Kerja di Pasar Minggu Jakarta Selatan Bikin Tak Tahan meski Gaji Besar, Pilih Buka Warung Siomay di Jogja dan Berujung Hidup Nyaman

Ilustrasi - Tinggalkan gaji besar Pasar Minggu Jakarta Selatan, hidup nyaman buka warung siomay di Jogja. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Kerja di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, sebenarnya sangat menjanjikan. Sebab, mendapat gaji yang jauh di atas UMR Jogja. Namun, pemuda asal Jogja memilih tinggalkan keuangan menjanjikan itu dan justru menemukan ketenangan saat buka warung siomay di Kota Pelajar. Menurutnya, Pasar Minggu, Jakarta Selatan kelewat rusuh untuk ia tinggali.

***

Di sekitaran Jalan Damai, Ngaglik, saya sebenarnya punya Warteg langganan. Namun siang itu, Kamis (11/7/2024) menjelang pukul 12.00 WIB, saya yang awalnya hendak mampir makan siang di sana malah terhenti di sebuah warung siomay.

Tertulis “Siomay & Batagor Raos Bandung” di banner biru warung yang sudah pudar dan sobek-sobek di beberapa sisi.

Saat berhenti, seorang pemuda 24-an tahun—penjaga warung siomay—sedang duduk memandangi layar HP-nya sembari sesekali menyesap sebatang rokok yang terselip di dua jari tangan kanannya.

Ada beberapa deret meja dan kursi di warung siomay Jalan Damai, Jogja, tersebut. Hanya saja, saat saya berhenti di sana, kursi-kursi itu kosong: tidak ada pembeli yang sedang menghadap piring.

Tinggalkan Gaji Besar Pasar Minggu Jakarta Selatan pilih Hidup Tenang Buka Warung Siomay di Jogja. MOJOK.CO
Warung siomay Arip di Jalan Damai, Ngaglik, Jogja. (Aly Reza/Mojok.co)

“Seporsi, Mas, makan sini aja,” pinta saya pada pemuda itu. Ia dengan sat-set langsung menyiapkan sepiring siomay untuk saya. Saat saya menikmati sepiring siomay pesanan saya, ia kembali duduk menatap layar, sambil sesekali menatap hilir mudik di Jalan Damai, Jogja.

“Oh boleh, Mas. Saya malah seneng ada temen ngobrol,” ujar pemuda yang kemudian saya tahu bernama Arip itu saat saya mohon izin untuk sebat dan santai sejenak di warung siomay-nya. Obrolan pun mengalir.

Tawaran gaji besar di Pasar Minggu Jakarta Selatan

Arip asli Kulon Progo, Jogja. Jauh sebelum sekarang buka warung siomay di Jalan Damai, ia sempat mencicipi hidup di Jakarta Selatan. Persisnya di Pasar Minggu.

“Aku lulus SMA itu 2019 apa ya. Nah itu nganggur dulu. Terus justru pas Covid-19, 2020-an awal berarti, aku ikut saudara. Ada tawaran kerja di Pasar Minggu. Kerja bengkel,” ucap Arip dalam obrolan yang berangsur menjadi lebih deep.

Kalau bicara soal gaji, tentu jangan ditanya. Arip tak menyebut angka persis upah yang ia terima selama kerja bengkel di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Yang jelas, ia menyebut tak kurang dari UMR Jakarta.

Akan tetapi, Arip mengaku tak bisa menikmati gaji besar tersebut. Ia yang terbiasa dengan “hidup tenang” di Kulon Progo, Jogja, tiba-tiba harus berhadapan dengan kawasan Pasar Minggu yang rusuh.

“Sering banget ada tawuran, Mas, di kawasan Pasar Minggu. Nah, bengkel tempatku kerja itu kan berhadapan langsung dengan jalan yang sering jadi arena tawuran,” ungkap Arip sambil mengusap-usap kepala.

Pasar Minggu Jakarta Selatan langganan tawuran

Merangkum dari berbagai pemberitaan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan memang menjadi semacam arena tawuran antar remaja dari tahun ke tahun. Coba saja ketik “tawuran di Pasar Minggu”. Tersaji riwayat tawuran demi tawuran yang terjadi di Pasar Minggu dari tahun ke tahun.

Paling baru adalah pada 30 Juni 2024 lalu. Menjelang Subuh, sekelompok remaja terlibat saling serang di depan Halte Pomad. Beruntung Polisi setempat langsung bertindak dan berhasil membubarkan aksi tawuran tersebut.

Ngerinya, delapan remaja yang diamankan kedapatan membawa senjata tajam dan stik golf untuk saling pukul.

“Kalau ngerusak parah (bengkel) sih, nggak. Cuma kadang kalau ada tawuran ya kena lemparan batu-batu. Memang nggak ngerusak bengkel, tapi kan jadi nggak tenang,” kata Arip. Situasi rusuh yang nyaris tak pernah ia temukan di Kulon Progo, Jogja.

Buka warung siomay di Jogja

Pada awal 2023, Arip memutuskan untuk pulang saja ke Jogja. Ia lalu mengurus cabang warung siomay yang sudah dirintis oleh sang kakak.

“Jadi dulu kakakku kerja di Bandung, jualan siomay juga. Terus bisa bikin sendiri, to, akhirnya buka warung siomay sendiri di Jogja,” beber Arip.

Untuk penghasilan, kata Arip memang tidak bisa dibandingkan antara gaji yang pernah ia terima di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, dengan saat buka warung siomay di Jogja.

Warung siomay Arip di Jalan Damai, Ngaglik, Jogja. (Aly Reza/Mojok.co)

“Tapi setidaknya di sini (Jogja) lebih tenang, Mas, urip ayem,” tutur Arip dengan asap rokok mengepul dari mulutnya. Lebih penting lagi ia kini bisa dekat dengan orang tua dan keluarga, sehingga jauh lebih ayem. Setidaknya juga, warung siomay miliknya tak kena lemparan batu remaja tawuran seperti yang ia alami di bengkel Pasar Minggu.

Saat azan Zuhur berkumandang, pembeli datang silih berganti. Terutama dari kalangan ojek online (ojol) dan driver jasa antar makanan. Menimbang situasi warung siomay Arip yang membuatnya tampak sibuk melayani pembeli seorang diri, saya memutuskan berpamitan.

Kepada Arip saya minta persetujuan untuk bakal sering-sering mampir makan siomay di warung yang ia jaga di Jalan Damai, Jogja, tersebut. Ia tak keberatan.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Hammam Izzuddin

BACA JUGA: Siomay Hidden Gems di Jogja yang Penjualnya Dapat Resep Rahasia dari Pemilik Warung Siomay Legendaris di Bandung

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

 

 

 

 

 

Exit mobile version