Seorang mahasiswi yang tinggal di panti asuhan kena tipu dua mahasiswi lain dan komplotannya yang memaksanya untuk ikut money game di Multi Level Marketing (MLM) abal-abal. Korban tertekan hingga akhirnya orang tuanya sempat menjual tanah untuk menebus.
***
Tidur Rinjani* mungkin tak senyenyak dulu lagi. Sejak pertemuannya dengan S, H, dan para komplotannya, ia harus kehilangan uang sebesar Rp2.327.000 secara cuma-cuma. Duit Rp16 juta hasil jual tanah keluarga juga nyaris melayang akibat bisnis tipu-tipu kenalannya tadi.
Oknum penipu berinisial S, Rinjani kenal sebagai sesama mahasiswa semester awal di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST). Sedangkan H merupakan salah mahasiswa Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum (PKnH) UNY.
Bersama para komplotannya, S dan H mempraktikkan bisnis money game atau MLM abal-abal yang menyasar banyak mahasiswa di Jogja. Tak hanya Rinjani, tercatat ada sembilan orang lagi yang mengaku siap bersaksi sebagai korban.
Berawal dari kesepian nggak punya teman kena jebak MLM
Rinjani (20) masih terlihat agak mengantuk. Ketika saya berkunjung ke kediamannya di Panti Asuhan Yatim Putri Islam, Giwangan, Kota Yogyakarta pada Senin (15/1/2024), kantong matanya terlihat menghitam. Rasa lelah tak dapat ia sembunyikan tatkala saya menjabat tangannya dan berkenalan.
Perempuan asal Purbalingga ini adalah satu dari sekian korban modus penipuan money game yang dijalankan sekelompok mahasiswa di Jogja. Akibat penipuan ini, ia harus mengalami kerugian materi begitu besar dan terpaksa menjalani hari-harinya dengan penuh kecemasan.
Awalnya perkenalan Rinjani dengan salah seorang terduga pelaku, yakni S, tampak akan baik-baik saja. S sendiri mulai menghubungi Rinjani pada akhir November 2023. Kebetulan Rinjani dan S berada di satu grup Whatsapp yang sama di FKIP UST.
Saat itu, S mengaku tengah kesepian karena hanya punya sedikit teman di kampus. Merasa “senasib”, Rinjani pun cepat akrab dengan kenalan barunya itu. Tak sedikit pun kecurigaan yang ada di benak Rinjani kala itu. Dalam kepalanya, S hanyalah mahasiswi pada umumnya yang sedang butuh teman main saja. Tak lebih.
Akhirnya, percakapan mereka pun makin intens. Pada 19 Desember 2023, mereka berdua sepakat untuk pergi nonton bareng ke bioskop. Rinjani dan S janjian untuk nonton di Pakuwon Mall.
Iming-iming bisnis cepat kaya lewat MLM
Saat harinya tiba, S datang menjemput Rinjani. Meskipun sudah janjian untuk ke Pakuwon Mall, nyatanya S malah membawa Rinjani ke salah satu kedai Mie Nyinyir di Jogja. Kata S, ia harus menemui temannya dahulu di sana.
Benar saja, ternyata di kedai mie tersebut H yang merupakan mahasiswa semester awal Jurusan PKnH UNY sudah menunggu. Bahkan tak hanya H, di sana juga sudah ada empat orang lain, dua laki-laki dan dua perempuan, yang entah mengapa duduk secara berpencar seolah tak saling kenal.
Singkat cerita, di tempat itu H mengiming-imingi Rinjani sebuah bisnis yang konon “bikin cepat kaya”. Belum terlalu jelas Rinjani menelan kata-kata H, tiba-tiba empat orang yang sempat berpencar tadi datang seolah mengeroyoknya. Mereka berenam kompak meyakinkan Rinjani untuk ikut sebuah bisnis yang ditawarkan H tadi.
“Mereka cerita bisnis itu semacam e-commerce yang udah jalan di 117 negara. Janji mereka, bisa kaya secara mendadak,” kata Rinjani.
“Syaratnya, harus menyerahkan dulu uang sebagai komitmen awal dan mereka akan ngasih produk kesehatan. Kata mereka sih keuntungan dari produknya bisa berlipat-lipat. Bahkan ada yang mengaku udah bisa beli mobil dari bisnis ini,” sambungnya.
Komplotan ini memaksa Rinjani untuk mau tandatangan
Kendati mengaku sebagai anak yang polos, Rinjani tentu tak cepat percaya. Dalam benaknya, ia berpikir “mana ada bisnis yang untung secara instan”.
Celakanya, komplotan MLM abal-abal ini juga tak habis akal. Beberapa kali mereka meyakinkan dan memanipulasi perasaan Rinjani agar mau memberikan uangnya.
Perasaan kosong, cemas, sekaligus takut menyelimutinya kala itu. Pasalnya, mereka hampir berbicara tanpa jeda. Beberapa ada yang bicara dengan nada tinggi. Bahkan, salah seorang laki-laki–Rinjani sempat menunjukkan fotonya kepada saya–menodongnya dengan kertas untuk ia bubuhkan data diri dan tandatangan.
Rinjani jujur ke mereka kalau dirinya sama sekali tak punya uang. Ia bilang di rekeningnya hanya ada Rp3 juta, itu pun sudah ia rencanakan buat beli laptop. Akan tetapi mereka terus mendesak Rinjani untuk “menginvestasikan” sebagian tabungannya tadi.
“Saya terus nolak. Saya mau pergi ke kamar mandi pun tas saya sempat ditarik. Mau enggak mau saya turutin saja kata mereka. Takut rasanya,” kata dia.
“Sempat nawar, ‘gimana kalau Rp500 ribu aja?’, tapi mereka tolak. Akhirnya Rp2 juta aku kasih ke mereka.”
Setelah mentransfer uang ke rekening salah satu komplotan, Rinjani masih dipaksa menandatangani sebuah surat. Rinjani juga harus berfoto bersama surat tersebut serta membuat video bahwa ia menandatangani surat tersebut secara sadar.
Dipaksa bohong ke orang tua demi Rp16 juta dengan alasan komitmen buat sukses di MLM
Tak sampai di situ. Komplotan tadi juga mendesak Rinjani untuk berbohong ke orang tuanya. Skenario yang mereka bikin, Rinjani harus mengaku telah menghilangkan sebuah kamera seharga Rp18 jutaan. Kemudian ia harus mengganti rugi sebesar Rp16 juta dalam waktu seminggu.
Tentu Rinjani menolak karena tak mau membohongi orang tuanya. Sayangnya yang terjadi adalah, mereka menyabotase handphone Rinjani, mengetik skenario tadi, dan mengirimkannya ke kakak Rinjani.
“Kata mereka, ‘ini bukan berbohong kok, tapi komitmen buat sukses’,” ujar Rinjani, menirukan kata-kata S yang membujuknya. Mereka juga meminta Rinjani tak membalas chat maupun mengangkat panggilan kakaknya sampai esok hari.
Rinjani pun semakin bingung. Terlebih, S juga membujuk Rinjani untuk menginap di kosannya, padahal aturan pantinya jelas untuk pulang lebih awal. Sekali lagi, karena takut, mau tak mau ia hanya mengangguk saja.
Sialnya, Rinjangi ternyata tidak jadi ke kosan S, tapi justru mereka bawa ke sebuah homestay. Rinjani pun merasa seperti tengah diculik. Ia tak tahu harus berbuat apalagi. Malam itu, Rinjani tidur dalam ketakutan dan perasaan cemas, sambil mendengarkan ocehan S yang bilang “semua akan baik-baik saja”.
Setiap hari kena teror debt-collector pinjol
Hari-hari berikutnya makin terasa aneh sekaligus berat bagi Rinjani. Misalnya, ia dipaksa ikut semacam seminar motivasi di Hotel Demangan pada Minggu (24/12/2023). Isinya, komplotan tadi mendatangkan orang-orang “berjas” untuk fafifu-wasweswos soal kesuksesannya setelah ikut bisnis MLM tersebut.
Dalam acara itu, mereka meminta Rinjani untuk menyerahkan HP dan KTP-nya. Ia hanya mengiyakan karena pikirnya itu sudah menjadi protokol. Mereka juga berjanji akan mengembalikan HP Rinjani saat acara rampung.
Sayangnya ketika HP kembali, ada tiga aplikasi yang tak pernah ia pakai terinstall di HP-nya. Antara lain BRIMo, Easycash, dan Kredit Pintar. Dua aplikasi terakhir teridentifikasi sebagai pinjol.
Meski total uang yang dipinjam hanya Rp300 ribu, ini cukup mengganggu karena selama beberapa hari ada banyak telepon masuk ke nomornya. Tiap hari, setidaknya ada delapan hingga sepuluh nomor yang teridentifikasi sebagai debt-collector pinjol.
Merasa tak kuat, sejak Selasa (26/12/2023) Rinjani terang-terangan bilang kepada S kalau ia ingin berhenti. Namun, S dan komplotannya menolak. Komplotan ini juga terus mengungkit uang Rp16 juta yang selalu mereka katakan sebagai “komitmen untuk kesuksesan”.
Korban MLM abal-abal sudah banyak, kerugian puluhan juta
Selama ini, Rinjani tak berani bicara jujur tentang masalah yang ia alami, terlebih ke pengasuh panti tempatnya tinggal karena takut dimarahi. Masalah ini baru terendus pihak panti pada awal Januari 2024 saat kakak-kakak Rinjani datang dari Purbalingga dengan membawa uang Rp16 juta sebagai tebusan. Uang ini merupakan hasil jual tanah.
Awendsa Tasyaul (29), pengasuh Panti Asuhan Yatim Putri Islam sekaligus pendamping korban, menyebut sudah ada sembilan orang yang mengaku menjadi korban komplotan tadi sejak kasus ini ia naikan ke media sosial. Kata Tasya, sapaan akrabnya, mayoritas korban adalah mahasiswa pendiam, introvert dan sulit berkomunikasi seperti Rinjani.
Salah satu korban, misalnya, menurut Tasya ada yang mengaku sudah kehilangan uang Rp500 ribu dan sebuah laptop. Artinya, jika tiap korban rata-rata kehilangan uang Rp2 juta, maka kerugian materi bisa mencapai puluhan juta.
Ada juga korban yang mengaku ingin berhenti tapi komplotan ini terus menghalangi. Akhirnya, pada satu momen korban memberanikan diri berteriak dan memeluk seorang ibu-ibu di tempat umum untuk minta tolong. Sejak kejadian itu S dan komplotannya pun tak menghubunginya lagi.
Tasya mengaku kalau semua bukti, termasuk tangkapan layar percakapan pelaku dan korban, bukti transfer dan sebagainya, sudah ia simpan.
Kampus yang bersangkutan bersedia mengusut kasus
Tasya juga menjelaskan kalau pihaknya sudah melaporkan S ke UST. Pihak kampus pun berjanji akan menindaklanjuti. Jika bersalah, maka pelaku akan mereka beri sanksi.
Sementara itu, respons berbeda sempat ia dapat tatkala melaporkannya ke UNY, kampus tempat H berkuliah. Pada Jumat (12/1/2024) pihaknya telah melakukan mediasi bersama dua petinggi UNY, yakni Suyato yang mewakili Jurusan PKnN UNY dan Anang Priyanto, dosen PKnH sekaligus sebagai Staf Ahli Bidang Hukum UNY. H juga hadir dalam mediasi ini.
Dalam pertemuan tersebut, H sama sekali tidak mengakui perbuatan sebagaimana yang dituduhkan. Begitu juga dengan pihak UNY, yang Tasya akui bukan menjadi penengah tapi malah berperan sebagai pembela H. Padahal Tasya datang tidak dengan tangan kosong. Ia menghadiri mediasi dengan mencetak banyak bukti percakapan korban dengan pelaku.
UNY juga menduga pelaku MLM abal-abal sekaligus korban
Mojok mendapatkan rekaman suara berdurasi 19 menit terkait isi mediasi tersebut. Sepanjang pembicaraan, pihak kampus mengingatkan Tasya agar tidak menebar hoaks dan fitnah karena memberi tuduhan tak berdasar.
UNY mengaku kalau pihaknya sedang trust issue dengan kasus hoaks, sebab belum lama ini mereka juga mengalaminya–atas hoaks kasus kekerasan seksual. Mereka pun mengancam akan melaporkan pihak Tasya dengan pasal pencemaran nama baik, sama seperti yang mereka gugat ke palaku hoaks, apabila perkara tetap disebar di media sosial.
Per Selasa (16/1/2024), Jurusan PKnH melalui Suyato mengakui kalau nama oknum yang memang merupakan mahasiswanya. Namun, ia juga menduga kalau H itu sebenarnya juga korban dari bisnis MLM abal-abal serupa.
“Makanya ia ikut melakukan itu [menipu] ke yang lain supaya uangnya bisa kembali,” kata Suyato. Ia juga menambahkan, selama ada bukti, dirinya siap memproses perkara ini sesuai prosedur.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Selain Kafir, Munas Alim Ulama NU Haramkan Bisnis Money Game Model MLM
Ikuti berita terbaru dari Mojok di Google News