Rasanya Satu Kelompok KKN dengan Anak Caleg, Semua Urusan Jadi Mudah Meski Suasana Bikin Tak Betah

Rasanya Satu Kelompok KKN dengan Anak Caleg, KKN Undip.MOJOK.CO

Ilustrasi Rasanya Satu Kelompok KKN dengan Anak Caleg, Semua Urusan Jadi Mudah Meski Suasana Bikin Tak Betah (Mojok.co/Ega Fansuri)

Kuliah Kerja Nyata (KKN) selalu meninggalkan kenangan tersendiri bagi para mahasiswa yang menjalaninya. Ada kenangan manis, tapi tak jarang juga kenangan pahit yang mereka dapatkan. Bagi Aini (21), momen KKN Undip 2022/2024 lalu rasanya “amat hambar tapi masih terngiang-ngiang”.

Dibilang manis enggak juga, tapi kalau dikatakan pahit sepertinya tidak adil. Sebab, setelah KKN berakhir, masih ada cerita-cerita absurd yang bikin dia tersenyum kalau mengingatnya.

Pada KKN Undip 2023/2024 lalu, Aini satu kelompok dengan anak salah caleg yang maju dalam Pemilu DPRD Pemalang–tempatnya melangsungkan kegiatan KKN. 

Ada dua kebetulan yang mahasiswa Undip ini alami. Kebetulan pertama, desa tempatnya KKN adalah dapil dari sang caleg. Sementara kebetulan kedua, anak sang caleg tadi terpilih sebagai ketua kelompoknya. 

Dua kebetulan tersebut yang akhirnya membawa Aini pada “pengalaman tak terlupakan” selama KKN.

Awalnya berpikir KKN akan berjalan lancar karena diketuai anak caleg kaya raya

Sekitar November 2023 lalu, pengumuman pembagian kelompok KKN Undip berserta lokasi penerjunannya diterima oleh mahasiswa. Tak lama setelahnya, Aini diundang dalam sebuah grup KKN yang penempatannya ke salah satu desa di Kabupaten Pemalang.

Di awal, semua masih berjalan lancar. Laiknya sebuah kelompok KKN, Aini dan teman-temannya mulai mengenal satu sama lain setelah beberapa kali mengadakan rapat.

Namun, dari semua anggota di kelompoknya, ada satu nama yang mencuri perhatian Aini. Sebut saja Arif, yang belakangan disepakati sebagai ketua kelompok mereka.

Bagaimana tidak mencuri perhatian, soalnya Arif adalah mahasiswa yang tajir melintir. Itu terlihat dari outfit dan tunggangannya. Di antaranya teman-teman di kelompoknya, cuma Arif yang punya mobil.

Bahkan, setiap ada rapat pra-penerjunan pun, Arif selalu mentraktir dia dan teman-temannya. Padahal pengeluaran buat pesan makan dan minum di kafe tidaklah sedikit.

“Pokoknya setiap ada rapat di kafe, dia selalu yang bayarin. Pokoknya seumur-umur aku berteman dengan mahasiswa, kayaknya dia deh yang paling kaya,” kata Aini, bercerita kepada Mojok, Sabtu (13/7/2024) pagi.

Aini pun langsung optimis kalau KKN-nya bakal berjalan lancar. Ia berpikir setidaknya tidak akan ada kendala dalam hal akomodasi, sebab di kelompoknya sudah punya “ATM berjalan”.

Si Kaya ternyata anak caleg, bikin kelompoknya kikuk

Saat kelompoknya mulai terjun ke desa penempatan, Aini dan teman-temannya baru tahu kalau Arif adalah anak salah satu caleg di Pemilu DPRD Pemalang.

Semua berawal saat memasuki salah satu kawasan di Pemalang, foto banner caleg terpasang di mana-mana. Kebetulan memang waktu KKN Aini bertabrakan dengan jadwal kampanye Pemilu 2024.

“Nah itu jadi awkward moment, soalnya kan di mobil dia, kami semua roasting satu-satu banner-banner para caleg di pinggir jalan,” ungkap Aini.

“Nah, pas ada satu banner caleg kami kata-katain, tiba-tiba Arif marah. Nggak terima. Pokoknya baper gitu. Eh dia ngaku kalau yang kita roasting tadi foto bapak dia.”

Setelah Arif marah-marah, suasana di dalam mobil menjadi hening. Aini mengingat hampir tak ada obrolan lagi sepanjang perjalanan ke lokasi. Aini merasa kalau Arif sangat kesal dengan yang lain. 

Sesampainya di desa lokasi KKN pun, situasi di kelompoknya tak asyik lagi. Semua serba kikuk.

“Kebayang kan paniknya kami. Sejak awal Arif udah seperti donatur KKN kami, apalagi dia juga ketua kelompok. Kalau dia ngambek kan bahaya dong.”

Beda pandangan politik bikin kelompok terpecah

Selain kikuk, Aini juga merasakan kelompok KKN-nya menjadi panas. Terjadi perbedaan pendapat dikit saja, pasti langsung ada mulut. 

Situasi itu bikin dia merasa tak nyaman. Bahkan, beberapa temannya yang perempuan mengaku tidak betah, meski nekad bertahan karena nggak mungkin berhenti di tengah jalan.

Menurut Ani, sebenarnya program kerja kelompoknya sangat fair. Alias, tak ada proker-proker yang menjurus kampanye politik meski desa tersebut adalah dapil dari ayahnya Arif.

Aini merasa ketegangan di kelompoknya terjadi karena dua hal. Pertama, sikap Arif yang masih baper setelah ayahnya diroasting berjamaah. Dan kedua, teman-teman KKN-nya punya preferensi politik yang beda dengan Arif.

“Gampangnya begini. Teman-teman yang lain nggak suka partai A, eh, bapaknya Arif ternyata dari partai A. Mana hampir tiap hari debat masalah beginian,” kenangnya.

Aini sendiri mengaku tak terlalu mengikuti perpolitikan menjelang pemilu. Jadi, dia cuma menikmati saja perdebatan Arif dan teman-teman di kelompoknya nyaris tiap malam.

Indahnya KKN justru didapat setelah kegiatan selesai

Selama masa KKN Undip berlangsung, Aini mengaku tak ada yang bisa dia nikmati. Tak ada kenangan yang dia dapatkan selain cerita absurd satu kelompok dengan anak caleg.

“Gimana mau nikmatin KKN coba, tiap hari berantem. Kelompok juga anyep-anyep aja.”

Karena merasa tak saling akrab, setelah KKN selesai akhir Februari 2024 lalu, Aini dan teman-temannya nyaris tak kontakan lagi. 

Hampir tak ada obrolan di grup KKN. Dan, jangankan nongkrong, chat dengan teman-teman yang lain pun juga seperlunya saja.

Namun, ada satu orang di kelompoknya yang sampai saat ini masih kontakan dengannya. Dan, teman kelompoknya itulah yang sekarang jadi pacarnya.

“Orang kan bilang cinlok itu di KKN. Lah, aku malah cinloknya setelah KKN. Soalnya baru mulai PDKT setelah KKN, sih,” pungkasnya.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA Lebihi Drama KKN, Kenangan Trauma Mahasiwa Bandung Magang Kuliah di Batam Malah Berakhir Nemu Mayat

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version