Siswa “Terpintar” SMA Sombong Bakal Lolos Mudah ke PTN, Berakhir Kuliah di Kampus Tak Terkenal setelah Dua Tahun Gagal UTBK

Ilustrasi - Kuliah mahal tapi berakhir gagal (Mojok.co/Ega Fansuri)

Menjadi siswa terpintar di SMA tak menjadi jaminan bakal lolos mudah ke PTN. Nilai terbaik ujian nasional, prestasi ekstrakurikuler mentereng, dan seabrek sertifikat menang lomba, cuma terasa sia-sia kalau akhirnya malah gagal masuk kampus idaman di UTBK. 

Demikianlah yang dialami Putra (25). Mahasiswa asal Jawa Timur ini pada awalnya sangat pede bakal lolos mudah ke PTN incarannya. Hal itu mengingat label sebagai “siswa terpintar” di SMA yang tersemat padanya.

Akan tetapi, realitas bicara lain. Ia gagal dalam dua tahun percobaan seleksi masuk kampus favoritnya itu. Kini, ia malah berakhir kuliah di kampus swasta yang kurang terkenal.

“Kampus antah-berantah, kalau nulis di Google aja mungkin nggak keluar. Tapi biaya kuliah mahal,” katanya saat dihubungi Mojok, Jumat (23/5/2025).

Nilai tertinggi UN, peringkat satu paralel, tapi daftar Unesa saja tidak lolos

Label “siswa terpintar di SMA” bukanlah isapan jempol. Selama masih sekolah, Putra mengaku berhasil “ngukut” siswa-siswa lain dengan nilainya yang mentereng.

Selama tiga tahun, ia mengaku mengalami “win-streak”: selalu peringkat satu paralel di ujian akhir semester. Paling jelek ia cuma menjadi peringat dua, itupun terjadi saat ujian akhir semester satu kelas X.

“Sisanya win-streak. Juara satu terus, sampai lulus sekolah,” ujarnya.

Saat ujian nasional 2019 lalu, nilainya juga tertinggi. Bahkan masuk 10 besar tertinggi di kecamatannya. Makanya, dalam SNBP 2019 (dulu SNMPTN), Putra memilih UGM di pilihan pertama dan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) di pilihan kedua.

UTBK.MOJOK.CO
Ilustasi mahasiswa sedang mengikuti UTBK (Mojok.co/Ega Fansuri)

Pertimbangannya, kalau gagal lolos UGM, setidaknya ia masih memiliki opsi kuliah di Unesa. Ia sangat percaya diri kala itu.

“Tapi gagal dua-duanya. Bahkan ke Unesa yang kuanggap remeh pun gagal.”

Menghina SNBP karena gagal, dianggap sebagai “arisan”

Sakit hati gagal SNBP 2019 meski nilainya amat mumpuni, Putra tak terima. Dalam sebuah status Facebook yang pernah ia unggah dalam grup Keluh Kesah Ngampus (KKN), dia menulis kalau SNBP itu ibarat arisan.

“Aku bilang begitu karena cuma untung-untungan aja. Ya kayak diundi aja. Sepintar-pintarnya kamu kalau pas dikocok namamu nggak keluar, ya nggak bakal lolos PTN,” ungkapnya.

Tulisannya itu ramai. Banyak netizen kemudian menghujatnya. Gara-gara itu juga, malah dia sampai ditegur oleh gurunya di SMA. Dibilangnya “tidak etis”.

Putra menyadari kesalahannya itu. Tak lama setelah itu, ia menghapus status Facebook yang kontroversial tadi. Meskipun ia mengakui rasa sakit hatinya masih menempel.

Baca halaman selanjutnya…

Dua tahun berturut-turut gagal UTBK di kampus favorit. Kena mental sampai “puasa medsos”.

Dua kali gagal di UTBK, merasa trauma hingga puasa medsos berbulan-bulan

Gagal di SNBP 2019, Putra pun berjuang di jalur-jalur yang tersisa. Termasuk setelahnya adalah SNBT (dulu SBMPTN) dan seleksi mandiri.

Di dua jalur seleksi itu, UGM tetap ia perjuangkan. Baginya, tak ada tujuan lain di hidupnya kala itu selain bisa kuliah di kampus terbaik tersebut.

“Karena jurusan yang aku perjuangkan saat itu, yang terbaik ya yang di UGM. Apalagi aku juga masih dibuat penasaran buat lolos UGM.”

Sayangnya di semua percobaan ini, Putra masih gagal. Orang tuanya merekomendasikan dia buat daftar kampus swasta saja. Namun, ia menolak.

Putra memilih gap year saja, dan berjuang lagi tahun depan. Apalagi, saat itu ia mengaku kena mental. Ia mengaku, tiap kali buka medsos yang isinya cerita orang kuliah, dadanya makin terasa nyesek.

“Aku sampai off sosmed kira-kira 2 bulan karena kena mental gagal UTBK,” ujarnya.

Singkat cerita, setahun berlalu dan Putra kembali memperjuangkan kampus favoritnya itu. Tapi kini ia menurunkan egonya dengan membuat opsi yang lebih masuk akal. Seandainya gagal di UGM, dia akan coba seleksi mandiri ke kampus “yang lebih mudah dimasuki”, seperti Unesa.

Sialnya, cerita kegagalan UTBK 2019 malah berulang. Saat itu hanya kesedihan dan rasa frustrasi yang dia dapatkan. Tanpa mengambil opsi lain, seperti ikut seleksi mandiri, Putra memutuskan daftar kampus swasta yang dekat dengan rumahnya.

“Waktu itu desperate banget. Rasanya memang semesta nggak izinin aku kuliah di UGM. Makanya aku daftar kampus swasta, tempat kuliahku sekarang.”

Merelakan UTBK dan berdamai dengan label “mahasiswa kampus jelek”

Kini, Putra sudah berada di semester akhir perkuliahnnya. Skripsinya hampir selesai dan sebentar lagi kelulusan di depan mata. Jujur, ia mengaku sudah mulai berdamai dengan kondisinya saat ini.

“Kalau ada yang bilang ‘mahasiswa kampus jelek’, ‘nggak terkenal’, aku biasa aja, karena faktanya begitu,” ungkapnya.

Bahkan, perasaan sakit hatinya dulu karena gagal UTBK sudah dikubur. Toh, hidup mesti tetap berjalan dan dia sudah di jalan yang benar.

Putra juga mengatakan bahwa rezeki tak ada yang tahu. Bisa jadi ia ditolak UGM sebagai mahasiswa S1. Namun, tak ada yang tahu juga kalau dia bisa lolos UGM sebagai mahasiswa S2.

“Namanya hidup penuh plot twist. Bisa aja kan abis ini aku lolos S2 UGM. Hahaha.”

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Mahasiswa UNY Sulit Menjelaskan ke Tetangga soal Kampusnya karena Kurang Populer, Mengaku Kuliah di UGM Biar Mudah Dipahami atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Exit mobile version