Di Yogyakarta, tanggal 7 Maret setiap tahunnya diperingati sebagai Tingalan Jumenengan Dalem atau Peringatan Ulang Tahun Kenaikan Takhta Sri Sultan HB X. Tahun 2024 merupakan peringatan ke-35.
Sebelum menjadi raja, Sri Sultan HB X memiliki nama kecil BRM Herjuno Darpito, ketika menginjak dewasa dan menjadi putra mahkota namanya menjadi KGPH Mangkubumi. Secara resmi ia menjadi Raja Keraton Yogyakarta pada 7 Maret 1989 setelah ayahandanya Sri Sultan HB IX mangkat pada 2 Oktober 1988.
Tahun ini, Keraton Yogyakarta memperingati Kenaikan Takhta Sultan HB X dengan Kirab Trunajaya sepanjang Jalan Malioboro hingga Pagelaran Keraton Yogyakarta mulai pukul 16.00 WIB.
Tidak banyak yang tahu kehidupan masa kecil hingga masa dewasa sebelum naik takhta menjadi Raja Keraton Yogyakarta. Ternyata kehidupan pemilik nama kecil KGPH Mangkubumi ini penuh warna.
Hobi dengarkan radio di bawah pohon asam
Sri Sultan HB X lahir 2 April 1946 Masehi atau dalam kalender Jawa tahun 1877 dengan nama BRM Herjuno Darpito. Ayahandanya adalah Sri Sultan HB IX dan ibunya KRAy Windyaningrum.
Seperti anak-anak pada umumnya, Herjuno Darpito suka bermain. Diceritakan dalam buku “Lenggahing Harjuno, Sultan, Takhta, dan Kedaulatan” yang diterbitkan Kagungan Dalem Museum Keraton Yogyakarta ia bersama teman-teman masa kecilnya. Hobinya adalah main bentik, kelereng, dan layangan.
Salah satu hobi masa kecilnya bersama teman-teman adalah mendengarkan radio di bawah pohon asam jawa. Tidak dijelaskan apa yang didengarkan Sultan HB X di radio bersama teman-temannya.
Tukang foto KTP keliling, jualan sapi hingga lincak
Memasuki masa dewasa BRM Herjuno Darpito aktif dalam berbagai kegiatan. Meski putra seorang raja, ia tak gengsi terjun di dunia usaha yang orang-orang biasa lakukan. Misalnya saja jadi tukang foto KTP keliling. Ia blusukan ke kampung-kampung untuk memotret orang-orang yang akan membuat KTP.
Pekerjaan tukang foto KTP keliling ini Herjuno Darpito lakukan saat masih kuliah di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Hobi fotografi ini sudah Herjuno Darpito tekuni sejak masih kanak-kanak.
Herjuna Darpito kemudian mengasah kemampuan bisnisnya dengan jualan batik. Ia membawa batik-batik dari Yogyakarta dan menjualnya hingga Semarang dan Surabaya. Selain jualan batik, pada saat bersamaan, Herjuno Darpito muda juga jual beli sapi.
Ia datang ke Gunungkidul untuk kulakan sapi, lantas menjualnya kembali di Yogyakarta. Ia juga kulakan lincak atau mebel dari bahan bambu ke Surabaya dan menjualnya kembali di Yogyakarta. Usaha itu masih Herjuno Darpito hingga awal-awal menikah dengan Tatiek Drajad Supriastuti atau GKR Hemas.
Baca halaman selanjutnya
Sultan HB X pernah tekuni bisnis film
Sultan HB X pernah tekuni bisnis film
Bisnis lain yang BRM Herjuno Darpito atau KGPH Mangkubumi tekuni adalah bisnis film. Saat masa-masa awal kuliah, ia berburu dan menyewa film dari luar kota untuk diputar di bioskop yang ada di Yogyakarta.
Setelah berkeluarga, bisnis ini dicoba dengan menjadi distributor film. KGPH Mangkubumi bepergian ke berbagai festival film di dunia untuk mencari film yang akan dipasarkan di Indonesia.
Meski putra seorang raja, Herjuno Darpito tidak malu melakukannya. Bahkan jika melihat periodenya, ayahnya Sultan HB IX saat itu menjadi tokoh dan pejabat nasional, di antaranya, sebagai Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan, dan Industri yang pertama di Indonesia periode 1966-29 Maret 1973. Kemudian terhitung 23 Maret 1973, Sri Sultan Hamengkubuwono IX menjadi Wakil Presiden RI hingga 1978.
Kisah Sultan HB X dalam buku “Lenggahing Harjuno, Sultan, Takhta, dan Kedaulatan”
Kisah tentang masa-masa perjuangan Sultan HB X muda ini ada dalam buku “Lenggahing Harjuno, Sultan, Takhta, dan Kedaulatan” yang diterbitkan Kagungan Dalem Museum Keraton Yogyakarta. Buku ini bisa masyarakat umum dapatkan dengan membeli di Toko Kagungan Dalem Kedhaton atau di Wahanarata.
Buku tersebut juga menceritakan, masa muda Sultan HB X yang gemar berolahraga. Saat masih SD ia menjadi kapten tim kasti sekolahnya. Romo Tirun, teman masa kecil Sultan HB X mengatakan, saat masa kecil, Raja Keraton Yogyakarta itu hobi bermacam olahraga seperti bulu tangkis, sepak bola, tenis, tenis meja, voli, renang, dan lompat tinggi.
“Kalau sepak bola biasanya kami bermain di pelataran Keben, lawannya anak-anak dari luar (kampung sekitar keraton),” kata Romo Tirun dalam buku tersebut.
Menurut Romo Tirun, saat SMA ia bersama BRM Herjuno Darpito dan beberapa kawan yang lain membentuk klub voli amatir yang diberi nama ‘Hobo’. Klub ini kadang mengikuti pertandingan antarkampung Njeron Benteng atau wilayah yang masih kompleks Keraton Yogyakarta.
KGPH Mangkubumi kemudian mendirikan grup olahraga Pranama yang merupakan singkatan dari Prajurit Narendra Mataram. Awalnya, grup ini untuk mewadahi kegiatan prajurit keraton saja. Namun, kemudian meluas untuk masyarakat umum yang punya minat dalam bidang olahraga. Lima cabang olahraga di grup ini yaitu sepak bola, voli, bulu tangkis, tenis meja, dan catur.
Tahun 1977, Herjuno Darpito mendapat amanah dari ayahandanya untuk memegang kendali Pabrik Gula Madukismo yang merupakan perusahaan milik Keraton Yogyakarta. Ia juga sempat menjadi anggota DPRD DIY. KGPH Mangkubumi kemudian naik takhta sebagai Sri Sultan HB X pada 7 Maret 1989.
Penulis: Agung Purwandono
Editor: Hammam Izzuddin
BACA JUGA Warung Bu Spoed yang Sudah 100 Tahun dan Mbah Galak yang Menolak Permintaan Sultan HB IX
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.