Bagaimana jadinya jika mahasiswa penerima beasiswa KIP Kuliah mampu membeli gawai merk iPhone? Ada yang nyinyir tak terima, ada pula yang mendukung usai mengetahui kisah di baliknya. Kepada Mojok, perempuan asal Aceh ini bercerita tentang perjuangannya bisa kuliah gratis di Jogja. Lalu, membeli gawai yang terkenal prestisius itu.
***
Sebuah konten tentang mahasiswa penerima beasiswa KIP Kuliah yang berhasil membeli gawai merk iPhone 13 muncul di beranda media sosial saya. Mahasiswa itu bernama Al Barr (19). Dalam konten yang ia buat, perempuan asal Aceh itu bercerita tentang perjuangannya kuliah sambil merintis bisnis di Jogja, hingga bisa membeli gawai merk iPhone 13.
Hingga kini, konten itu ditonton oleh 1,9 juta orang tapi komentarnya kebanyakan bernada negatif. Ada yang menganggapnya flexing. Ada pula yang menganggapnya tak pantas, karena mahasiswa penerima beasiswa KIP Kuliah dianggap tak seharusnya membeli iPhone 13.
“iPhone 13 itu bukan kebutuhan primer, kalau memang dirasa mampu ya ngundurin diri aja dari KIP Kuliah,” ucap @sep*****.
Al Barr bukannya tak tahu syarat utama penerima beasiswa KIP Kuliah dan tanggungjawab apa yang harus ia emban. Namun, ia mewajari jika kontennya bisa menimbulkan perdebatan.
Sebuah penelitian dari pakar ekonom di University of Chicago menyatakan, seseorang yang memiliki iPhone rata-rata memiliki penghasilan yang tinggi. Tak pelak, masyarakat menganggap iPhone sebagai simbol kekayaan.
Sementara, sebagai mahasiswa penerima beasiswa KIP Kuliah, Al Barr (19) dianggap mampu. Entah mengapa mahasiswa beasiswa KIP Kuliah seolah tak bisa tampil nyentrik. Apalagi menggunakan iPhone 13, gawai yang dianggap berkelas oleh masyarakat sekitar.
Mendadak daftar beasiswa KIP Kuliah
Al Barr sendiri bukan berasal dari keluarga berada. Ayahnya merupakan seorang buruh tani dengan gaji sekitar Rp500 ribu per bulan. Begitupun dengan ibunya yang hanya digaji sekitar Rp500 ribu per bulan sebagai guru honorer.
Namun, sejak SMA ia punya keinginan kuliah. Entah kenapa, ia getol sekali ingin kuliah di Jawa. Ia berharap bisa mengembangkan bakat dan minatnya di dunia perfilman. Tanpa pikir panjang, ia pun mendaftar kuliah di salah satu kampus ternama di Jogja.
Sayangnya, jalur SNBP menolaknya. Meski begitu, Al Barr tak menyerah hingga berhasil kuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) Jogja lewat jalur tes atau SNBT. Betapa berbunganya hati Al Barr saat itu, karena impiannya perlahan-lahan terwujud.
Sayangnya, orang tua Al Barr tidak sepenuhnya senang. Mereka justru termangu, bingung memikirkan biaya kuliah dan kebutuhan hidup anaknya nanti di perantauan.
“Ayah tiri aku tidak mendukung sama sekali. Hanya ibuku yang ikut membantu dengan doa,” ujar Al Barr saat dihubungi Mojok, Senin (25/8/2025).
Setelah mencari informasi dari teman-temannya, Al Barr baru tahu jika ada beasiswa KIP Kuliah. Meski sedikit terlambat mengetahuinya, ia berhasil mengumpulkan berkas dan langsung mendaftar.
“Aku daftar di akhir, tepat h-6 jam sebelum pendaftaran ditutup,” ucapnya.
Baca Halaman Selanjutnya
Berbagai macam usaha untuk beli iPhone











