Bukan tanpa alasan kalau Babarsari dapat julukan “Gotham City”. Kota kelam di semesta film Batman yang penuh aksi kriminalitas itu, menjadi metafora bagi Babarsari yang memang lekat dengan kerusuhan dan kekerasan tanpa ujung. Tak hanya bentrok antargeng, kekerasan seksual pun juga kerap mengintai para perempuan di sana.
Hal tersebut tentu menjadi ironi. Sebab, meski “kekerasan” sudah menjadi kata yang melekat dengan Babarsari, nyatanya wilayah ini adalah kawasan pendidikan yang elite di Jogja. Idealnya, kawasan pendidikan menjadi ruang yang aman bagi perempuan. Namun, kenyataannya tidak untuk wilayah ini.
PERINGATAN: Artikel ini dapat memicu trauma bagi korban kekerasan seksual.
Kawasan pendidikan elite di Jogja
Babarsari, sebuah wilayah di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Jogja, sejak lama terkenal sebagai wilayah metropolitan. Sejak beberapa dekade ke belakang, kawasan ini berkembang menjadi pusat niaga, hiburan, dan pendidikan.
Hal tersebut terlihat dengan banyaknya UMKM, kafe-kafe mewah, tempat hiburan, hingga kampus top yang tersebar di Babarsari. Maka tak heran jika ia mendapat julukan “kawasan pendidikan” di Kota Pendidikan.
Bayangkan saja, setidaknya ada delapan kampus top yang berada di kawasan seluas seperempat Kalurahan Caturtunggal ini. Jika kelurahan tersebut punya luas kurang lebih 7.480 kilometer persegi, berarti di Babarsari terdapat satu kampus tiap 250 meter persegi.
Kampus-kampus ini meliputi UPN Veteran Jogja, Universitas Atma Jaya, Universitas Proklamasi ‘45, STIE YKPN, dan STIKES Wira Husada. Adapun tiga kampus lain yakni Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia, Institut Teknologi Nasional Yogyakarta, serta Politeknik API Jogja.
Permukiman yang diperuntukkan bagi kos mahasiswa juga tersebar luas, berbanding lurus dengan banyaknya kampus. Kelakar (yang sebenarnya berbasis data) menyebut, kawasan Babarsari adalah pusatnya kos LV mahasiswa.
Kenyataan tersebut menegaskan Babarsari sebagai kawasan pendidikan elite yang terus hidup. Sayangnya, predikat itu harus dikotori oleh aksi kekerasan seksual terhadap perempuan yang jamak terjadi di sini.
Dari penguntitan hingga begal payudara
Kawasan Babarsari memang sejak lama cukup menakutkan bagi perempuan. Selain karena sering terjadi kerusuhan, tindak kekerasan seksual juga kerap dialami perempuan. Salah satunya Rini (27).
Ia merupakan satu dari tiga narasumber Mojok yang pernah menceritakan kisah pilunya dalam liputan “Pengalaman Horor Korban Begal Payudara dan Penguntitan di Jogja”.
Rini, seorang pekerja start up yang berkantor di Babarsari, mengalami penguntitan pada 2022 lalu. Itu hanya beberapa bulan setelah perempuan asal Solo ini memutuskan ngekos di Jogja.
Bahkan, kejadian itu tak hanya sekali menimpanya. Ia menghitung sudah beberapa kali lelaki yang sama mengikutinya tiap kali pulang dari kantor.
Cerita serupa di Babarsari juga dialami rekan kantor Rini. Malahan tak hanya diuntit, temannya itu beberapa kali kena catcalling dan dapat ancaman pemerkosaan dari beberapa abang-abangan.
“Saya pindah sebelum hal-hal yang lebih buruk terjadi. Puji Tuhan, semenjak pindah tidak menemui lagi hal-hal seperti itu,” kata Rini, menceritakan kisahnya tersebut kepada Mojok, Rabu (25/5/2023) lalu.
Selain penguntitan yang Rini alami, perempuan di Babarsari juga kerap mengalami tindak pelecehan nyamul alias begal payudara. Sepanjang 2023 saja, setidaknya ada lima perempuan yang melapor telah mengalami begal payudara. Itupun hanya yang ramai di media sosial dan bukti pelecehannya tertangkap CCTV. Ada banyak kejadian lain yang tak dilaporkan maupun viral.
Angka kekerasan seksual di Sleman memang mengkhawatirkan
Kendati sudah ada laporan dan video begal payudara viral di media sosial, belum ada follow up atas kasus ini dari pihak yang berwajib. Padahal, saat kasus ramai, polisi mengaku tengah memburu pelaku.
Mojok sendiri pernah mewawancarai Erni (32), salah satu korban kekerasan seksual di Babarsari dalam bentuk begal payudara, mengaku sempat mengadukan perkara ini ke polisi. Sayangnya, ia hanya disuruh bersabar sampai akhirnya kasus tersebut menguap entah ke mana.
“Enggak ada hasil. Padahal video dan lokasinya sudah jelas,” ungkapnya.
Angka kasus kekerasan seksual kepada perempuan di DIY memang sangat mencemaskan. Berdasarkan laporan DP3AP2 DIY, per 2023 lalu mereka menangani 1.187 perempuan dan anak korban kekerasan seksual. Jumlah laporan tersebut meningkat dari tahun sebelumnya, yang mengindikasikan dua hal.
Pertama, kasus kekerasan seksual naik dari tahun sebelumnya. Kedua, terjadi juga peningkatan kesadaran buat melapor meski tidak semua korban berani melakukannya.
Sleman sendiri menjadi kabupaten di DIY terbanyak dengan kasus kekerasan seksual menurut laporan tersebut. Jumlah perempuan yang melapor mencapai 238 orang.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Agung Purwandono
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.