Kalau mendengar ada jurusan bernama Seni Kuliner di perkuliahan, tidak sedikit orang lantas mengernyitkan dahi. Mempelajari apa itu? Apa bedanya dengan tata boga? Jadi tukang masak kok ada kuliahnya segala. Kira-kira begitulah pertanyaan dan pernyataan yang akan muncul.
Pertanyaan dan pernyataan tersebut lah yang Nana (18) dengar. Tak cuma saat memutuskan untuk mengambil jurusan Seni Kuliner, sampai saat ini pun ia masih kerap mendengarnya.
Nana, perempuan asal Jakarta, saat ini tercatat sebagai mahasiswa semester 2 di D3 Seni Kuliner Politeknik Negeri Media Kreatif (Polimedia), Jakarta Selatan. Jurusan yang membuatnya tak capek-capeknya menjelaskan bahwa Seni Kuliner tak cuma tentang masak-masak belaka.
Seni Kuliner Polimedia Jakarta tak cuma belajar masak
Seperti yang banyak orang katakan (menurut Nana), kalau mau belajar masak atau mau jadi tukang masak, kan bisa mempelajarinya di rumah. Tanpa harus repot-repot kuliah. Apalagi di era digital sekarang, belajar masak bisa lewat YouTube.
Nah, inilah anggapan yang menurut Nana sangat perlu diluruskan. Nana menjelaskan, D3 Seni Kuliner Polimedia Jakarta memang juga belajar keterampilan dasar mengenai masak. Misalnya, mengelola makananan dan minuman mulai dari teknik atau metode masak, mempersiapkan bahan makanan, sampai menyajikan makanan dengan menunjang keindahan (plating).
Tapi tak hanya berhenti di situ. Sebab ada hal-hal vital lain dalam dunia memasak yang turut dipelajari Nana di D3 Seni Kuliner Polimedia Jakarta. Khususnya memasak dalam konteks di dapur sebuah industri besar seperti perhotelan dan sejenisnya.
“Ilmu lainnya yang dipelajari seperti K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), gizi dasar, Kimia, pengelolaan persampahan dan lain-lain,” jelas Nana, Jumat, (19/4/2024).
“Kita juga belajar tentang nutrisi suatu masakan. Jadi lebih tahu kandungan setiap bahan makanan,” sambung Nana. Setidaknya itulah mata kuliah-mata kuliah yang ia dapat di D3 Seni Kuliner Polimedia Jakarta sejauh ini.
Pandangan pesimis tentang Seni Kuliner Polimedia Jakarta
Keputusan Nana memilih kuliah D3 Seni Kuliner di Polimedia Jakarta ternyata sempat disayangkan oleh teman-temannya di SMK. Mengingat, sewaktu SMK di salah satu SMK di Jakarta, Nana masuk jurusan Akuntansi.
“Mereka agak menyayangkan karena ilmu Akuntansi yang aku dapat di SMK nggak dilanjutkan, Mereka mempertanyakan kenapa nggak lanjut kuliah Akuntansi aja, malah ambil jurusan masak-masak?,” ungkap Nana.
Nana menduga, barangkali ada semacam pesimisme juga dari teman-temannya bahwa peluang kerja dari D3 Seni Kuliner Polimedia Jakarta tak cukup mentereng. Mengingat, tukang masak dalam pandangan umum memang sering kali dianggap sebagai profesi kelas menengah bawah.
Namun, Nana tetap tak ragu untuk lanjut kuliah di D3 Seni Kuliner Polimedia Jakarta. Lebih-lebih orang tua Nana sendiri memberi dukungan penuh.
“Aku masuk D3 Seni Kuliner Polimedia Jakarta awalnya kan memang karena aku tertarik terhadap dunia masak. Tapi aku juga melihat bagaimana peluang kerja cukup besar yang bisa dilihat dari industri pangan nggak ada matinya selama manusia perlu makan,” beber perempuan asal Jakarta tersebut.
Nana mengaku berasal dari latar belakang keluarga yang pandai memasak. Baik dari keluarga ayah maupun keluarga ibu. Kalau cuma sekadar pintar masak, belajar dari kedua orang tuanya sebenarnya sudah cukup. Akan tetapi seperti yang Nana tegaskan sebelumnya, bahwa D3 Seni Kuliner Polimedia Jakarta lebih dari itu.
Baca halaman selanjutnya…
UKT murah, prospek kerja bergaji menjanjikan
Biaya kuliah murah, prospek kerja bergaji menjanjikan
Alih-alih mengkhawatirkan soal prospek kerja D3 Seni Kuliner Polimedia Jakarta, orang tua Nana awalnya justru khawatir soal biaya yang akan mereka keluarkan setiap semester.
Sedianya orang tua Nana tahu bahwa peluang kerja di industri masak cukup besar. Oleh karena itu, keduanya berpandangan bahwa D3 Seni Kuliner Polimedia Jakarta sederhananya membuat seorang tukang masak naik level.
Untuk itu, orang tua Nana mengira bahwa biaya kuliahnya akan mahal. Terlebih jika ada praktik-praktik masak tertentu.
“Alhamdulillah aku dapat UKT Rp500 ribu. Cukup membantu banget karena emang ekonomi yang bisa dianggap kurang,” ungkap Nana.
“Banyak orang nganggep lulusan D3 Seni Kuliner Polimedia Jakarta kerjanya jadi tukang masak doang, padahal nggak juga. Di kampus saya mahasiswanya diajarkan bagaimana kita kelak bisa menjadi food innovator,” ucap Nana.
Nana sendiri meskipun saat ini masih semester 2 tapi sudah punya proyeksi mengenai prospek kerjanya sendiri setelah lulus dari D3 Seni Kuliner Polimedia Jakarta kelak.
“Untuk jangka pendek setelah lulus mungkin mau fokus ke bidang hospitality bagian hot kitchen,” kata Nana.
Ia memiliki proyeksi demikian karena berkaca dari alumni-alumni D3 Seni Kuliner Polimedia Jakarta, yang mana tidak sedikit dari alumni bekerja di hotel bintang 5 dengan posisi penting di dapur dan bergaji besar.
Reporter: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Mahasiswa Aceh Terselamatkan Usai Pindah Jogja: Dianggap Beban Orang Tua, Balas Dendam Lewat Masak
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News