Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan

7 Tahun Mengabdi Jadi Guru di Jogja, Tak Tega Melihat Realita Siswa Putus Sekolah meski Diri Sendiri Tidak Sejahtera

Mohamadeus Mikail oleh Mohamadeus Mikail
9 September 2025
A A
Ketulusan guru di Sekolah Gajahwong Jogja. MOJOK.CO

ilustrasi - Sekolah Gajahwong di Jogja. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Sebagai sekolah yang berbasis komunitas, Sekolah Gajahwong di Desa Ledhok Timoho, Jogja harus menghadapi tantangan yang tidak biasa selama 15 tahun ini. Mulai dari mempertahankan jejaring hingga menjaga kesetiaan relawan atau guru yang mengajar, meski dengan upah yang tak seberapa bahkan nihil.

***

Neneng H. Maryam (30), salah satu guru di Sekolah Gajahwong, Jogja sepakat dengan pernyataan Menteri Agama Nasaruddin Umar bahwa guru adalah profesi yang mulia. Namun, Maryam, sapaan akrabnya, khawatir kemuliaan itu diidentikkan dengan kemiskinan.

“Kalau kami sebagai guru dianggap rela tidak dibayar atau rela tidak menerima upah sepeser pun, itu mengkhawatirkan,” kata Maryam kepada Mojok, Senin (8/9/2025).

Sebab, lanjut dia, guru juga punya hak sejahtera sebagai manusia. Maka, bukan berarti pemerintah mewajari jika guru tidak perlu digaji dengan upah yang layak atau bahkan tidak diberi upah sepeser pun.

Sebagai guru yang sudah mengabdi selama tujuh tahun di Sekolah Gajahwong, Maryam menjadi saksi betapa banyak anak di Desa Ledhok Timoho, Jogja nyaris tidak bisa sekolah karena keterbatasan ekonomi.

Berangkat dari perasaan getir tersebut, Maryam pun rela mendapat upah yang sedikit. Namun lagi-lagi, bukan berarti profesi guru tidak berhak mendapat gaji yang layak. 

Pendidikan gratis bagi keluarga kurang mampu

Maryam terlampau getir dengan kondisi pendidikan Indonesia, utamanya saat melihat realitas anak-anak di Desa Ledhok Timoho yang kurang mampu dan tak bisa sekolah. 

Padahal, pendidikan adalah hak semua warga negara seperti yang tercantum dalam UUD 1945. Namun nyatanya, negara ini belum mampu memberikan fasilitas pendidikan layak dan merata.

Bangunan sekolah gajahwong. MOJOK.CO
Sekolah Gajahwong di Desa Ledhok Timoho, Jogja. (Melvinda Eliana/Mojok.co)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada sekitar 4,16 juta anak di Indonesia tidak bersekolah atau putus sekolah di tahun 2022. Data itu pun menjadi landasan kuat Sekolah Gajahwong di Jogja berdiri.

“Makanya sampai saat ini masih gratis, walaupun beberapa orang tua mampu membayar Rp50 ribu sampai Rp100 ribu per bulan. Tapi masih ada juga beberapa yang secara finansial belum stabil,” tutur Maryam saat ditemui Mojok, Minggu (24/8/2025).

Sekolah Gajahwong masih mengandalkan donasi

Maryam bercerita selama ini Sekolah Gajahwong mengandalkan donasi dari instansi perguruan tinggi terutama di bidang pendidikan. Itu pun tidak secara rutin sehingga angka yang didapat tidak pasti. 

“Biasanya juga bukan kami yang mengirim proposal, tetapi bermula dari individu (mahasiswa) di kampus tersebut menawarkan diri sebagai relawan di Sekolah Gajahwong,” jelas Maryam.

Pernah suatu kali, Sekolah Gajahwong nyaris di ujung tanduk. Di mana kondisi uang kas sekolah mereka betul-betul nol selama tiga bulan. Sampai-sampai, para guru dan relawan tidak mendapatkan upah sama sekali. Beruntung, saat itu kondisi mereka tertolong berkat banyaknya kolaborasi dengan pihak luar.

Iklan

Sebagai informasi, guru yang berperan sebagai relawan di Sekolah Gajahwong memang tidak digaji. Namun, mereka yang biasa masuk secara penuh yakni Senin sampai Jumat masih mendapat upah berupa uang transportasi.

Sekolah Gajahwong. MOJOK.CO
Sekolah Gajahwong dengan atap dihias bendera Merah Putih. (Melvinda Eliana/Mojok.co)

“Misalnya ada yang kontraknya 2 tahun, mereka bantu mengurus sekolah dan biasanya kami beri upah berupa uang transport. Jumlah uang tersebut akan menyesuaikan kondisi keuangan Sekolah Gajahwong” tutur Maryam.

Oleh karena itu, keuangan menjadi salah satu tantangan terbesar bagi guru di Sekolah Gajahwong. Karena masih berbasis komunitas, mereka tidak dapat mengajukan pemasukan yang intens ke dinas pendidikan. Utamanya untuk menggaji para pengelola atau guru dengan layak. 

Namun, upaya itu masih tersendat karena ada langkah administratif yang tak sejalan dengan visi utama mereka, yakni memfasilitasi anak-anak di sekolah.

“Kekhawatirannya adalah bagaimana secara tidak sadar sekolah ini dapat menjadi eksklusif,” ucap Maryam.

Guru yang “datang dan pergi”

Di sisi lain, para guru harus menjaga semangat mereka dalam mengajar. Namun, kata Maryam, tak selamanya guru relawan di Sekolah Gajahwong dapat bertahan. Sebagian dari mereka memutuskan tidak lanjut mengajar di tengah periode. Alasannya bermacam-macam, tapi yang pasti karena faktor finansial. Dan Maryam mewajarinya.

“Ada yang bilang punya kegiatan di luar sekolah atau alasan mencari penghasilan dengan upah yang lebih layak,” kata Maryam.

Alhasil, Maryam mengaku seringkali kesulitan untuk mencari guru pengganti atau membuat catatan rapor perkembangan anak. Guna mengatasi hal tersebut, guru-guru di Desa Ledhok Timoho biasanya berinisiatif untuk mengajak masyarakat desa aktif mengajar.

“Jika dilihat sekarang, persentase pengajar yang dari luar desa lebih banyak ketimbang yang dari Desa Ledhok Timoho itu sendiri. Itu masih kami coba upayakan untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat” kata Maryam.

Tulisan ini diproduksi oleh mahasiswa program Sekolah Vokasi Mojok periode Juli-September 2025. 

Penulis: Mohamadeus Mikail

Editor: Aisyah Amira Wakang

BACA JUGA: Hidup Menderita saat Jadi Guru Honorer di Sekolah Negeri, Usai Pindah ke Sekolah Muhammadiyah Berubah Drastis Jadi Sejahtera atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Terakhir diperbarui pada 9 September 2025 oleh

Tags: guruguru profesi muliaguru relawanJogjakemenagsekolah di JogjaSekolah Gajahwong
Mohamadeus Mikail

Mohamadeus Mikail

Artikel Terkait

Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO
Liputan

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO
Ekonomi

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO
Ragam

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
ump diy.MOJOK.CO

Working Poor dalam Bayang-Bayang UMP DIY 2026 dan Biaya Hidup yang Semakin Tinggi

28 November 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.