Pengumuman SNBT tak membawa kabar bahagia. Tahun lalu gagal lolos masuk UNY. Tahun ini gagal ke UPN Jogja. Harapan untuk kuliah pupus setelah deretan kegagalan UTBK dan terhimpit masalah ekonomi.
“Belum rezekiku,” kata Rani (21) lemas pada Kamis (13/6/2024) sore.
Perempuan ini sempat tidak terbayang lagi cara untuk masuk kampus selain melalui jalur tes UTBK SNBT. Pasalnya, lewat jalur inilah, perempuan yang lulus SMK pada 2023 silam menaruh harap bisa mendapat biaya kuliah ringan dan mudah mencari beasiswa.
Awal pertemuan saya dengan Rani terjadi di Taman Pancasila, FEB UNY. Ia sedang duduk sendirian sambil menunggu jemputan adiknya.
Pada tahun kelulusan lalu, ia sempat mencoba UTBK dengan pilihan ke UNY, tapi gagal. Tidak menyerah, ia mencoba lagi tahun ini dengan pilihan lain yakni UPN Jogja.
“Kalau gagal di tes UTBK SNBT kali tahun ini ya sudah, sepertinya bukan jalanku buat kuliah,” katanya saat itu.
Baginya, kuliah memang bukan perkara gampang. Perempuan yang tinggal di Gondokusuman, Kota Yogyakarta ini sejak awal sadar bahwa orang tuanya hanya bisa mampu menyekolahkan hingga SMA.
“Dulu ibu bilang, bisanya cuma sekolahkan sampai SMA. Kalau mau kuliah, diusahakan sendiri,” kata Rani dengan tapapan tegar sambil menyunggingkan senyumnya.
Daftar SNBT pakai uang tabungan kerja di tempat laundry
Pendaftaran UTBK sebesar Rp200 ribu ini ia biayai dari tabungannya saat bekerja sebagai buruh laundry di Sleman. Pekerjaan yang ia jalani, setengah tahun, hingga akhirnya ia keluar pada lebaran kemarin.
Sebelumnya, setelah gagal seleksi pada 2023 lalu sebenarnya Rani sempat bekerja sebagai admin di sebuah toko kain. Namun, ia terpaksa keluar.
“Dulu pernah kerja di toko kain sekitar Jalan Solo. Tapi, kebetulan ibu sakit dan harus operasi jadi saya harus menemaninya sampai benar-benar pulih,” kenangnya.
Rani sempat mendapat izin untuk tidak bekerja selama satu bulan. Namun, hingga lebih dari waktu yang telah ditentukan ternyata ibunya masih belum bisa ia tinggal. Kondisinya belum pulih sepenuhnya dan belum bisa berjalan dengan lancar karena operasi di bagian kaki.
Saat kondisi ibunya sudah jauh lebih baik, ternyata sudah ada pengganti di tempat kerjanya. Alhasil, Rani harus segera mencari pekerjaan lain lagi.
“Sejak lulus pokoknya saya harus cari kerja. Sama untuk bantu ekonomi ibu juga. Bapak sehari-hari kerjanya jadi kuli bangunan,” kata dia.
Akhirnya, ia melamar berbagai pekerjaan lewat Facebook pada November 2023 silam. Dan yang pertama memberi jawaban dan menerimanya adalah sebuah usaha laundry kecil di Condongcatur, Sleman
Tanpa pikir panjang, anak kedua dari empat bersaudara ini langsung mengambil pekerjaan itu. Gajinya, memang masih jauh di bawah UMR Jogja. Namun, setidaknya bisa menambal kebutuhan hidup dan membantu keluarganya.
Baca halaman selanjutnya…
Beratnya belajar persiapkan ujian sambil kerja sampai malam
Beratnya belajar sambil kerja yang sering lembur
Meski sudah bekerja, tekadnya untuk melanjutkan kuliah dengan mendaftar SNBT lagi tetap berkobar. Bahkan, ia sempat mencoba mendaftar kuliah akuntansi di Universitas Terbuka (UT) berkat rekomendasi dari temannya.
Menurutnya, tidak mudah membagi waktu untuk belajar UTBK, kuliah, dan bekerja. Apalagi, menurutnya kerja laundry cukup menyita waktu. Terkadang, ada saja kendala teknis seperti mesin rusak yang membuat kerjaannya tertunda.
“Kerja dari jam 8 harusnya sampai jam 4 sore tapi sering juga lembur sampai kiosnya tutup jam 9 malam,” kata dia.
Alhasil, ia tidak bisa efektif belajar. Akhirnya, pada momen Lebaran lalu ia memutuskan untuk keluar dari kerja tersebut demi lebih bisa fokus.
“Kalau nggak memang susah buat belajar. Saya banyak ngerjakan soal-soal yang ada di internet, di media sosial banyak yang nge-share,” ujarnya.
Mimpi bisa sukses dan bahagiakan ibu
Pada SNBT lalu, ia mendaftar di jurusan Teknik Pertambangan dan Teknik Perminyakan UPN Jogja. Ia mengaku senang dengan dunia teknik. Saat SMK juga mengambil Teknik Konstruksi Bangunan.
“Kayaknya enak kerja lapangan. Tambang juga gajinya bagus, aku pengin bisa biayai kehidupan orang tua,” tuturnya.
Saat selesai tes UTBK lalu, ia berujar bahwa ini percobaan terakhirnya mengikuti SNBT dengan pilihan UPN Jogja. Mimpinya untuk bisa kuliah masih besar. Namun Rani juga perlu segera mengalihkan pikirannya untuk bekerja.
“Sepertinya ini percobaan terakhir saya. Kalau gagal, saya mau fokus cari kerja yang lebih menjanjikan saja,” curhatnya.
Namun, sesaat setelah pengumuman SNBT, Rani mengaku masih ingin mencoba mendaftar lewat jalur mandiri menggunakan nilai hasil UTBK. Mencoba peruntungan, jika saja nilainya memang masih memungkinkan untuk bersaing.
Satu hal yang jelas, jika jalan rezeki membawanya masuk ke PTN, Rani harus berjuang ekstra keras. Mencari beasiswa dan menjalani perkuliahan sambil bekerja. Sebab, ia hanya bisa bersandar pada dirinya sendiri perihal ekonomi.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News