Hujan deras dan angin kencang di Stadion Tridadi, Sleman tak bisa menutupi tangis Anggun (11) dan kawan-kawannya dari Madrasah Ibtidaiyah (MI) Maarif, Pangukan Sleman. Mereka tidak lolos kualifikasi untuk mengikuti MilkLife Soccer Challenge (MLSC) Yogyakarta Seri 1 2025-2026. Padahal dalam dua pertandingan yang mereka mainkan tidak sekalipun timnya kalah.
Namun, aturan membuat mereka tersingkir lebih awal di turnamen yang baru mereka ikuti tahun ini. Memiliki selisih gol yang sama dengan lawannya, mereka dinyatakan kalah karena kalah cepat dalam memasukan gol.
Tidak lolos MLSC karena selisih waktu memasukkan gol
Ratusan pelajar SD dan MI di Yogyakarta mengikuti babak kualifikasi MilkLife Soccer Challenge Yogyakarta Seri 1 2025-2026 di Stadion Tridadi (KU 12) dan Lapangan Sidomoyo (KU 10), Godean, Rabu (15/10). Jika lolos kualifikasi, mereka akan masuk di babak utama yang berlangsung 16-19 Oktober 2025.
Peserta kualifikasi merupakan sekolah yang baru kali ini mengikuti MLSC atau tim kedua dari sekolah yang sudah jadi langganan jadi peserta. Turnamen ini rutin diselenggarakan oleh Bakti Olahraga Djarum Foundation dengan didukung oleh MilkLife.
Anggun dan timnya dari MI Maarif Pangukan adalah salah satu tim yang harus memulainya dari babak kualifikasi. Dalam kualifikasi MLSC Yogyakarta Seri 1 KU 12, Anggun dan kawan-kawan tergabung dalam Grup F yang berisikan SD Tegalrejo I B, dan SD Kanisius Duwet B. Dua sekolah lain itu sudah mengirimkan tim utamanya dalam babak utama. Sedangkan MI Maarif Pangukan baru kali ini mengikuti MLSC sehingga harus melalui kualifikasi.

Pertandingan pertama mereka menang secara meyakinkan dengan skor 3-0 saat melawan SD Kanisius Duwet B. Di pertandingan kedua melawan SDN Tegalrejo 1 B, mereka sama-sama imbang dengan kedudukan 1-1.
“Hanya ada satu tim yang lolos. Karena poin sama, termasuk selisih golnya, akhirnya pemenang ditentukan dari yang paling cepat memasukkan gol ke gawang lawan. Kami kalah cepat,” kata pelatih MI Maarif Pangukan, Bayu Manggala (30) kepada Mojok.
Padahal semangat siswa untuk ikut sepak bola sangat besar. “Kami baru ikut turnamen ini, langsung bentuk tim dan yang daftar ada 20 anak. Peminatnya sangat besar, kalau tahu seperti ini, kami sebenarnya bisa daftar dua tim,” kata Bayu.
Dari orang tua hingga nenek dukung sepak bola putri
Begitu besarnya minat anak-anak dan besarnya dukungan orang tua siswa, ia berencana akan membentuk ekstrakurikuler sepak bola putri di MI Maarif Pangukan. Tahun depan, ia akan menyiapkan tim lebih serius untuk bisa lolos kualifikasi dan jadi peserta MLSC Yogyakarta.
Nggak perlu ditanya kesedihan Anggun dan kawan-kawannya, ia masih terlihat sesenggukan karena sekolahnya nggak lolos kualifikasi, padahal nggak pernah kalah. Justru neneknya, yang terus memberinya semangat. Apalagi Anggun masih kelas 5 SD sehingga tahun depan masih bisa ikut serta.
“Jangan panggil saya, nenek, panggil saja uti. Saya dukung cucu saya karena engkongnya dulu juga pemain bola,” kata Yono Sumarah (65) bersemangat.
Ia tak khawatir cucunya kepanasan, kehujanan atau bajunya kotor karena main bola, asal cucunya senang, ia mendukung. Baginya, Anggun bukan hanya menendang bola, tapi juga membangun karakter. “Menang kalah sudah biasa. Sepak bola juga bukan miliknya laki-laki saja, udah jamannya emansipasi,” katanya.
Anggun, hanya salah satu dari ratusan pelajar sekolah dasar dan sederajat yang bertanding sepak bola hari itu. Edi Mulyono penanggung jawab MLSC Regional Jawa Tengah dan DIY mengungkapkan peserta di Yogyakarta Series 1 cukup memuaskan.
Apalagi banyak sekolah baru yang menjadi peserta. “Banyak MI (madrasah ibtidaiyah-red) yang ikut. Ini tak lepas dari sosialisasi kami ke Kantor Wilayah Kementerian Agama Daerah Istimewa Yogyakarta belum lama ini,” kata Edi.
Muncul banyak bibit-bibit baru sepak bola putri di MLSC Yogyakarta
Menurut Edi Mulyono, banyaknya sekolah baru yang ikut menunjukkan bahwa sepak bola putri sudah jadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Yogyakarta. “Kemarin saya ke Gunungkidul, sekitar dua jam dari Kota Jogja, saya dengar ada potensi sepak bola putri di sana,” kata Edi Mulyono, kepada Mojok, Rabu (15/10/2025)
Lebih lanjut Edi mengatakan, di babak kualifikasi ada sekitar 29 SD dari seluruh DIY yang ikut serta. Sedangkan total sekolah yang ikut serta dalam MLSC Yogyakarta Series 1 seluruhnya ada 84 SD dan MI di DIY dengan jumlah total atlet yang terlibat sebanyak 1.619 atlet.
Jumlah tersebut terbagi dalam 69 tim KU 10 dan 80 tim KU 12. Beberapa sekolah bahkan mengirimkan lebih dari satu tim sepak bola putri dari sekolah mereka.
“Kami melihat banyak bermunculan anak-anak yang berpotensi sebagai pemain sepak bola putri. Ke depan, pasti kemampuan mereka akan meningkat,” kata Coach Wulan, salah satu tim pencari bakat MLSC Yogyakarta.
Yogyakarta menjadi kota ketujuh ketujuh penyelenggaraan MLSC series 1 2025-2026. Masih ada tiga kota lain yang akan menggelar MSLC Seri 1 ini yaitu Solo pada 28 Oktober – 2 November 2025, Malang 11-16 November 2025, dan Jakarta 18-23 November 2025. Jadwal pertandingan MLSC Yogyakarta Series I 2025-2026 bisa dilihat di link MilkLifeSoccer.
Kegiatan ini merupakan komitmen dari Bakti Olahraga Djarum Foundation yang bekerja sama dengan MilkLife untuk mengembangkan sepak bola putri melalui ajang yang digelar secara rutin dua kali dalam setahun.
Penulis: Agung Purwandono
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA Lintang dan Ayla, Dari Pertanyaan “Perempuan Kok Main Bola” Jadi Inspirasi Sepak Bola Putri di Jogja dan liputan lainnya tentang MLSC di Mojok.co