Dosen Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Solo kaget bertemu teman seangkatan saat jadi mahasiswa UNS yang ikut kelasnya. Ternyata, temannya drop out dari UNS dan transfer perkuliahan ke kampusnya demi menyelamatkan gelar sarjana.
***
Imron Fatkhul tak pernah menyangka, di kelas metodologi penelitian yang ia ampu di UTP Solo, tiba-tiba bertemu dengan teman seangkatannya saat menjadi mahasiswa UNS. Temannya itu tidak mengabari bahwa akhirnya gagal lulus di UNS sehingga transfer kuliah di kampus yang punya jurusan serupa.
“Dulu dia awalnya nggak ngabarin ke saya,” kelakar Imron saat saya hubungi Kamis (15/2/2024).
Lelaki ini masuk jadi mahasiswa UNS di Jurusan Pendidikan Jasmani dan Olahraga pada 2006 silam. Saat masa skripsi mendapat dosen pembimbing yang cukup detail dalam memberikan masukan terhadap penelitian mahasiswa.
Ia ingat, saat itu berlima dengan teman setongkrongannya mendapat dosen pembimbing yang sama. Sayangnya, tidak semuanya berhasil menyelesaikan skripsi sampai batas waktu yang telah ditentukan.
“Saya beruntung, bisa lulus dengan beliau di 2011. Ada teman saya yang gagal lulus,” ujarnya.
Pertemuan dengan dosen pembimbing yang benar-benar detail itu, meski menantang, ternyata memantik Imron untuk belajar lebih serius. Hingga akhirnya ia terdorong untuk melanjutkan studi S2 di UNS Solo.
“Kalau bagi saya, justru karena dibimbing dengan detail oleh beliau jadi terdorong untuk belajar dan baca buku secara serius. Keinginan jadi dosen ya baru muncul saat mengerjakan skripsi,” kelakarnya.
Ia melanjutkan studi S2 pada 2011 dan lulus menyandang gelar magister pada 2014. Selama proses itu, sebenarnya, sekali dua kali ia masih bertemu dengan teman mahasiswa UNS yang dulu satu dosen pembimbing.
“Ketemu cuma pas acara seperti buka puasa bersama. Nggak ngobrol banyak, setahu saya ya masih proses menyelesaikan skripsi,” kenangnya.
Momen pertemuan dengan teman mahasiswa UNS
Selepas lulus S2, Imron akhirnya diterima menjadi dosen di UTP Solo pada 2014. Ia mengajar di Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga.
Singkat cerita, pertemuan dengan teman mahasiswa UNS itu terjadi di mata kuliah metodologi penelitian. Saat Imron masuk kelas di awal semester, ia kaget, melihat sosok yang tak asing sedang duduk di deretan bangku mahasiswa.
Di kelas, meski sudah saling menyapa namun Imron tidak bisa banyak berinteraksi dengan temannya itu. Ia pun mengajaknya untuk bertemu di ruang dosen setelahnya.
“Awalnya itu jelas canggung juga ya, baik dia maupun saya,” kelakarnya
Kondisi seperti teman Imron memang jamak dirasakan mahasiswa yang tidak bisa merampungkan studi sampai batas tenggat waktu yang diberikan kampus. Mereka biasanya mendapat opsi untuk pindah kampus demi bisa merampungkan studinya.
Meski harusnya tinggal melanjutkan tugas akhir, terkadang ada beberapa penyesuaian. Mahasiswa UNS itu dulunya berasal dari Jurusan Pendidikan Jasmani dan Olahraga, sehingga saat pindah ke Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga ada beberapa mata kuliah yang perlu ia ambil untuk penyesuaian kurikulum.
“Setelah bisa ngobrol dia langsung tanya macam-macam. Salah satunya soal kewajiban ikut magang kepelatihan olahraga. Ya itu salah satu bagian dari proses penyesuaian kurikulum,” ujarnya.
Baca halaman selanjutnya…
Kedatangan teman seangkatan lagi yang belum kelar S1 hingga 2024
Imron mengaku langsung memberikan semangat dan keyakinan bahwa temannya akan lulus menyandang gelar sarjana di UTP. Selanjutnya, sesekali ia pun saling berkabar progress perkuliahan temannya tersebut. Sampai akhirnya ia berhasil lulus.
“Setiap ketemu dia, candaan kami selalu sama, mengenang masa jadi mahasiswa UNS. Termasuk tentang proses skripsi bersama dosen pembimbing yang menantang. Sekarang dia sepertinya sudah jadi guru olahraga,” ujarnya tertawa.
Bertemu lagi dengan teman lain yang masih mengulang kuliah di 2024
Namun, jauh setelah itu, Imron juga sempat kaget bertemu teman lain dari UNS yang baru melanjutkan studinya yang tidak rampung. Rekannya sempat berhenti kuliah lama setelah gagal lulus dari UNS.
“Saya ketemu di aitu pas lagi ngurus administrasi. Sampai sekarang masih proses menamatkan kuliah di UTP,” katanya.
Bedanya, meski satu angkatan teman yang satu ini dulunya tidak dapat dosen pembimbing yang sama dengan Imron. Sehingga, ia sama sekali tak tahu kabarnya.
Pertemuan-pertemuan dengan teman lamanya ini membuat Imron memahami betapa kompleksnya proses studi mahasiswa. Di balik terlambat lulus, selalu ada kendala baik teknis maupun personal yang mereka hadapi.
Sebelumnya, Mojok juga sempat mewawancarai mahasiswa ITS Surabaya bernama Mabrur (26) yang lulus menjelang tenggat batas waktu studi. Ia juga merasakan pengalaman unik bertemu dengan temannya yang ternyata sudah jadi dosen di ITS.
Saat Mabrur sedang menunggu giliran sidang, ia terhenyak karena tiba-tiba temannya yang baru keluar ruang dosen mendekatinya. Ia lalu menegur, mencoba berbasa-basi bertanya apakah temannya itu masih mengingatnya.
“Ya kita jarang ketemu. Dia lulus cepat lalu ambil S2 jalur fast track, akhir 2023 lalu sudah jadi dosen di ITS,” katanya.
Studi Mabrur molor karena ia mengaku mengalami fase kehilangan semangat karena salah jurusan kuliah. Pada semester 13, ia akhirnya terdorong untuk segera menyelesaikan tugas akhirnya sehingga bisa lulus sebelum batas waktu.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Mahasiswa ITS Lulus Sarjana Jelang Drop Out, Sidang Skripsi Kaget Ketemu Teman yang Sudah Jadi Dosen
Cek berita dan artikel lainnya di Google News