Selama kuliah S1 di dua kampus, Purwokerto dan Jogja, memutuskan untuk tidak ikut rangkaian ospek. Sejak awal, langsung berusaha menerabas aturan dan kebiasaan. Ternyata hal yang ditakutkan banyak orang tidak terjadi.
***
Kenekatan itu jadi momen tak terlupakan bagi Maula (25). Sejak lulus SMA, ia punya pandangan agak berbeda tentang acara orientasi mahasiswa baru.
Alih-alih pengenalan dunia kampus dan mekanisme pembelajaran, ia berpendapat bahwa lebih banyak seremonial yang tidak terlalu substansial. Hal itu ia rasakan ketika menjalani ospek hari pertama di sebuah PTS di Purwokerto pada 2017 silam.
“Saat di Purwokerto aku cuma ikut sehari. Hari-hari selanjutnya nggak berangkat ospek lagi,” kenangnya kepada Mojok, Selasa (6/8/2024).
Di hari orientasi mahasiswa, ia sudah merasa tidak nyaman dengan benih-benih senioritas yang sudah tampak. Maklum, Maula masuk di Fakultas Teknik yang terkenal kuat soal hierarki senior dengan junior. Suara bentakan terdengar di setiap sudut kegiatan.
Selain itu, yang membuatnya yakin untuk cabut dari kegiatan itu adalah pengalamannya di organisasi. “Nantinya juga yang jadi panitia tahun selanjutnya teman-temanku sendiri. Jadi masalah sertifikat atau semacamnya bisa diurus nanti,” kelakarnya.
Pindah kampus ke Jogja tetap nekat tak ikut ospek
Namun, nyatanya ia memang tidak berjodoh dengan kampus di Purwokerto itu. Lebih tepatnya, dengan jurusan di Fakultas Teknik yang ia pilih. Sehingga, baru satu semester berjalan ia sudah mogok kuliah.
Lantas mencoba peruntungan untuk ikut SBMPTN lagi. Dan ternyata keberuntungan berpihak kepadanya. Maula diterima PTN di Jogja pada 2018.
Ketika sudah di Jogja, jelas masa ospek dimulai, sempat terbesit di benak Maula untuk ikut serta. Sebenarnya ia juga sudah membeli beberapa perlengkapan untuk acara orientasi mahasiswa. Namun, niat itu akhirnya ia urungkan.
“Setelah aku pikir-pikir kok repot juga ya, banyak banget yang perlu dibeli. Akhirnya aku nggak jadi ikut,” terangnya.
Pada 2018, sedang ada tren koreografi mahasiswa baru. Setiap kampus saling unjuk gigi dan adu gengsi untuk menampilkan koreografi terbaik.
“Aku ngerasa itu nggak penting. Malah bikin repot mahasiswa,” tuturnya.
Kebetulan, saat itu ada beberapa teman SMA-nya yang gap year dan diterima di kampus yang sama. Maula coba memastikan. Ternyata, mereka semua mengikuti ospek.
“Pada khawatir kalau nggak ikut karena katanya sertifikatnya jadi syarat kelulusan,” terangnya.
Kendati begitu, meski tanpa teman dengan pilihan nekat yang sama Maula tetap memutuskan tidak ikut acara. Sama sekali.
Baca halaman selanjutnya…
Imbas dari kenekatan, sempat sulit cari teman tapi bisa lulus juga
Imbas dari kenekatan
Saat teman-teman bereuforia dengan kegiatan ospek, Maula hanya melihat keseruan lewat media sosial. Sampai akhirnya masa kuliah tiba.
Ketika sebagian temannya sudah saling kenal, lelaki ini baru berkenalan di ruang-ruang kelas. Selain itu, salah satu dampak dari tidak ikut ospek yang ia rasakan adalah kekurangan teman di luar kelas atau dari jurusan lain.
“Tapi buatku sih nggak masalah ya hal itu,” kata dia.
Namun, ternyata ada kegiatan wajib menyangkut perkuliahan yang hanya ada di ospek. Di kampusnya, salah satu rangkaian ospek adalah sosialisasi mekanisme perkuliahan. Pengisinya para dosen.
“Ya karena itu berkaitan langsung dengan akademik akhirnya aku ikut susulan. Baru di 2021 aku ikutnya,” kelakarnya.
Kendati begitu, tetap saja ia tidak bisa dapat sertifikat ospek. Padahal, di kampus Jogja itu sertifikat ospek jadi salah satu syarat kelulusan.
Tetap bisa lulus
Namun, Maula melihat celah. Ketika ia tanya ke teman di jurusan, ternyata sertifikat yang dulu diberikan hanya berupa lembaran kertas dengan template tanpa nama peserta. Mahasiswa perlu mengisi namanya tersendiri.
“Artinya itu sebenarnya nggak terdata siapa yang ikut ospek dan nggak. Ya itu kertas bisa digandakan dan diisi nama sendiri. Aku pun akhirnya cuma salin punya temanku, lalu di-scan untuk diunggah sebagai pelengkap keperluan sidang skripsi,” terangnya.
Ia pun akhirnya lulus menjadi sarjana pada 2023 silam. Sejauh pengamatannya sepanjang kuliah, tak pernah ia menemukan mahasiswa lain yang tidak ikut ospek sepertinya.
“Paling-paling ada ya karena sakit atau force majeur. Nggak ada yang memang sengaja seperti aku,” kata dia.
Di sejumlah kampus, tanpa keikutsertaan ospek menjadi salah satu pelengkap administrasi saat proses kelulusan. Namun, ada banyak pula kampus yang tidak menerapkan syarat itu.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Aly Reza
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News