Kehidupan seorang pekerja koperasi
Sepertinya pencarian perlu saya alihkan lewat penelusuran maya. Sampai akhirnya, tersambung lah saya dengan sosok bernama Gamawan (21). Lelaki ini saat ini bekerja di sebuah KSP di Cilacap, Jawa Tengah.
Saat saya hubungi, ia mengirimkan video sedang bekerja di lapangan. Tampak sebuah motor bebek dan penunggangnya yang sedang mengenakan celana kain berbalut sepatu hitam. Akhirnya kami memutuskan untuk berbincang ketika malam.
Ia baru memberi kabar sekitar pukul 18.30. “Sudah sampai mess nih,” katanya di WhatsApp.
Sehari-hari ia bekerja berkeliling dari rumah ke rumah menawarkan produk jasa keuangan dari KSP. Berangkat ketika pagi dan pulang petang sudah menjelang.
Sebagai pegawai koperasi, dalam sepekan setidaknya ia menyambangi sekitar 70 rumah. Posisinya sebagai Petugas Dinas Lapangan (PDL) membuat Gama bertanggung jawab untuk urusan penawaran, pencairan, perkembangan, sampai penarikan dana langsung ke pelanggan.
“Kerja di koperasi, selain butuh mental juga perlu kreativitas,” ujarnya.
Saat bertemu dengan calon nasabah ia perlu membuka obrolan secara cantik. Tidak bisa langsung menyodorkan penawaran pinjaman begitu saja.
“Kita berangkat dari ngobrolin apa aja yang lagi ramai, lalu baru masuk ke kebutuhan mereka soal uang,” paparnya.
Misalnya, mendekati HUT RI, ia menanyakan ke pemilik warung ketersediaan stok barang yang biasanya ramai dibeli untuk perayaan di Hari Kemerdekaan. Baru setelah itu masuk ke soal keperluan untuk modal. Jika terlihat butuh, baru ia menawarkan program dari KSP.
“Ada program mingguan ada yang bulanan,” katanya.
Seringkali ia mendapati penolakan. Namun, baginya itu hal yang lumrah. Lewat deretan penolakan itu ia bisa belajar memetakan tipikal orang yang bisa ia tawari pinjaman dan yang tidak. Biasanya, ibu-ibu lebih mudah untuk meminjam uang.
Bersama Honda Revo taklukkan medan terjal
Rute jelajah Gama juga tidak dekat. Ia berkantor di Majenang, Cilacap namun bisa menjelajah sampai Banjar, Ciamis, hingga Tasikmalaya Jawa Barat. Setiap hari pulang dan pergi.
Ia tinggal di sebuah mess bersama sekitar 25 karyawan. Pagi hari setelah mendapat jatah sarapan ia akan mulai berangkat ke lapangan.
Di jalanan medan tidak selalu berupa aspal mulus. Cilacap bagian barat terkenal dengan kontur perbukitan. Tak jarang Gama harus menempuh rute yang bukan beralaskan aspal maupun cor-coran, melainkan tanah dan bebatuan. Setahun pertama ia menempuh semua medan itu dengan Honda Revo 110.
“Pernah sekali nggak kuat nanjak di gunung. Dituntun akhirnya,” kenangnya tertawa.
“Di sana banyak jalan yang wujudnya nggak kayak jalan,” sambungnya.
Di tempatnya memang ada hierarki soal kendaraan lapangan. Buat PDL sepertinya, kendaraan inventaris dari kantor biasanya Honda Revo 110 atau Supra X 125. Selanjutnya untuk analis juga masih menggunakan Supra X.
“Kalau sudah bagian audit bisa dapat CBR 150. Kalau kepala bawanya sudah mobil,” paparnya.
Ia pernah mengalami satu tahun bersama Revo. Di tahun kedua menjadi pegawai koperasi hingga saat ini ia lebih banyak mendapat jatah mengendarai Supra X.
Sebagai pegawai koperasi, ia punya satu prinsip yakni bukan hanya badan yang fit namun juga motor. Sebab keduanya sama-sama menunjang vitalitas kerja di lapangan. Demi bisa mengejar target capaian di akhir bulan.
Reporter: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono