Demi menyelamatkan mahasiswa Universitas Gadjah Mada yang kelaparan dan berada di ujung tanduk (berhenti kuliah), Ika Kurniati mendirikan komunitas Berbagi Bites Jogja (BBJ). Suatu komunitas yang menyalurkan makanan berlebih kepada mahasiswa dan orang-orang yang membutuhkan.
***
Berangkat dari keprihatinan Ika saat melihat mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang kelaparan, ia terdorong untuk menyalurkan bantuan makanan lewat komunitas Berbagi Bites Jogja (BBJ). Suatu komunitas yang berfokus pada gerakan food rescue dan food bank di wilayah Jogja.
Sejatinya, gerakan ini untuk mengurangi kelaparan dan limbah makanan yang dapat menghasilkan emisi karbon. Namun, Ika melihat banyak mahasiswa UGM, khususnya yang merantau masih kesusahan bertahan hidup.
Meminta izin dari PSP Universitas Gadjah Mada (UGM)
Ika bukan mahasiswa ataupun alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM). Namun, ia cukup mengenal beberapa dosen di sana. Suatu hari, ia ingin mendirikan komunitas Berbagi Bites Jogja (BBJ), karena tertarik dengan isu lingkungan, khususnya mengelola limbah sisa makanan.
“Tahun 2023 saya menjadi volunteer di Jakarta, tapi kemudian ditawari langsung untuk menjadi pegiat di Jogja,” kata Ika kepada Mojok, Minggu (19/1/2024).
Ika pun menerima tawaran tersebut karena memang berdomisili di Jogja dan punya bisnis coffe shop di sana. Sebagai pemilik coffe shop, ia juga ingin membantu program pengelolaan sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta, mengingat sisa makanan menjadi penyumbang paling banyak sampah di Jogja.
“Untuk meng-handle sampah dari hilir, tentu bukan kewenangan kami tapi kami bisa membantu dari hulu dengan cara mengurangi sampah makanan,” ujarnya.
Oleh karena itu, Ika mendirikan komunitas Berbagi Bites Jogja (BBJ). Ia pun mendatangi langsung Pusat Studi Pancasila (PSP) Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk mendukung ide dan menyemangati visi BBJ tersebut.
Sebab, Ika tahu PSP UGM juga punya visi yang sama. Salah satunya, meningkatkan sumberdaya manusia di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Beruntung, kepala PSP itu menyambut baik dan menawarinya untuk berkegiatan di PSP UGM.
Tak hanya itu, PSP UGM juga membantu Ika mempromosikan BBJ, sehingga ada banyak mahasiswa dari UGM yang tertarik dengan isu lingkungan dan ikut bergabung menjadi anggota. Maka tak heran, kebanyakan anggota dari BBJ adalah mahasiswa UGM meskipun komunitas itu terbuka untuk umum.
Menyelamatkan Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM)
Berada di lingkungan PSP UGM, mengharuskan Ika peka terhadap lingkungan sekitarnya. Beberapa mahasiswa UGM yang menjadi anggota BBJ sempat curhat kalau teman-temannya sering kesulitan secara ekonomi. Misalnya, mahasiswa perantauan yang tinggal di kos. Ia menahan lapar karena tidak dikirimi uang saku bulanan dari orang tua.
“Saya melihat ada mahasiswa yang mungkin ingin memperbaiki keluarganya dengan berkuliah, tetapi harus terhenti hanya karena kurang makan. Sementara, kita juga melihat ada banyak sekali orang-orang yang kelebihan makanan,” ucapnya.
Mojok sendiri pernah menjumpai beberapa mahasiswa kelaparan yang tinggal di sudut gang sempit sekitar UGM hingga Jogja bagian selatan. Mahasiswa itu mengaku baru saja berhenti kuliah dan sedang mencari kerja. Ia bilang tidak bisa mengandalkan uang kiriman dari orang tua lagi, sehingga perlu bantuan makanan.
Liputan itu bisa dibaca dalam artikel berjudul Beratnya Hidup Mahasiswa Kelaparan, Bertahan di Kos Murah Sudut Gang Sempit Sekitar UGM dan Kampus Jogja Lain.
Berdasarkan Survei Biaya Hidup Mahasiswa (SBHM) tahun 2024, biaya hidup mahasiswa di Jogja memang lebih tinggi dari Upah Minimum Provinsi (UMP) Jogja sebesar Rp2,1 juta. Di mana, rata-rata biaya hidup mahasiswa Jogja sebesar Rp2,9 juta per bulan.
Survei yang dilakukan oleh Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta (UPNYK) bekerjasama dengan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (BI DIY) itu menyebut, makanan dan minum mendominasi pengeluaran mahasiswa sebanyak 26 persen, lalu gaya hidup sebesar 23 persen, dan sewa tempat tinggal sebesar 22 persen.
“Melihat fenomena tersebut, kami akhirnya mendahulukan mahasiswa sebagai penerima manfaat,” ucap Ika.
Berbagi Bites Jogja menyalurkan makanan ke yayasan
Anggota BBJ, Hikmah Rania Rahman, menjelaskan bagi mahasiswa yang mengikuti program tersebut dapat mengisi form yang ada di website BBJ. Mahasiswa hanya perlu mengisi nama lengkap, nomor WhatsApp, dan fakultas. Kemudian, tim BBJ akan menginformasikan lokasi, di mana mereka bisa mengambil makanan.
Selain menargetkan bantuan kepada mahasiswa UGM, BBJ juga menyalurkan makanan berlebih ke banyak yayasan. Misalnya, Yayasan Hamba di Pakem, Yayasan Madania, Yayasan Sayang Ibu, panti jompo di bawah naungan Dinas Sosial, serta kepada orang tua uang yang sedang menunggu anaknya di bangsal Rumah Sakit Khusus Kanker.
“Nah, kalau untuk yayasan biasanya kami lakukan pendataan berapa berat makanan yang sudah kami rescue, setelah itu kami checking, dan langsung kami kirimkan ke yayasan yang bersangkutan,” ucap Rania.
Sebagai penghubung pendonor surplus makanan dengan penerima manfaat, Ika bekerjasama dengan Holland Bakery, ArtHotel Yogyakarta, Sheraton Mustika Yogyakarta Resort & Spa. Biasanya BBJ akan mengambil makanan berlebih seperti frozen food sebulan sekali.
“Setidaknya hingga saat ini kami sudah menyelamatkan sekitar 470 kilo makanan berlebih,” ucapnya.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Jalan Hidup Lulusan S2 Filsafat UGM yang Kini Menjadi Penjual Cilok Berkostum Power Rangers atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.