Joki skripsi umumnya menjadi penyelamat terakhir mahasiswa yang kesulitan untuk lulus kuliah. Namun, bagaimana kalau jokinya sendiri malah enggak lulus-lulus? Inilah yang dialami oleh mahasiswa UGM.
Ada banyak kenalan saya yang bekerja sebagai joki skripsi. Dari penghasilan menjoki tugas akhir mahasiswa itu, banyak di antara mereka sudah mencapai banyak hal.
Ada yang bisa lanjut S2 dari duit menjoki, bahkan sebentar lagi lulus. Ada yang memilih berhenti dan mencari pekerjaan lain. Dan, tak sedikit juga yang memilih lanjut pada profesinya, bahkan berjejaring sesama joki.
Nasib ironis justru dialami kawan saya, sebut saja Baron (27). Sepanjang karier menjokinya, ia sudah berhasil meluluskan banyak mahasiswa. Namun, ia sendiri malah enggak lulus-lulus. Di masa senjanya di kampus, Baron bahkan memilih berhenti kuliah.
Seorang joki skripsi aktif
Hari itu, Baron sedang senggang. Saat saya menghubungi nomor Whatsapp-nya, ternyata hanya centang satu yang saya dapat. Untungnya, ia masih aktif di Instagram. Tak lama setelah saya mengirimnya sebuah pesan, ia langsung membalasnya.
“Sedang nyantai aja. Gas kalau mau ngopi,” kata Baron, Senin (12/2/2024) sore, menerima ajakan saya untuk bertemu.
Baron sendiri merupakan joki skripsi aktif. Saya sebut aktif lantaran orderan menjokinya yang begitu banyak. Saat kami bertemu saja, Baron mengatakan kalau ia sedang mengerjakan dua skripsi mahasiswa.
“Dan orderan beberapa jurnal,” sambungnya.
Lelaki asal Jakarta ini pernah berkuliah di Universitas Gajah Mada. Ia tercatat sebagai mahasiswa angkatan 2016. Sebelum di UGM, ia pernah berkuliah dua semester di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.
“Di Solo ngisi waktu aja sih daripada enggak kuliah, soalnya waktu itu ditolak UGM,” ujarnya, menjelaskan alasannya pindah dari UNS ke UGM.
Awalnya diburu banyak mahasiswa karena murah
Perkenalan saya dengan eks mahasiswa UGM itu terjadi akhir 2020 lalu. Kala itu, namanya sempat “harum” di kalangan anak-anak UNY. Kawan-kawan saya di UNY nyatanya memang tak sedikit yang sudah menggunakan jasa Baron. Kalau menurut beberapa testimoni, sih, karena harganya murah.
Baron bercerita, dirinya mulai menjoki sejak 2019. Awalnya, dia hanya iseng dia bantu-bantu pekerjaan kawan kosnya yang juga seorang joki. Mereka berdua sama-sama mahasiswa UGM saat itu.
“Kalau ada tugas kuliah receh-receh lah, bikin artikel atau soal UAS, dia nyuruh aku aja yang ngerjain. Duit juga ke aku semua,” katanya.
Lama-lama, Baron malah ketagihan. Karena ternyata sanggup mengerjakan secara cepat dan baik, kawan kosnya itu memberi beberapa kontak pelanggan yang sedang order tugas kuliah.
“Katanya aku suruh nego-negoan sendiri. Kalau lewat dia terus, ribet komunikasinya,” lanjutnya..
Namun, karena belum tahu harga, Baron memberi harga yang jauh di bawah pasaran. Faktor inilah yang menurutnya bikin beberapa pelanggan merekomendasi namanya ke mahasiswa lain.
“Ya jadi kenal aja gitu. Hampir tiap ada tugas kuliah aku yang ngerjain. Rp50 ribuan per tugas, kadang malah di bawah itu.”
Mahasiswa UGM mulai berani merambah skripsi saat seniornya pensiun
Baron pertama kali mendapat order mengerjakan skripsi pada 2022 lalu. Klien joki skripsi pertamanya pun adalah pelanggan setia yang selama ini order tugas-tugas kuliah ke dia.
Ia ingat betul, awalnya pelanggannya itu meminta seniornya untuk mengerjakan skripsinya. Namun, sang senior menolaknya karena sedang fokus dengan studi S2-nya.
“Akhirnya aku yang dia suruh ambil. Apa ya, mungkin faktor kepercayaan aja karena selama ini aku kan handle tiap tugas kuliahnya,” ujarnya, menerka alasan sang pelanggan mempercayakan skripsinya pada Baron.
Awalnya Baron sempat ragu. Mau bagaimana pun, mahasiswa UGM ini belum punya pengalaman mengerjakan skripsi. Tugas akhirnya sendiri saja baru mentok di proposal.
Namun, ketika melihat besaran uang yang pelanggannya tawarkan, Baron seolah tak bisa menolak. Alhasil, ia pun memilih mengerjakan skripsi pelanggannya dan menelantarkan skripsinya sendiri.
“Rp8,5 juta all in sampai selesai. Gimana aku bisa nolak coba?,” katanya sambil terus menyembulkan asap Gudang Garam Signature yang terus ia isap.
Mengerjakan skripsi orang lain tanpa halangan meski tak ada pengalaman
Baron mengerjakan skripsi klien pertamanya itu tanpa hambatan. Waktu yang ia butuhkan pun cenderung pendek.
“Enggak sampai 4 bulan udah selesai. Ketolong data dia yang udah lengkap juga kali ya.”
Sepanjang menjoki skripsi kliennya itu, banyak hal enak juga ia dapat. Misalnya, ketika ketemuan buat konsultasi, kliennya itu selalu mentraktir mahasiswa UGM makan. Terkadang uang pulsanya juga sudah ditanggung, di luar biaya pengerjaan Rp8,5 juta itu.
“Klien yang itu emang tajir, sih. Cuma ada berapa orang sih yang tajir tapi juga baik orangnya?,” kata Baron, memuji kliennya itu.
Namanya masuk daftar ucapan terima kasih di skripsi klien
Selama proses pengerjaan skripsi itu, Baron mengaku kalau hubungannya dengan sang klien semakin akrab. Setelah skripsi selesai pun mereka masih sering bertemu dan nongkrong.
“Udah jadi teman lah. Statusnya bukan klien lagi. Sampai sekarang masih temenan,” kata Baron.
Lebih mengherankan lagi, nama Baron juga dimasukkan dalam daftar ucapan terima kasih di skripsi. Kata dia, “ucapan terima kasih saya sampaikan atas bantuan konsultasi”, yang tentu bikin Baron tertawa terpingkal-pingkal.
“Awalnya dia chat, ‘namamu kumasukin ke skripsiku’. Aku kira bercanda aja. Tapi dia kirim fotonya ternyata beneran.”
Saat wisuda pun Baron juga hadir sebagai teman. Seolah-olah tak terjadi apa-apa. Padahal di antara orang tua dan teman kliennya yang datang itu, nyelip satu orang yang paling berkontribusi dalam kelulusannya.
Mahasiswa UGM ini memutuskan berhenti kuliah
Selama bergelut di dunia joki skripsi, total Baron telah meluluskan delapan orang. Mahasiswa yang ia luluskan amat beragam, ada yang dari UGM, UNY, dan beberapa kampus swasta.
“Mungkin reputasi kali, ya. Udah ada rekam jejak lulusin orang jadi pada percaya aja minta bantuanku, padahal aku sendiri belum lulus waktu itu,” kata Baron, mengira-ngira alasan klien percaya padanya.
Sayangnya, kehidupan kuliah tak seindah karier menjokinya. Meski sudah meluluskan delapan orang, ia sendiri malah kesulitan buat mengerjakan skripsinya sendiri. “Terlalu sibuk ngerjain skripsi orang sih,” katanya.
Baron sendiri juga sudah mengundurkan diri dari UGM. Kini, ia belum punya rencana apakah akan mendaftar ke kampus lain atau melebarkan sayap kariernya.
“Kalau DO ‘kan takutnya ada rekam jejak buruk, jadi sebelum DO mending ngundurin diri,” katanya. “Sekarang lanjutin hidup dulu aja, ada banyak mahasiswa yang harus segera aku lulusin,” tutupnya.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Agung Purwandono
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News