Iwak Kali Bu Jasman, Warung Langganan Emha Ainun Najib yang Ramainya Pernah Kalahkan Soto Kadipiro

Iwak Kali Bu Jasman, Hidden Gems Langganan Emha yang Ramainya Pernah Kalahkan Soto Kadipiro MOJOK.CO

Ilustrasi Iwak Kali Bu Jasman, Hidden Gems Langganan Emha yang Ramainya Pernah Kalahkan Soto Kadipiro. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Di masa jayanya, Warung Makan Iwak Kali Bu Jasman di Kasihan, Bantul ini jadi jujugan masyarakat biasa hingga artis nasional. Dulunya segala jenis menu dari berbagai ikan sungai ada di warung kuliner ini. 

***

Warung ini biasa jadi pilihan saya ketika ingin bernostalgia dengan masakan ibu. Aneka menu iwak kali atau ikan dari sungai jangan ndeso seperti oseng bunga pepaya dan sayur lembayung jadi pengobat rindu pada ibu.

Dulu saat masih indekos di kawasan Sonosewu, saya kerap mampir di warung ini untuk menyantap berbagai lauk ikan hasil tangkapan dari sungai. 

Warung Iwak Kali Bu Jasman, warung legendaris yang sudah ada di tahun 1960-an

Berdiri sejak tahun 1960-an, Warung Iwak Kali Bu Jasman awalnya ada di pojok perempatan Wirobrajan di samping SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta. Di tahun 1972, warung kuliner ini pindah di Jalan Wates KM2 atau di Kampung Nitipuran. 

“Mulai dari situ ada menu iwak kali. Kalau sebelumnya pembelinya rata-rata kusir andong atau tukang becak, setelah pindah jadi macam-macam yang datang karena kan jadi jalur utama bus,” kata Suranto (67), penerus usaha Iwak Kali Bu Jasman. 

Suranto sendiri merupakan anak mantu Mbah Jasman. Ia menikah dengan Ninik, anak Mbah Jasman yang menjadi penerus warung. Namun, sejak beberapa tahun lalu, istrinya meninggal sehingga kini ia dan anak perempuannya yang berusaha meneruskan usaha warisan tersebut.

Suranto mengingat, setelah dari Nitipuran, warung kembali pindah sekitar 200 meter ke arah selatan, tepatnya di Jalan IKIP PGRI Sonosewu atau 40 meter dari lampu pengatur lalu lintas. 

“Dulu menu utamanya lele lokal. Namun, tahun 70-an mulai muncul lele dumbo, itu kami kesulitan nyari lele lokal di Yogyakarta. Akhirnya saya dapat tugas untuk mencari sampai Purworejo, Kebumen, sampai Cilacap,” kata Suranto.

Suranto dengan etalase berbagai sayuran dan lauk ikan. Saat ini karena sulitnya mencari iwak kali, ada juga ikan-ikan hasil budidaya seperti ikan nilai. (Agung P/Mojok.co)jpeg

Selain lele lokal, primadona di Warung Iwak Kali Bu Jasman adalah kutuk atau ikan gabus, wader, sidat, melem, dan lainnya. “Dulu itu sangat ramai, Mas. Jadi warung yang satu-satunya menyediakan iwak kali komplit. Bukan hanya iwak kali, di tahun 80-an itu, saya juga ambil ikan laut di Baron,” kata Suranto.

Ramainya mengalahkan Soto Kadipiro yang legendaris

Saat masa-masa ramainya Suranto mengingat pengunjungnya bahkan mengalahkan pembeli Warung Soto Kadipiro. “Yang punya warung soto kan temannya Mbah Jasman juga, jadi sampai penasaran, kok bisa ramai kenapa,” kata Pak Suranto tertawa. 

Suranto melihat pengunjung banyak berdatangan karena memang tidak banyak warung yang menjual lauk iwak kali sekomplit Warung Iwak Kali Bu Jasman. Selain karena saat itu ikan kali masih melimpah, saingan belum ada. 

“Dulu itu mau cari iwak apa saja ada. Sidat, itu dulu masih banyak. Pernah kami dapat kiriman yang ukuran 15 kg, saya nggak berani motongnya. Jadi sekalian minta sama yang dapat untuk motong-motong,” kata Suranto.

Begitu juga dengan ikan gabus atau ikan kutuk. Dulu para pencari ikan yang setor ke warung masih banyak. Besarnya juga tidak main-main. “Satu ekor bisa ada yang 3 kilogram, kalau sekarang susah cari yang besar,” kata Suranto menunjukkan gabus goreng di etalase kaca.

Baca halaman selanjutnya

Sulitnya mencari pasokan iwak kali saat ini

Sulitnya mencari pasokan iwak kali saat ini

Salah satu kebiasaan saya makan Warung Iwak Kali Bu Jasman adalah memberikan taburan udang kali goreng yang kecil-kecil ke sayur bobor atau sayur lembayung. Sayang, udang goreng itu tidak ada. Selain karena bukan musimnya, saat ini sulit mencari pasokan iwak kali. 

Nasi dengan sayur oseng bunga bebaya dengan lauk ikan gabus goreng dan wader kali bumbu bali. (Agung P/Mojok.co)

“Sekarang susah cari pasokan iwak kali, apalagi kemarin pandemi, sekarang kami dalam posisi bertahan saja,” kata Suranto. Wader pari yang dulu mudah dicari sekarang juga bukan hal mudah untuk didapatkan. 

“Ini ikan dari Waduk Gajah Mungkur, orang sana nyebutnya ikan lukas,” kata Suranto menunjukkan ikan di dalam piring yang digoreng kering. Awalnya saya mengira wader kali, tapi setelah saya amati memang sedikit berbeda. 

Belut goreng atau mangut belut yang dulu saya ingat ada, juga tak tampak. Namun, untuk sayur-sayur terbilang komplit, dari brongkos, bobor, oseng pare, oseng dan bunga daun pepaya dan beberapa sayur lain.

“Pak Bondan Winarno itu kalau kesini suka sekali sama brongkos lauknya wader. Sudah beberapa kali kesini. Dulu juga artis-artis sering mampir ke warung kami,” kata Suranto.

Pesan dari Emha Ainun Najib yang terpaksa dilanggar

Saking larisnya, akhirnya dari yang semula ngontrak, Mbah Jasman membeli rumah dan tanah tempat Warung Iwak Kali Bu Jasman itu berdiri.

Dulu salah satu pelanggan setia warung ini adalah Emha Ainun Najib dan anggota Kiai Kanjeng. “Emha itu dulu kalau ke sini bawa rombongan, bisa sampai 50 orang,” kata Suranto. Selain datang dengan timnya, Suranto juga melihat saat Emha datang membawa mertua atau orang tua Novia Kolopaking.

Suranto lantas menceritakan, pesan dari Emha untuk keluarganya. Salah satu pesannya adalah jangan mengubah desain rumah tempat jualan. Saat itu, warung tempat jualan merupakan rumah zaman dulu.

Warung Makan Iwak Kali Bu Jasman, warung ikan legendaris di Jogja. Lokasinya hanya sekitar 40 meter dari pertigaan Wates dan Jalan IKIP PGRI. (Agung P/Mojok.co)

Sayangnya karena terdesak kebutuhan karena anggota keluarga yang bertambah akhirnya warung sekaligus rumah itu dirombak menjadi dua lantai dan terlihat megah. “Waktu itu karena terdesak, nggak ada tempat tidur untuk anak-anak, sehingga warung dibongkar jadi bertingkat,” kata Suranto. 

Rupanya entah kebetulan atau tidak, pelanggan Warung Iwak Kali Mbah Jasman berkurang. Suranto melihat, mungkin karena desain rumah jadi kelihatan megah orang jadi takut kalau mahal. “Tapi mungkin juga karena sekarang kan banyak juga warung-warung yang menjual iwak kali, selain itu mencari bahan baku sekarang juga tidak mudah,” kata Suranto.

Suranto mengaku sudah lama Emha tidak makan di tempatnya. Hanya adik-adiknya yang kadang makan di Warung Iwak Kali Bu Jasman.

Kondisi paling berat dirasakan keluarga Suranto tentu saja saat pandemi. Saat ini kondisi pengunjung belum seramai sebelum pandemi. Ia dan putrinya akan berusaha membuka warung tersebut, karena bagaimanapun ini adalah usaha warisan yang harus terus dipertahankan.

Penulis: Agung Purwandono
Editor: Hammam Izzuddin

BACA JUGA Mencari Kenyang di Baceman Pak Sukro Tepi Kali Progo

Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version