingin jadi tentara dan kemudian mimpi itu terus ia pegang sehingga membentuk perilakunya menjadi disiplin, bahkan menghindari bentuk kriminal, maka poin itu juga yang hendak kami tuju,” ujar Endang.

Yayasan Al Kahfi Cabang Surabaya 3 Petemon sendiri mencoba mengajak para remaja untuk menemukan tujuan hidup mereka, serta makna dia lahir sebagai manusia. Karena yang menciptakan kehidupan ini tidak terlepas dari eksistensi Tuhan, maka remaja pun harus memahaminya agar tidak terjebak pada kenakalan.

“Ketika mereka paham Tuhan itu hadir di dalam dirinya, maka, kalau dalam bahasa kami, mereka akan terkontrol. Seolah-olah Tuhan ada di sini, sehingga bagaimana kami mengajak remaja ini untuk menyadari bahwa nilai ketuhanan itu begitu penting bagi kita untuk memahami kehidupan,” ujar Endang.

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Teman Manusia Jogja Ajak Tengok Anak Kecil dalam Diri Dewasa Kita, Tanggalkan Beban untuk Lebih Kuat Jalani Kehidupan atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

Exit mobile version