Saya Kuliah di Jurusan Elite Tapi Akreditasinya C, dan Saya Menyesal! Ijazah Kedokteran dan TI pun Tak Ada Harganya

Mereka Kuliah di Jurusan Teknik Informatika dan Kedokteran Tapi Akreditasinya C dan Menyesal! Ijazah Tak Ada Harganya.MOJOK.CO

Ilustrasi Saya Kuliah di Jurusan Elite Tapi Akreditasinya C, dan Saya Menyesal! Ijazah Kedokteran dan TI pun Tak Ada Harganya (Mojok.co/Ega Fansuri)

Pada kenyataanya, akreditasi jurusan memang sangat menentukan nasib seseorang saat masuk bursa kerja. Menyandang gelar sebagai Sarjana Teknik Informatika (TI) maupun Sarjana Kedokteran, tapi jurusannya masih akreditasi C, ijazahnya hanya akan dipandang sepele oleh HRD.

***

Dalam menentukan tempat kuliah, ada banyak hal yang kudu dipertimbangkan. Baik itu jurusan, kampus, lengkap dengan akreditasinya. Salah-salah, malah penyesalan yang didapat.

Ada beberapa mahasiswa memilih kuliah karena pertimbangan kampus. Persetan dengan prestise jurusan, yang penting kuliah di kampus top. 

Namun, tak sedikit juga yang memilih sebaliknya. Bagi yang memilih jalan ini, mereka beranggapan lebih baik masuk ke jurusan yang populer, meski nama besar kampusnya biasa-biasa saja.

Mojok sendiri mewawancarai sarjana yang kuliah di jurusan elite, tapi akreditasinya C. Mereka pun menyesal karena di dunia kerja, ijazah mereka sama sekali tak berguna.

Jurusan elite yang dimaksud sendiri adalah jurusan-jurusan yang tiap tahunnya punya banyak peminat, tingkat ketetatan tinggi, dan mata kuliahnya sulit. Bahkan, salah satu narasumber Mojok merupakan lulusan kedokteran PTN.

Gagal SNBT, malah ketipu akreditasi

Pengalaman tak mengenakan soal kuliah di jurusan akreditasi C diceritakan oleh Wahyu* (24). Ia merupakan mahasiswa Teknik Informatika (TI) di salah satu PTS Semarang yang baru lulus pertengahan 2023 lalu.

Perjalanan Wahyu buat masuk kampus ini sebenarnya cukup panjang. Pada SNBT 2019 (dulu SBMPTN) lalu, ia sebenarnya mengincar jurusan TI di beberapa PTN. Sayangnya, usahanya belum menemui hasil.

Karena tak mau gap year, dia pun memutuskan mendaftar jurusan TI di PTS Semarang, karena dekat dengan tempat tinggalnya, Salatiga. “Selain dekat, kalau dibanding PTS-PTS di Jogja, jurusan TI di sini biayanya lebih murah,” kenang Wahyu, Selasa (18/6/2024).

Sebelum mendaftar di PTS tersebut, Wahyu juga sudah memastikan beberapa kali ke admin kampus mengenai akreditasi jurusan. Namun, jawaban admin sangat belibet. Katanya, admin terus menyinggung kampus yang berakreditasi B tanpa pernah menjelaskan akreditasi jurusan TI.

Karena sudah mepet dengan batas pendaftaran, Wahyu pun tak mau ambil pusing. Sayangnya, ketika dia sudah punya akses di PDDikti, ia baru tahu kalau jurusannya ternyata akreditasi C.

“Ya bagaimana, admin tak pernah berterus terang dan jujur merasa ketipu. Tapi waktu itu mikir, ah yaudah yang penting kuliah,” jelasnya.

Kuliah plonga-plongo kayak bukan kampus

Satu semester kuliah di PTS tersebut, Wahyu masih merasa baik-baik saja. Pikirnya kala itu, “nggak ada bedanya kuliah di sini dengan kampus lain”.

Namun, perbedaan kualitas baru terasa saat memasuki pandemi Covid-19. Di saat banyak kampus, bahkan jurusan lain di kampusnya, sudah menemukan cara buat kuliah jarak-jauh, di jurusannya masih ketinggalan.

“Nggak ada zoom atau apa, diskusi kelas itu pakai grup WA karena dosennya gaptek semua. Padahal kami ini TI lho,” jelasnya. “Kami baru ada zoom itu semester 3, itu pun plonga-plongo aja nggak ngerti arahnya mau bagaimana.”

Wahyu menyontohkan, untuk mata kuliah 2 SKS yang harusnya ada 16 pertemuan, hanya dilakukan selama dua minggu. “Bayangkan saja, kita dua minggu cuma ada 2 pertemuan. Sisanya kita cuma disuruh bikin artikel mengenai topik tertentu di sisa pertemuan,” ungkapnya, kesal.

Baca halaman selanjutnya…

Tak hanya sarjana TI, lulusan kedokteran pun nggak jadi apa-apa gara-gara jurusannya akreditasi C meski di PTN

Tak hanya itu, memasuki semester 5, saat teman-temannya di kampus lain harusnya sudah magang, di tempatnya masih kebingungan. Wahyu pernah menanyakan hal ini kepada birokrasi, tapi jawabannya selalu “kendala teknis karena pandemi”.

Alhasil, secara “beneran”, Wahyu tak pernah magang. Sebagai formalitas, ia harus mengerjakan proyek tertentu sebagai mata kuliah pengganti magang.

“Baru kerasa jeleknya jurusan akreditasi C pas sudah lulus. Bener-bener ngerasa 4 tahun nggak dapat apa-apa.”

Sarjana TI dan Kedokteran akreditasi C kesulitan dapat kerja

Meski namanya menyandang gelar S.TI alias Sarjana Teknik Informatika, ia merasa bukan anak TI secara sepenuhnya. Bagaimana tidak, delapan semester kuliah, Wahyu merasa tak diajari apapun di jurusan akreditasi C tersebut.

Sialnya lagi, saat memasuki dunia kerja, ijazahnya benar-benar tak laku. Ia sangat kesulitan buat melamar pekerjaan di bidang yang berhubungan dengan jurusannnya.

“Saingannya mungkin dari lulusan kampus-kampus top. Atau seenggaknya lebih mendingan lah daripada tempatku kuliah,” kata lulusan Teknik Informatika ini.

“Kalau mau suudzon, sih, susah cari kerja gara-gara jurusanku akreditasi C,” imbuhnya. Sejak Februari 2024 lalu, lelaki asal Salatiga ini memutuskan merantau ke Jogja, membantu temannya mengembangkan bisnis clothingan.

Pengalaman serupa, kesulitan cari kerja gara-gara jurusannya akreditasi C–meski jurusan elite–juga pernah diceritakan narasumber Mojok yang lain. Tak tanggung-tanggung, ia adalah lulusan kedokteran, salah satu jurusan paling malah di Indonesia.

Dalam liputan berjudul “Cerita Mahasiswa Kedokteran Surabaya Lulus Kuliah Enggak Jadi Apa-apa, Susah Kerja Karena Akreditasi Jurusan C“, Mojok berbincang dengan Roni* (28).

Pada 2021 lalu, Roni menyelesaikan studi kedokterannya. Namun, karena situasi pandemi, izin buka praktiknya tak bisa keluar. Karena tak punya banyak opsi, Roni pun berniat mendaftar ke Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di salah satu PTN.

Sayangnya, dia ditolak karena jurusan kedokteran tempatnya kuliah akreditasi C. Meski saat ini di depan namanya terdapat gelar “dr.”, Roni tak bekerja di bidang kesehatan. Ia kesulitan mencari pekerjaan yang sesuai ijazah dan passion-nya. Sekarang, ia fokus berbisnis di bidang lain di kota kelahirannya, Surabaya.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA Lolos UTBK di Jurusan Favorit UB Malang tapi Nggak Diambil Karena Miskin: Pilih Gap Year, Kerja dan Kuliah di PTS yang Biayanya Lebih Murah

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version