Jika berbicara bandara Yogyakarta, mungkin kebanyakan hanya tahu ada dua dalam sejarah. Keduanya yakni Adisutjipto dan Yogyakarta International Airport (YIA). Namun, sebenarnya ada lapangan terbang lain yang pernah eksis di wilayah ini sebelum keduanya hadir.
Puluhan tahun Adisutjipto menjadi bandara satu-satunya di Yogyakarta. Melayani semua penerbangan domestik dan internasional sampai akhirnya perannya tergantikan oleh YIA pada 2020 silam.
Dahulu, Bandara Adisutjipto bernama Bandara Maguwo. Pembangunan bandara tersebut atas inisisasi pemerintah kolonial pada 1939-1941. Pembangunan ini berada di berdiri di tanah bekas perkebunan tebu milik Pabrik Gula Wonocatur yang bangkrut pada 1937.
Peresmian Bandara Maguwo ditandai penanaman pohon oleh Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono IX pada 13 Agustus 1941. Mulanya, Bandara Baguwo menjadi basis militer udara Belanda, beralih menjadi pangkalan udara landasan pesawat-pesawat Jepang, sampai akhirnya menjadi basis perjuangan AURI pada masa awal kemerdekaan.
Tak heran jika pada Agresi Militer Belanda II, bandara tersebut menjadi sasaran pengeboman pasukan Belanda. Di sana, banyak pesawat peninggalan Jepang yang saat itu digunakan oleh AURI.
Lapangan terbang Sekip UGM yang terlupakan
Namun, sebelum bandara Yogyakarta Adisutjipto berdiri, pernah ada lapangan terbang yang eksis terlebih dahulu. Keberadaannya kini hampir terlupakan karena memang kawasannya sudah berubah total.
Lapangan terbang pertama di Yogyakarta itu terletak di kawasan Sekip, UGM. Saat ini, area itu sudah menjadi kompleks gedung-gedung perkuliahan.
Saat itu status lapangan terbang Sekip adalah landingsterrein atau landasan rumput. Landasan itu punya dimensi sepanjang 620 meter dengan lebar 220 meter dengan alas tanah rata dan rerumputan. Kendati begitu, tetap cocok untuk sejumlah pesawat yang ML-KNIL gunakan saat itu.
Pendaratan pertama pesawat di Bandara Sendowo terjadi pada Jumat, 4 Agustus 1927 pagi. Tiga pesawat De Havviland DH 9 dengan nomor registrasi H.120, H.126, dan H.130 F resmi mendarat di sana. Aga berpendapat, hari itu menandai pertama kalinya ada landasan udara di Yogyakarta.
Saya sempat mencoba mengunjungi kawasan yang dulunya menjadi bandara di Yogyakarta tersebut. Mencoba bertanya kepada beberapa warga untuk mengetahui secuil sejarahnya. Namun, sedikit sekali warga di sekitar sana yang punya memori tentang sejarah yang pernah ada.
Kepala Padukuhan Sendowo, Sudarno (54), bercerita kalau ia lebih ingat kawasan itu sebagai bekas lapangan tembak. Jejak lapangan terbang memang sudah tidak ada di tahun 1970-an saat Sudarno kecil. Saat itu, salah satu titik yang ia ingat adalah sebuah gundukan tanah yang dulunya menjadi lapangan tembak.
“Dulu sebelum tidur kadang diceritakan soal lapangan terbang dan lapangan untuk latihan menembak tentara kolonial Belanda,” kenangnya saat saya temui, Jumat (18/8/2023).
Gundukan tanah mirip bukit dulunya terletak di utara Fakultas Kedokteran Gigi. Gundukan tanah itu ia sebut sebagai “gumuk”. Pada era 1970 sampai akhir 1980-an, tumbuhan memadati atas gundukan itu.
Sejumlah sumber menyebut bahwa penamaan Sekip berasal dari kata schietschijf yang berarti sasaran tembak. Kawasan itu menjadi titik lapangan yang biasa serdadu gunakan untuk melatih kemampuan menembaknya. Kawasan sekitar lapangan tembak itu yang akhirnya sempat menjadi lokasi landasan pesawat.
Baca selanjutnya…
Akhir riwayat lapangan terbang Sekip UGM