Nekat Motoran dari Surabaya ke Mojokerto dengan Vega R 2007 Milik Ayah, Nyaris Terjebak di Area Hutan karena Awam Berkendara

Vega R 2007 tak cocok untuk pergi dari Surabaya ke Mojokerto. MOJOK.CO

ilustrasi - Motor Vega R keluaran tahun 2007. (Ega Fansuri/Mojok.co)

2024 lalu saya dan seorang teman ingin pergi mendaki ke Gunung Lorokan, Kabupaten Mojokerto menggunakan sepeda motor Vega R 2007. Itu adalah pengalaman pertama saya, juga teman saya yang baru pertama kali mengendarai Vega R 2007 milik ayahnya untuk pergi ke gunung. Di tengah perjalanan dari Surabaya, kami panik dan nyaris celaka karena terlalu awam berkendara.

***

Jakarta yang suntuk membuat saya ingin pergi mendaki. Maka, setelah pulang ke Surabaya, saya memutuskan pergi bersama teman saya ke Gunung Lorokan yang ada di Kecamatan Pacet, Mojokerto. 

Gunung Lorokan saya pilih karena tingginya hanya 1.100 mdpl dengan jalan yang tidak terlalu terjal. Maklum, saya belum pernah mendaki. Mentok-mentok hanya pernah naik bukit. 

“Gunung Lorokan iki gampang, cuman 30 menitan dari perjalan pos awal ke puncak,” ucap teman saya, Minggu (31/8/2024).

Maka, untuk pemula seperti saya, Gunung Lorokan jadi pilihan pertama. Begitu pula teman saya yang sebetulnya belum pernah ke Gunung Lorokan, tapi setidaknya sudah pernah sering mendaki. Toh, jaraknya masih bisa ditempuh dengan menggunakan sepeda motor dari Surabaya ke Kabupaten Mojokerto.

Mendadak pakai Motor Vega R 2007 milik ayah

Sekitar tiga hari sebelum keberangkatan, kami pun berdiskusi untuk mempersiapkan diri. Mulai dari pakaian yang akan dikenakan, rute yang akan kami lalui, hingga motor milik siapa yang akan dipakai.

“Kita berangkat pagi ya Bes, kira-kira naik motor mu aman kah?” tanya teman saya.

Namun, saya tak bisa langsung menyetujui. Pasalnya, motor matic Mio saya sudah lama sekali terbengkalai. Selama satu tahun di Jakarta, motor itu hanya dipakai tipis-tipis saat di Surabaya. Ibu saya mengaku sudah sering membawanya ke bengkel untuk di-service, tapi saya tetap ragu kalau motor itu dibawa pergi jauh. 

“Motorku sebenarnya juga nggak aman Bes. Per-nya mati,” respons teman saya, setelah saya menjelaskan kondisi motor Mio saya. 

Dari situ, kami sudah ragu untuk melanjutkan perjalanan. Saya pun menawarkan ide untuk menyewa motor di stasiun Kabupaten Mojokerto, tapi teman saya ragu karena jarak stasiun ke basecamp justru lebih jauh. 

Tak lama setelah itu, teman saya akhirnya menawarkan untuk menggunakan motor Vega R keluaran tahun 2007 milik ayahnya. Masalahnya, saya tidak bisa pakai motor gigi atau manual. Takut teman saya capek di jalan dan saya tidak bisa menggantikan.

“Aku bisa Bes. Aman aja, tak gonceng,” ucapnya.

Karena sudah begitu, tak ada alasan lain untuk menolak tawarannya menggunakan motor Vega R 2007. Tugas saya hanya membaca peta dalam perjalanan. Tanpa kami sadari, banyak tantangan yang akan kami temui saat menggunakan motor Vega R tersebut.

Dua remaja yang nekat berkendara dengan Vega R 2007

Teman saya sudah memanasi motor Vega R milik ayahnya sejak pukul 06.00 WIB. Ia pun sudah meminta izin ibunya untuk menjemput saya dan pergi ke Gunung Lorokan menggunakan motor tersebut. 

Mulanya, ibu teman saya sedikit ragu tapi mau berdebat pun tak mungkin menang melawan tekad putri semata wayangnya. Orang tua saya pun begitu, ia takut dua remaja putri ini mengalami tragedi tak menyenangkan di jalan, tapi mereka pun tak sampai hati membatalkan rencana kami pergi liburan.

Baca Halaman Selanjutnya

Bapak kaget, wong saya nggak bisa gigian

 “Loh, pakai motornya siapa?” kata Bapak saya yang sedikit kebingungan karena saya pamit hanya membawa helm.

“Pakai Vega R tahun 2007 punya Putri,” jawabku.

“Kamu memang bisa gigian?” tanyanya lagi.

Yo nggak, Putri yang gonceng.”

“Hebat Putri, bisa gonceng kamu. Yawis hati-hati.” ujar Bapak saya memuji sahabat karib saya, mengingat bobot saya memang lebih besar dari dia. 

Belum lagi, kaki kami yang hampir tak sampai menapak tanah saat mengendarai Vega R tahun 2007, sangking kecilnya tubuh kami ketimbang motor. Namun, sejak Bapak tanya seperti itu, saya sudah percaya sekali dengan kemampuan sahabat saya. 

Ia pun sudah membuktikan saat awal perjalan dari Surabaya ke Kabupaten Mojokerto. Hampir dua jam perjalanan itu, kami belum menemukan kendala yang berarti sampai peristiwa buruk terjadi.

Kurang dari 20 menit sebelum sampai basecamp Gunung Lorokan, motor Vega R 2007 milik ayah teman saya itu sudah mengkis-mengkis saat melewati jalan tanjakan. Kami hanya bisa tertawa cekikikan saat motor-motor lain menyalip motor Vega R 2007 kami. 

Mesin mati saat melewati tanjakan karena awam

“Tenang Bes, nggak opo penting selamet,” ujar saya kepada Putri yang mulai agak panik karena Vega R 2007 yang ia kendarai sudah mulai melambat meski speedometer-nya sudah menunjuk angka 80 km.

Baru saja saya menenangkannya, motor Vega R 2007 itu akhirnya tak sanggup membawa beban kami berdua ke atas. Ia akhirnya mati di tanjakan. Dengan sedikit panik, Putri menyuruh saya cepat-cepat turun, sebelum kami berdua meluncur ke bawah.

Untungnya, tak jauh dari tempat motor kami mati, terdapat sebuah warung yang bisa kami singgahi barang sejenak. Kami mencoba untuk tidak panik, meski dalam hati sudah kebingungan setengah mati. Tak tahu harus berbuat apa.

Pedagang warung yang melihat kami menuntun motor Vega R 2007 menuju warungnya langsung memahami situasi yang terjadi, tanpa kami harus menjelaskan. Tampaknya mereka sudah terbiasa dengan pengendara motor seperti kami.

Sambil mengistirahatkan motor di warung tersebut, saya dan Putri mencoba menghubungi orang-orang terdekat untuk mencari solusi. Atau barangkali ada tips berkendara lain yang tak kami ketahui. Dan benar saja, ada yang salah dengan cara berkendara kami.

Awakmu nggawe gigi piro? (Kamu pakai gigi berapa?)” tanya teman saya yang lain saat saya chat lewat WhatsApp.

“Gigi 3.”

Yo salah! Kudune gawe gigi 1 lah. Yo sampek mene yo nggak isok munggah bolo (Ya salah. Seharusnya pakai gigi 1. Mau dikendarai sampai besok pun nggak akan bisa naik, Sobat).” ucapnya.

Saya dan Putri yang mendengar jawaban itu langsung spaneng. Beruntung, motor Vega R 2007 itu masih nyala usai diistirahatkan selama beberapa menit. Kami pun tetap melanjutkan perjalanan ke Gunung Lorokan.

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: 8 Tahun Mengendarai Yamaha Mio Bekas Motor Kakak, Sudah Nggak Cocok buat Pergi Wisata dan Sering Bawa Sial tapi Tetap Berharga atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

Exit mobile version