Di Gang 3 Wonocolo, Surabaya, ada seorang tukang bakso yang terkenal sebagai bapak-bapak jutek. Wajahnya nyaris tak pernah tersenyum saat berjualan. Ia pun tak pernah menunjukkan kesan ramah pada pembeli. Namun ia begitu dicintai oleh anak-anak kos di Wonocolo, Surabaya.
***
Tukang bakso tersebut sebenarnya sudah lama mangkal di Gang 3 Wonocolo, Surabaya. Sejak saya kuliah di UIN Sunan Ampel (UINSA) pada 2017 dan ngekos di Gang 3, bapak tukang bakso tersebut memang sudah ada di sana.
Hanya saja, sejak dulu saya memang tak pernah tertarik untuk mencoba bakso di Gang 3 Wonocolo, Surabaya, tersebut. Saya sudah punya bakso langganan sendiri, yakni Bakso Om Aris di Jl. Pabrik Kulit. Dan saya tak mau bertaruh dengan coba-coba bakso lain yang belum tentu sama enaknya dengan Bakso Om Aris.
Ada beberapa alasan kenapa saya tak punya pilihan bakso lain selain Bakso Om Aris. Pertama, harganya murah. Rp7 ribu hingga Rp8 ribu sudah dapat isian banyak dan enak. Kedua, sejak pertama kali beli, saya kemudian jadi akrab dengan Om Aris dan pekerjanya. Ketiga, letaknya berdampingan dengan warung kopi langganan saya (Warkoplak). Jadi biasanya sekalian ngopi sambil menikmati bakso.
Lalu sejak pertengahan 2023, saat Bakso Om Aris mulai menaikkan harga, pacar saya merekomendasikan Bakso Gang 3 Wonocolo, Surabaya.
“Selain Om Aris, aku dari dulu kan langganan di situ (Bakso Gang 3, begitu banyak anak kos Surabaya menyebutnya). Harga lebih murah. Rasa nggak kalah enak,” ujar pacar saya suatu kali.
Pacar saya bahkan mengaku tak jarang membeli Rp5 ribu saja di Bakso Gang 3 itu. Namun, itu pun isiannya sudah sangat mengenyangkan. Dari situ saya kemudian mulai ikut berlangganan di Bakso Gang 3 Wonocolo, Surabaya.
Bakso Gang 3 Wonocolo Surabaya Rp8 ribu isian komplet
Bakso Gang 3 Wonocolo, Surabaya menjadi salah satu hal yang ngangenin dari Surabaya. Maklum saja, sejak pindah ke Jogja pada akhir Januari 2024 lalu, saya masih sangat sulit menemukan model bakso seperti di Surabaya, khususnya di Wonocolo.
Rata-rata bakso di Jogja dipatok harga Rp10 ribu seporsi untuk bakso biasa. Setidaknya begitulah yang saya temui di sekitar tempat saya tinggal di Ngaglik, Sleman. Namun, isiannya bener-bener nggak ganjel blas. Tentu referensi saya masih sangat terbatas.
Sementara rata-rata bakso di Wonocolo, termasuk Bakso Gang 3, modelnya kita request mau beli berapa ribu. Umumnya anak-anak kos di Surabaya akan membeli di angka Rp5 ribu hingga Rp10 ribu. Saya sendiri lebih sering membeli dengan harga Rp7 ribu atau Rp8 ribu.
Harga segitu sudah mendapat isian komplet. Mulai dari mie, bihun, kubis, pentol, gorengan, pentol kubis, tahu, hingga pentol besar berisi telur puyuh. Jadi sudah cukup kenyang. Soal rasa pun tak mengecewakan. Harga boleh murah, tapi rasa tak murahan. Sebagai anak kos Surabaya dengan keuangan pas-pasan, saya tentu sangat tertolong dengan Bakso Gang 3 tersebut.
Dulu saya sering membelinya untuk makan malam. Sayangnya, bakso gerobakan yang mangkal di depan konter Gang 3 itu memang tidak menyediakan tempat duduk yang jenak untuk pembeli. Jadi kalau mau menikmatinya ya harus dibungkus untuk dinikmati di kosan.
Penjualnya bapak-bapak jutek
Setiap main ke Surabaya, ada dua tempat yang saya harus mampir: Bakso Om Aris dan Bakso Gang 3 Wonocolo. Termasuk saat saya main ke Surabaya pada Sabtu (20/4/2024). Saat itu saya bermaksud mengajak ngobrol agak deep dengan si bapak tukang bakso.
Sejak pertama kali berlangganan pertengahan 2023 itu, saya sebenarnya sudah tipis-tipis mencoba mengajak berkenalan si bapak tukang bakso. Bahkan tak jarang pula saya mencoba mengguyoninya agar suasana menjadi cair. Namun segala upaya saya itu nihil belaka.
Si bapak tukang bakso di Gang 3 Wonocolo, Surabaya, itu seperti enggan merespons obrolan pembeli selain yang berhubungan dengan baksonya. “Beli berapa?”, “Isinya apa saja?”, “Pedes nggak? “, kira-kira hanya pertanyaan seputar itulah yang bakal si bapak jawab.
Bahkan saat coba diguyoni pun, si bapak tukang bakso tetap tak tersenyum. Ia tetap memasang wajah jutek dan cemberut. Saya pun pernah melihat sendiri seorang ibu-ibu nyablak yang akhirnya malah kikuk sendiri saat mencoba mengguyoni si bapak tukang bakso Gang 3 Wonocolo. Surabaya.
Kejadiannya saya ingat persis di Desember 2023 lalu, saat saya ngantre beli dengan seorang ibu-ibu umur 40-an yang baru pulang menjemput anaknya mengaji. Si ibu-ibu itu dengan nyablak mencoba berbasa-basi dengan si bapak tukang bakso. Cara nyablaknya sungguh sangat Surabaya sekali, lugas dan dar der dor. Tapi si bapak tukang bakso itu hanya diam saja. Seketika si ibu-ibu nyablak itu jadi kikuk.
Begitu juga dengan upaya saya mengulik kisah si bapak tukang bakso itu Sabtu (20/4/2024). Hasilnya tetap nihil. Untuk sekadar mengetahui namanya saja saya tak bisa.
Baca halaman selanjutnya…
Bakso Gang 3 Wonocolo dicintai anak kos
Bakso Gang 3 Wonocolo dicintai anak kos Surabaya
Bapak tukang bakso itu akan start buka dari Magrib. Sesaat setelahnya, pembeli pasti akan datang terus-menerus. Bahkan antreannya pun bisa mengular. Tak hanya anak-anak kos di Gang 3 Wonocolo, Surabaya, pembelinya pun banyak juga dari anak-anak kos gang lain.
“Sejak kuliah sampai sekarang kerja emang langganan di sini. Tapi ya nggak tahu siapa nama bapaknya,” ujar Hilda (25), salah satu pembeli di Bakso Gang 3 Wonocolo, Surabaya.
Hilda mengaku, ia dan beberapa teman kosnya pun heran kenapa si bapak tukang bakso itu selalu memasang wajah cemberut dan tak bisa diajak berbincang. Padahal sebagai pelanggan ia ingin akrab dengan si bapak tukang bakso.
Hanya saja Hilda mengaku tak terlalu mempermasalahkan hal tersebut. Sebab, Bakso Gang 3 Wonocolo itu menjadi penyelamat anak kos Surabaya macam dirinya.
“Beli Rp6 ribu atau Rp7 ribu udah kenyang, enak juga. Jadi ya solusi banget lah buat anak kos,” beber Hilda.
Pengakuan serupa juga saya dapat dari Lusi (20), anak kos yang masih kuliah di Surabaya. Ia mengaku mendapat rekomendasi dari teman-teman kosnya terkait bakso enak dan murah di Wonocolo.
“Iya sih, bapaknya cuek pol. Tapi memang murah. Rasa not bad kok,” kata Lusi. Sungguh bapak tukang bakso yang sangat misterius.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News