Bandung punya banyak kampus, dan tak sedikit di antaranya yang memiliki kisah-kisah mistis berjumpa dengan makhluk tak kasat mata. Ia menampakkan dirinya di hadapan mahasiswa-mahasiswa yang ‘beruntung’, entah yang memiliki ‘kemampuan istimewa’, atau yang biasa-biasa saja.
***
Kisah horor di kampus-kampus Kota Kembang sudah jadi rahasia umum, bahkan telah menjadi legenda urban. Terasa kurang afdol bila ada mahasiswa tidak mengetahui seluk-beluk kisah mistis yang beredar di kampusnya. Di kampus UPI misalnya, salah satu kisah paling terkenal ialah penampakan Noni Belanda dan suara denting piano dari Gedung Isola—bangunan peninggalan era kolonial dan yang tertua di kompleks UPI.
Warisan kolonialisme ini juga menjadi benang merah dalam kisah horor di kampus Unisba. Konon kampus Unisba di bilangan Tamansari berdiri di atas lahan bekas kuburan Belanda. Salah satu hantu ikonik di Unisba pun berwujud Noni Belanda, juga berada di salah satu gedung tertua dan terbesar kampus Unisba. Selain Noni, ada juga sosok kuntilanak yang katanya suka terlihat di sekitar kampus ini.
Bergerak 1,5 kilometer ke arah utara dari kampus Unisba, ada kisah kuntilanak terbang yang beredar di antara sivitas akademika Kampus Gajah, ITB. Sosok ini konon bergentayangan di Jalan Tamansari, tepatnya belakang bangunan kuliah mahasiswa Teknik Sipil ITB. Di ITB, Bahkan ada daftar yang disusun mengenai tempat angker di ITB. Tempat-tempat itu antara lain kawasan Jalan Siliwangi, Studio FSRD, Lab Mesin, Labtek 2, Gedung Pusat Antar Universitas (PAU), dan lain-lain.
Gedung PAU disebut sebagai salah satu yang paling angker. Sama dengan gedung Unisba, Gedung PAU ini merupakan gedung tertinggi. Konon di sana pernah ada kejadian mahasiswa bunuh diri dengan cara melompat dari atap gedung. Titimangsa dan kebenaran peristiwa ini tak jelas alias sumir. Kabarnya, penampakan seringkali muncul terutama di lantai 8 gedung ini.
Kisah arwah mahasiswa bunuh diri ini juga ada di kampus Unpad. Mahasiswa tersebut konon bunuh diri dengan melompat dari lantai paling atas asrama wanita di dalam kampus Unpad pada tahun 1999. Arwah mahasiswa tersebut memperlihatkan wujudnya beberapa tahun kemudian. Ada juga kisah horor di Jembatan Cincin, serta hantu dalam rupa sesosok nenek di Gedung Pusat Studi Bahasa Jepang (PSBJ) Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unpad Jatinangor.
Bergeser ke ISBI, ada cerita suara gamelan yang kerap terdengar di malam hari atau saat kampus sedang sepi. Di kawasan Dipatiukur, ada cerita hantu kuntilanak juga dari Unikom. Di Maranatha, ada kisah seorang mahasiswa kedokteran mendapat kunci jawaban ujian dari sosok kakek yang telah meninggal. Ada juga kisah tentang lift Grha Widya Maranatha yang selalu berhenti di lantai 7 meski tak ada orang yang hendak naik atau berhenti.
Sosok-sosok hantu yang kerap menampakan diri itu berupa kuntilanak atau ragam sosok perempuan berambut panjang, sosok tua, dan korban bunuh diri. Lantas, benarkah kisah-kisah horor itu terjadi?
Tilikan praktisi
Bila merujuk pada kesaksian yang dikisahkan via catatan blog atau siniar, kisah ini jelas-jelas dirasakan oleh mereka yang ‘beruntung’ atau ketiban apes. Pegiat Komunitas Wisata Mistis Bandung (Wismis), Kharisma Rama Putra, mengatakan keberadaan makhluk-makhluk astral ini memang benar adanya. Kharisma bersama pegiat Wismis lain cukup sering melakukan ekspedisi ke tempat-tempat istimewa dan bersejarah, tak terkecuali kampus.
Berdasarkan pengalaman dan amatan dalam sejumlah ekspedisi, makhluk-makhluk halus ini kerap menampakkan dirinya dalam rupa yang persis dalam kisah-kisah legenda urban kampus Bandung yang berseliweran. “Betul bahwa makhluk-makhluk itu ada. Penampakannya sama persis dengan sosok di dalam kisah yang beredar,” kata Kharisma yang punya kemampuan melihat makhluk tak kasat mata, saat bercerita kepada Mojok.
Dengan kata lain, hantu-hantu macam Noni Belanda, kuntilanak terbang, atau sosok mahasiswa yang konon adalah korban bunuh diri, memang suka menampakkan diri. Lantas siapakah mereka? Apakah arwah penasaran yang tidak diterima Bumi ala kisah-kisah sinetron azab di layar televisi, atau sosok yang dalam khazanah spiritual Islam disebut dengan makhluk gaib, semisal jin?
Tentang ini, dia mengatakan bahwa hantu-hantu itu bukanlah arwah penasaran yang bergentayangan, melainkan sosok makhluk halus sebangsa jin. Kharisma berkata, makhluk sebangsa jin ini punya kemampuan untuk berubah-ubah wujud. Mereka juga punya kebiasaan untuk menampakkan diri. Tujuannya beragam, ada yang sekadar iseng, ingin memberi pelajaran, atau juga kepengin eksis.
Ya, ternyata bukan cuma manusia saja yang punya sifat-sifat narsistik, makhluk sebangsa jin ini juga punya obsesi yang kurang lebih mirip. “Hampir sama dengan kita, di dunia mereka juga ada yang seperti itu (ingin populer). Kalau berhasil nakut-nakuti manusia, mereka senang dan akan semakin dikenal,” katanya.
Lebih canggih lagi, mereka juga cukup aktif mengamati isu-isu up to date di dunia manusia. Makhluk-makhluk ini tahu kisah-kisah hantu yang berkeliaran di kampus serta orang-orang yang ketakutan karenanya. Karena itulah mereka terus menampakkan diri. Dengan kata lain, ada semacam dialektika resiprokal antara legenda urban tentang hantu dan penampakan hantu kampus-kampus di Bandung.
“Sebetulnya mereka juga tahu dan mengamati apa yang sedang ramai dibicarakan manusia, termasuk kisah hantu-hantu. Makanya kalau ada kisah atau kejadian seram baru yang ramai, itu suka tiba-tiba ada penampakannya. Karena mereka juga mengamati,” ujar Kharisma.
Yang paling seram
Setiap orang tentu punya versi masing-masing tentang kisah atau kampus mana yang paling angker. Lantas, kampus manakah yang paling angker menurut praktisi mistis? Kharisma berkata, jawabannya adalah Unpad Jatinangor. Lokasi spesifiknya yaitu Jembatan Cincin Cikuda.
Buat yang belum familiar, Jembatan Cincin ini dikenal angker lantaran kisah sosok hantu wanita yang kerap menangis. Konon hantu itu adalah korban bunuh diri yang melompat dari atas jembatan. Selain itu, katanya jembatan ini banyak memakan korban jiwa saat dibangun. Salah satu pemicunya, karena sistem kerja rodi di masa kolonial.
Sebagaimana telah disinggung bahwa makhluk-makhluk gaib mengamati isu-isu seputar hantu di kalangan manusia, hal tersebut turut mempengaruhi cara bertindak hantu-hantu, termasuk dalam memilih tempat untuk melancarkan aksinya. Jembatan Cincin dipilih untuk jadi lokasi beraksi lantaran sudah dicap angker dan punya nilai sejarah.
“Di situ bahkan ada semacam kerajaan makhluk sebangsa jin,” kata Kharisma, sambil menegaskan bahwa pemilihan Jembatan Cincin sebagai lokasi kerajaan ikut dipengaruhi narasi mistis dan sejarah yang dibuat orang-orang.
Kisah kesurupan
Kehadiran makhluk tak kasat mata ini tak cuma dirasakan dan diamati lewat indera penglihatan. Modus paling umum yang biasanya terjadi ialah melalui peristiwa kerasukan atau kesurupan. Kesurupan terjadi saat tubuh seseorang dimasuki seusatu yang dipercaya sebagai ‘ruh makhluk halus’. ‘Ruh’ yang merasuki tubuh, punya kendali atas tubuh tersebut.
Dalam film atau legenda urban, ‘ruh’ yang merasuki biasanya akan bercerita tentang berbagai hal, mulai dari kisah hidup ‘ruh’ di masa lalu, cerita dendam kesumat, alasan kenapa ia meninggal, atau memberikan semacam wasiat dan wejangan.
Pengalaman kesurupan ini jadi unsur lain yang jamak dikisahkan dalam kisah-kisah horor kampus di Bandung. Dari sekian banyak kisah, Ananda Muhammad Firdaus pernah bersentuhan langsung dengan salah satu di antaranya.
Diceritakan Ananda, pengalaman itu terjadi pada kisaran tahun 2014. Saat itu, dia berkuliah di Unisba, salah satu kampus yang dikenal dengan kisah Noni Belanda. Pada suatu malam yang sudah larut, Ananda bersama kawan-kawannya mengikuti diskusi filsafat di area kampus. Tepatnya di salah satu ruangan di lantai dua Gedung Aquarium Unisba.
Kegiatan diskusi diikuti oleh sekitar 15 orang, dimulai dari pukul sembilan malam dan baru tuntas selepas subuh. Diskusi ini berjalan panjang bukan karena ada debat alot di antara mahasiswa, tapi lantaran diinterupsi oleh ‘tamu-tamu tak diundang’.
Penuturan Ananda, empat peserta diskusi mengalami kesurupan. Mereka kesurupan setelah melakukan permenungan metafisika setelah membincangkan dan menafsir konstruksi filsafat wujud Mulla Sadra. Peristiwa kesurupan ini dimulai sekitar pukul tiga dini hari. Kata beberapa mentor yang punya ‘kemampuan istimewa’, Ananda bercerita, beberapa di antara mereka kecolongan membayangkan sosok yang tidak-tidak.
Datanglah sosok yang tidak-tidak itu secara berkomplot, bikin suasana jadi tidak karuan. Mereka merasuki empat orang mahasiswa. Tiga orang kesurupan sekali, satu orang kesurupan tiga kali. Para mahasiswa dibikin sibuk malam itu, termasuk Ananda, yang kebagian jatah memegangi korban kesurupan sambil merapal doa-doa untuk mengusir mereka.
“Saya bantu megangin yang kemasukan. Sempet cemas, tapi kata mentor harus tenang dan fokus. Jadi saya pegangin sambil babacaan (berdoa),” katanya.
Satu mahasiswa yang kesurupan tiga kali, sempat dirasuki arwah mendiang kakeknya yang belum lama meninggal dunia. Saat rentetan tiga kali kesurupan itu, Ananda bersaksi, tubuh si mahasiswa sempat terlihat terangkat. “Yang kesurupan tiga kali sempat terlihat mau melayang, pantat dan kepalanya nempel, tapi punggung dan kaki terangkat,” kisah Ananda.
Separo dari peserta diskusi malam itu punya ‘kemampuan istimewa’. Penuturan mereka, kata Ananda, sosok-sosok hantu khas Indonesia juga muncul. “Kata mentor yang bisa ngeliat, ada banyak, kuntilanak merah, pocong, pasukan kerajaan baheula (zaman dahulu), siluman bagong (babi hutan),” katanya.
Gedung Aquarium ini memang jadi salah satu yang paling angker di Unisba, kata Ananda. Selain lantaran berstatus sebagai salah satu gedung terbesar, juga merupakan bangunan tertua. Gedung ini berjumlah empat lantai. Di setiap lantai, ada penghuni dan kisah horor masing-masing. Di lantai satu, konon ada sosok hantu kuntilanak di WC perempuan, kisah kesurupan di lantai dua, kuntilanak lagi di lantai tiga, dan Noni Belanda di lantai empat.
Ditilik dari kacamata praktisi mistis, peristiwa kesurupan ini memang bisa terjadi lantaran makhluk gaib dapat memasuki tubuh manusia. Walau sering kali ditemukan kisah kesurupan ‘ruh’ leluhur atawa nenek moyang, kebanyakan dari mereka cuma ngaku-ngaku. “Yang terjadi itu bukan dimasuki arwah sosok yang sudah meninggal, tapi kebanyakan sebangsa jin yang ngaku-ngaku,” kata Kharisma.
Dalam tilikan Kharisma, makhluk sebangsa jin ini punya kemampuan mengumpulkan informasi sosok yang hendak ia perankan saat memasuki tubuh seseorang. Itulah penjelasan Kharisma tentang mengapa sosok-sosok gaib ini cakap berbicara tentang kisah masa lalu orang meninggal yang diperankan.
Selain pandangan Kharisma, keyakinan tentang eksistensi arwah sosok yang telah meninggal juga ada dan berkembang. Dalam versi ini, arwah diyakini dapat menampakkan diri sebagai hantu dan juga memasuki tubuh seseorang.
Walau meyakini hantu atau makhluk halus yang merasuki manusia kebanyakan merupakan sejenis jin, tapi Kharisma berkata bahwa arwah dari sosok yang telah meninggal bukan tidak ada sama sekali. Tapi eksistensi arwah itu terbatas pada sosok-sosok istimewa yang terpilih, dan punya semacam tugas dan misi bagi peradaban, seperti para wali.
Pandangan dari kacamata ilmu humaniora
Kenapa kisah-kisah hantu bisa muncul dan digandrungi? Sudah bukan rahasia bahwa ide tentang kekuatan supranatural yang ada di luar jangkauan dan nalar manusia. Kemunculan ide-ide tentang entitas supranatural ini boleh jadi seumur dengan usia peradaban manusia itu sendiri.
Persentuhan manusia dengan hal-ihwal yang gaib juga sudah berlangsung sejak zaman antik. Kisah-kisah dewa di zaman Yunani Kuno, kitab suci agama-agama, hingga naskah Macbeth atau Hamlet, semua memiliki unsur-unsur supranatural—dalam pengertiannya yang longgar—yang kental. Kisah-kisah itu terus bertahan dan mendapat banyak penggemar di era modern.
Dalam konteks kisah hantu kampus, Dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI), Suma Riella Rusdiarti mengatakan legenda urban tentang hantu ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keseharian masyarakat perkotaan, laiknya rumor, anekdot, atau kisah naratif lainnya yang selalu hadir bergantian.
Kehadiran cerita-cerita hantu kampus mudah saja dipahami karena legenda urban selalu melibatkan ruang dan produk budaya perkotaan, seperti taman kota, tempat pemakaman umum (TPU), rumah, apartemen, sarana transportasi, makanan populer, peristiwa populer, termasuk rumah sakit, penjara, dan kampus-kampus populer.
“Jadi keberadaan legenda urban di kampus bukanlah sesuatu yang khas,” kata Suma Riella kepada Mojok.
Kenapa kampus-kampus menjadi lahan yang subur bagi perkembangan kisah-kisah hantu? Padahal kampus identik sebagai komunitas ilmiah, sedangkan hantu-hantu dipandang sebagai fenomena tidak ilmiah bila merujuk pada pandangan-pandangan ilmiah arus utama?
Tentang ini Suma Riella berpendapat bahwa fenomena tersebut tidak bisa dilepaskan dari konteks kepercayaan terhadap hal ihwal berbau mistis yang masih menjadi bagian dari keseharian masyarakat Indonesia, tak terkecuali mahasiswa-mahasiswa. Bahkan legenda urban, termasuk narasi folklor hantu atau kisah-kisah supranatural, menjadi semacam kebutuhan buat masyarakat perkotaan.
“Oleh karena itu, meskipun kampus sering dianggap sebagai representasi masyarakat berpendidikan, rasional dan ilmiah, namun kebutuhan akan cerita-cerita yang menantang batas antara rasionalisme dan irasionalisme tetap ada,” katanya.
Bukan cuma mahasiswa Bandung saja yang gandrung akan cerita horor. Kisah hantu ini sudah beredar luas di hampir setiap kampus yang ada di Indonesia. Bahkan sudah ada yang menerbitkan penelitian ilmiah, tentang Hantu Merah di UI misalnya, atau hantu-hantu kampus di Surabaya.
Di negara-negara Barat yang sering dijadikan kiblat budaya ilmiah, gejala gemar dan percaya akan hantu juga lumrah saja. Survei yang diterbitkan Ispos pada 2019 menyebut 46% warga Amerika Serikat percaya bahwa hantu itu nyata. Sementara itu, di Inggris, sebuah survei di tahun 2017 mengungkap 33% atau sepertiga penduduk Inggris Raya percaya pada hantu atau unsur paranormal sejenis.
Kegandrungan terhadap hal-hal berbau hantu juga bisa dilihat dari produk budaya populer seperti film Paranormal Activity, Ghostbuster, serta The Ring yang booming, atau perayaan Halloween yang masih semarak setiap tahun misalnya. Bahkan, kisah-kisah hantu di kampus juga muncul dan dijadikan bahan penelitian serius.
Bukti lainnya bahwa cerita horor ini memiliki banyak penggemar dapat dilihat dari masih tenarnya siaran radio dan siniar. Dalam konteks Bandung, ada program Nightmare Side Ardan Radio atau Bandung Ghost Story (BGST). Kedua program ini selalu laris manis dan terus bertahan.
Diakui atau tidak, repetisi dan reproduksi kisah yang terus dilakukan membuat cerita-cerita hantu tetap awet, baik melalui kisah oral dari senior kampus, atau melalui radio, siniar dan film. Kisah hantu di kampus-kampus Kota Kembang ini sudah menjadi bagian dari budaya populer.
Suma Riella berpendapat adaptasi legenda urban ke dalam budaya populer merefleksikan kepercayaan-kepercayaan tradisional dan kontemporer yang beredar dalam masyarakat. “Legenda urban sering diangkat karena lebih menarik perhatian dan berhubungan erat dengan ketakutan-ketakutan yang sehari-hari harus dihadapi oleh masyarakat perkotaan yang sudah sedemikian kompleks,” sebut Suma Riella.
Selain menarik dan lekat dengan kehidupan sehari-hari, legenda-legenda urban atau mitos masa kini pada umumnya memiliki fungsi tertentu bagi seseorang. Ia merupakan sebuah mekanisme yang dipakai masyarakat untuk menyembunyikan atau melupakan kecemasan, ketakutan, fantasi, penolakan, dan keinginan membuat wacana baru yang tidak mendapat tempat dalam wacana dominan yang muncul di permukaan.
“Artinya mekanisme legenda urban memberi ruang pada wacana-wacana yang terepresi untuk muncul, meskipun dalam bentuk cerita-cerita lisan atau reproduksinya dalam beberapa produk budaya.”
Reporter: Hengky Sulaksono
Editior: Purnawan Setyo Adi