Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Kampus

Realitas UNY, Kampus Keguruan yang Mahasiswanya Ogah Jadi Guru Karena Gelar S.Pd Tak Laku 

Adelia Melati Putri oleh Adelia Melati Putri
13 Agustus 2024
A A
Realitas UNY, Kampus Keguruan yang Mahasiswanya Ogah Jadi Guru Karena Gelar S.Pd Tak Laku .MOJOK

Ilustrasi Realitas UNY, Kampus Keguruan yang Mahasiswanya Ogah Jadi Guru Karena Gelar S.Pd Tak Laku  (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) memang kampus paling unggul dalam mencetak calon guru. Kampus keguruan pun menjadi julukan yang melekat pada perguruan tinggi pecahan UGM ini.

Namun, menjadi ironi ketika banyak mahasiswanya kehilangan gairah buat menjadi guru. Alasannya bermacam-macam; ada yang menganggap gaji guru kecil, minimnya peluang menjadi ASN, hingga gelar S.Pd yang dianggap tak laku di dunia kerja. Pendeknya: lulus UNY dengan gelar sarjana kependidikan mereka anggap punya masa depan suram.

Dalam liputan kali ini, Mojok berbincang dengan Bila (21) dan Sabrina (20), dua mahasiswa UNY yang mengeluhkan permasalahan tadi. Sebelumnya juga, Mojok telah banyak membuat liputan sejenis. Terkait lulusan sarjana kependidikan UNY yang kesulitan di dunia kerja dan menyesali gelar mereka.

Kuliah di UNY karena tak ada pilihan lain

Bila merupakan mahasiswa program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Meskipun kuliah di jurusan yang spesifik lulusannya bakal menjadi guru SD, ia mengaku tak memiliki minat mengajar.

“Dulu emang punya cita-cita ingin jadi guru, tapi makin kesini, melihat keadaan juga, minat untuk jadi guru udah nggak ada, sekarang juga rada nyesel sih ngambil PGSD,” ucap mahasiswi asal Gunungkidul ini, Jumat (9/8/2024), dengan raut wajah yang penuh penyesalan.

Kepada Mojok, perempuan ini mengaku memilih UNY karena tak punya pilihan lain. Orang tua memintanya untuk kuliah di kampus negeri Jogja dengan pertimbangan jarak dekat dengan rumah.

Masalahnya, permintaan ortu itu bikin pilihannya terbatas. Di Jogja, cuma ada beberapa PTN yang mungkin dia pilih, seperti UGM, UNY, ataupun UPN.

Nama pertama, bagi Bila, sulit buat dia masuki. Sementara nama ketiga, menurutnya secara kualitas jauh kalau dibanding UNY. Makanya, Bila memilih UNY–dan kebetulan lolos di situ–karena pertimbangan tadi. Ia lolos jalur Seleksi Mandiri dan mendapatkan UKT sebesar Rp 3,6 juta.

Lulusan PGSD: kalau jadi guru upahnya tak seberapa, tapi susah cari pekerjaan lain

Ada alasan kuat mengapa Bila menyesali keputusannya masuk PGSD UNY. Baginya, gelar sarjana pendidikan alias S.Pd punya prospek kerja yang sangat sempit. Apalagi spesifik guru SD.

Alhasil, pilihannya terbatas, yakni cuma bisa jadi guru SD. Kalau pun berkeinginan menjajal profesi lain, gelar S.Pd UNY tak cukup kuat dihadapan HRD.

Mojok sendiri pernah mengobrol dengan Hani (24) pada April 2024 lalu. Ia merupakan mahasiswa PGSD UNY yang lulus cumlaude. Sayangnya, pencapaian manis itu tak menjamin masa depannya lebih cerah.

Sampai saat ini, Hani masih bekerja sebagai guru honorer salah satu SD di Bantul. Gaji bulannya hanya Rp800 ribu. Itu pun, ia masih mengaku beruntung, sebab teman-teman seprofesinya ada yang cuma diupah Rp500 ribu bahkan Rp300 ribu sebulan.

Memang, ada selalu ada opsi profesi lain selain menjadi seorang guru. Namun, jalan ini tak pernah mudah karena ijazah S.Pd kerap dipandang sebelah mata oleh HRD.

Mojok juga pernah mewawancarai Rusi (24), penyandang gelar S.Pd UNY yang menderita akibat ijazah tersebut. Setelah lulus dari kampus keguruan itu, ia nekat merantau ke Jakarta.

Iklan

Sayangnya, dia malah hidup terlunta-lunta di ibu kota. Enam bulan ia nganggur karena ijazah S.Pd miliknya tak laku. Setelah dapat pekerjaan pun, gajinya malah underpaid–cuma setengah UMR Jakarta.

Mahasiswa UNY kehilangan minat pada prodi kependidikan

Meski UNY menyandang kampus keguruan, tapi banyak mahasiswanya kehilangan minat untuk menjadi guru. Selain kasus Bila, hal ini juga dibuktikan dengan fakta bahwa dari 5 besar jurusan dengan peminat terbanyak di UNY, 4 di antaranya diisi oleh jurusan non-kependidikan. Antara lain Manajemen, Psikologi, Akuntansi, dan Ilmu Komunikasi.

Salah satu mahasiswa UNY yang memilih jurusan non-kependidikan adalah Sabrina, mahasiswa program studi Ilmu Sejarah. Perempuan asal Pati, Jawa Tengah ini mengatakan, alasannya tak memilih jurusan kependidikan karena–dari yang ia amati–kehidupan lulusannya banyak yang mengkis-mengkis.

Bagi dia, buat menjadi guru, prosesnya tak mudah. Setelah lulus, mereka masih harus mengambil program PPG. Barulah, setelah mendapat sertifikasi PPG, mereka dikatakan siap menjadi pengajar.

Saat lolos PPG pun jangan harap bernapas lega. Sebab, kini sudah tak ada lagi rekrutmen CPNS bagi guru. Paling mentok, para guru hanya bisa menjadi PPPK–yang tingkat persaingannya 11-12 dengan seleksi CPNS.

Kalau gagal lolos PPPK, maka masa depan suram seperti, misalnya, yang dialami Hani, harus mereka terima. 

“Guru honorer itu gajinya kecil banget. Melihat kondisi ekonomi dan kebutuhan pokok yang meningkat, itu nggak akan memenuhi kebutuhan di masa depan nanti,” ujar perempuan yang akrab disapa Abrin ini, Jumat (9/8/2024).

“Belum lagi harus kelelahan mendidik banyak anak-anak dengan karakter yang berbeda-beda, nggak sebanding aja dengan gaji yang didapatkan dengan menjadi guru honorer,” pungkasnya.

Penulis: Adelia Putri

Editor: Ahmad Effendi

Liputan ini diproduksi oleh mahasiswa Program Kompetisi Kampus Merdeka-Merdeka Belajar Kampus Merdeka (PKKM-MBKM) Unair Surabaya di Mojok periode Juli-September 2024.

BACA JUGA Kompleks Kos Karangmalang, Saksi Bisu Mahasiswa KIP Kuliah UGM-UNY Kelaparan dan Makan Sampah Gara-Gara Beasiswa Cairnya Molor

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 13 Agustus 2024 oleh

Tags: guruguru honorerkampus keguruanmahasiswa UNYpgsdPPPKuny
Adelia Melati Putri

Adelia Melati Putri

Artikel Terkait

UAD: Kampus Terbaik untuk “Mahasiswa Buangan” Seperti Saya MOJOK.CO
Esai

UNY Mengajarkan Kebebasan yang Gagal Saya Terjemahkan, sementara UAD Menyeret Saya Kembali ke Akal Sehat Menuju Kelulusan

16 Desember 2025
UNY Bikin Liar, Ketulusan Dosen UAD Bikin Saya Jadi Tertib MOJOK.CO
Esai

Pengalaman Saya Kuliah di 2 Kampus Terbaik Jogja: Menjadi Liar di UNY, Menikmati Kasih Sayang Dosen dan Menjadi Mahasiswa Tertib di UAD

8 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO
Ragam

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Kiper tim futsal putri UNY, Agma. MOJOK.CO
Liputan

Perjuangan Ibu Belikan Sepatu Futsal, Beri Saya Kegigihan di Bawah Mistar

13 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

borobudur.MOJOK.CO

Borobudur Moon Hadirkan Indonesia Keroncong Festival 2025, Rayakan Serenade Nusantara di Candi Borobudur

15 Desember 2025
Kegigihan bocah 11 tahun dalam kejuaraan panahan di Kudus MOJOK.CO

Kedewasaan Bocah 11 Tahun di Arena Panahan Kudus, Pelajaran di Balik Cedera dan Senar Busur Putus

16 Desember 2025
Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025
ugm.mojok.co

UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar

20 Desember 2025
Atlet panahan asal Semarang bertanding di Kota Kudus saat hujan. MOJOK.CO

Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

19 Desember 2025
Pulau Bawean Begitu Indah, tapi Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri MOJOK.CO

Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri

15 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.