Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Catatan

1 Menit Duduk di Jalan Malioboro Jogja: “Dipalak” Gerombolan Pengamen, Diganggu Terus sebelum Dikasih Uang

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
11 Agustus 2025
A A
Pengamen di Jalan Malioboro Jogja kayak orang malak MOJOK.CO

Ilustrasi - Pengamen di Jalan Malioboro Jogja kayak orang malak. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Sekali duduk, langsung jadi incaran

Keresahan itu juga diungkapkan oleh wisatawan lain, Prastiwi (30). Minggu itu dia sedang menikmati sore di Jalan Malioboro, Jogja, bersama anak dan suami.

Sebenarnya itu bukan kali pertama mereka berdua ke Jalan Malioboro, Jogja. Bedanya, sebelumnya saat masih belum punya anak kecil, mereka lebih banyak jalan-jalan menyisir Jalan Malioboro, Jogja.

“Kalau pengamen, dari dulu sudah kelihatan banyak. Tapi kami nggak terlalu terganggu karena kami nggak merasa diganggu,” ungkap Prastiwi.

Tapi berbeda dengan sore itu. Karena membawa anak kecil, keduanya lebih sering duduk dari satu kursi ke kursi lain.

Pengamen di Jalan Malioboro, Jogja MOJOK.CO
Pengamen di Jalan Malioboro, Jogja. (Aly Reza/Mojok.co)

Sialnya, setiap kali pindah kursi duduk, seolah-olah mereka sudah jadi incaran pengamen. Langsung didatangi dengan flow pergantian pengamen yang hanya sepersekian detik saja. Wajar saja jika akhirnya mereka merasa terganggu. Apalagi modelnya seperti orang memalak.

Sore itu, saat memutuskan jalan-jalan lagi, nyaris sepanjang jalan saya mendapati pemandangan tersebut. Tiap kursi yang ditempati orang, pasti dihampiri pengamen.

Para wisatawan yang duduk itu ada yang memberi tanda penolakan. Ada pula yang memilih cuek. Tapi tak mempan. Para pengamen jauh lebih keukeuh bertahan agar diberi recehan.

Saat melintas di depan orang-orang yang baru saja didatangi pengamen, saya mendengar mereka menggerutu sebal.

Cara “bebal” para pengamen mendapatkan recehan

Dari pengalaman saya sendiri, lalu obrolan dengan Tissa dan Prastiwi, juga atas pengamatan saya di sepanjang Jalan Malioboro, Jogja, para pengamen tersebut punya pola yang sama saat mengamen.

Jika pengamennya satu orang, mereka akan menggenjreng gitar dengan memalingkan wajah ke arah lain. Tanpa melihat ke arah orang di hadapannya. Dengan begitu, mereka tidak berpaling karena barangkali tidak merasa melihat gestur atau tanda penolakan. Si pengamen akan pergi setelah mendengar bunyi “kricik” masuk ke dalam kantong plastiknya.

Sementara jika yang datang bergerombol, mereka akan mensiasatinya dengan ngobrol. Misalnya tiga orang pengamen. Satu orang akan menggitar sembari bernyanyi. Lalu satu orang yang menabuh kendang dan satu lainnya yang menepuk tangan akan sibuk mengobrol.

Saya beberapa kali mencoba menyimak obrolan mereka. Tapi obrolannya tidak jelas. Seperti obrolan yang memang sengaja dibuat-buat sebagai pengalihan dari orang yang duduk di hadapannya. Mereka akan berlalu setelah si penggenjreng gitar memberi kode bahwa sudah ada recehan yang masuk kantong plastik.

Pengamanan dari Pemkot tak mempan

Pemerintah Kota Jogja sebenarnya bukan tanpa tindakan. Kepala Satpol PP Kota Jogja, Octo Noor Arafat sejak April 2025 lalu menegaskan, pihaknya sebenarnya telah berupaya memaksikmalkan keberadaan tim Jogo Maton.

Selain itu, pihaknya juga menggencarkan patroli untuk mengatasi gangguang-gangguan ketertiban—seperti keberadaan pengamen liar—di Jalan Malioboro, Jogja yang dirasa mengganggu wisatawan.

Iklan

Namun, Satpol PP sepertinya memang harus bekerja lebih ekstra dan tak mengendorkan patroli. Terutama di akhir pekan. Sebab, celah-celah saat Satpol PP mengendorkan patroli tersebut langsung dimanfaatkan para pengamen. Dampaknya tentu saja memperburuk citra Jalan Malioboro sebagai salah satu top of mind destinasi wisata di Jogja.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Nama Baik Kawasan Wisata Malioboro Jogja Rusak karena Kejahatan Parkir Nuthuk, Bikin Emosi Wisatawan dan Muak Warga Lokal karena Didiamkan atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

 

 

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 12 Agustus 2025 oleh

Tags: jalan malioboroJogjamalioboroMalioboro Jogjapengamen malioboropilihan redaksi
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO
Ragam

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO
Ragam

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO
Liputan

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO
Ekonomi

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.