Jika Bus Sinar Mandiri Ketemu Jaya Utama, Sumber Selamat Kalah Ngawur: Jalan Rusak Pantura Jadi Arena Balapan

Jika bus Sinar Mandiri bertemu Jaya Utama, sopir akan lebih ngawur dari bus Sumber Selamat MOJOK.CO

Ilustrasi - Jika bus Sinar Mandiri bertemu Jaya Utama, sopir akan lebih ngawur dari bus Sumber Selamat. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Ada satu momok tiap ngebus di Pantura. Yakni ketika bus Sinar Mandiri berpapasan dengan Jaya Utama Indo. Jika itu terjadi, maka jalanan Pantura (Surabaya-Semarang)—yang tidak rata itu—akan menjadi sirkuit Fast Furious. Kedua sopir masing-masing bus akan beradu ugal yang lebih ugal dari cara nyopir sopir bus Sumber Selamat di jalur selatan.

Rivalitas bus Sinar Mandiri vs Jaya Utama

Dari obrolan dengan teman-teman busmania, setiap bus dari PO berbeda—baik di pantura maupun jalur selatan—pasti bersaing sengit dalam urusan penumpang. Pasalnya, setiap armada memiliki target jam dan pendapatan yang harus dikejar.

Sebenarnya setiap armada sudah mendapat jadwal keberangkatan, untuk menghindari potensi “benturan” di jalan. Akan tetapi, dalam banyak momen, benturan jadwal tetap saling terjadi.

“Misalnya, jam sekian secara jadwal bus Sinar Mandiri masuk Pati. Tapi tetep sering tiba-tiba di jam yang sama muncul Jaya Utama,” jelas Sobahul (30), seorang busmania asal Rembang, Jawa Tengah.

Kata Sobahul, ada dua kemungkinan kenapa benturan semacam itu bisa terjadi. Pertama, bisa jadi karena unsur kesengajaan. Bus yang pertama berangkat berjalan lebih lambat. Alhasil tersusul bus berikutnya.

Kemungkinan kedua, ada salah satu dari dua bus dengan jadwal jalan berdekatan yang memang sengaja mengejar bus di depannya.

“Kalau sudah begitu, pasti saling emosi antar-armada bus. Terus akhirnya balap-balapan buat kejar penumpang,” sambungnya.

Sepengalaman Sobahul, rivalitas antara bus Sinar Mandiri dan Jaya Utama sudah terjadi bertahun-tahun. Mengingat, pantura adalah jalur rapat. Sehingga, persaingan berebut penumpangpun terjadi ketat.

Ngawurnya bus Sumber Selamat tidak apa-apanya

Saya pengguna tiga brand bus tersebut: Sinar Mandiri dan Jaya Utama Indo kalau di pantura (Surabaya-Semarang), Sumber Selamat kalau di jalur selatan (Surabaya-Jogja).

Saya merasakan betul kengawuran bus Sumber Selamat. Apalagi kalau dalam jadwal keberangkatan malam. Namun, rasa-rasanya lebih mengerikan ketika naik salah satu dari Sinar Mandiri atau Jaya Utama Indo dan sedang dalam momen balapan.

Sialnya saya belum pernah merasakan naik bus Sumber Selamat dalam kondisi balapan dengan bus Mira misalnya. Jadi dalam konteks balapan, masih belum bisa saya bandingkan.

Baca halaman selanjutnya…

Terabas apa saja, sopir “kerasukan” Dominic Toretto

Terabas apa saja, sopir “kerasukan” Dominic Toretto

Saya coba gambarkan kengeriannya. Ketika sudah kepalang benturan, sopir bus Sinar Mandiri atau Jaya Utama rasa-rasanya seperti kerasukan Dominic Toretto dalam serial film Fast Furious. Medan sesulit apapun bisa diterabas.

Jalanan pantura, terutama di Pati-Batangan atau Tuban lepas Manunggal, adalah seburuk-buruk jalan yang harus dilewati. Tidak rata: bergelombang dan berlubang.

Tapi sopir dua bus tersebut bisa memacu bus dengan kecepatan tinggi menerabas jalanan rusak tersebut. Pantat penumpang digoncang-goncang.

Belum lagi, dalam celah sempit, sopir akan nekat menyalip kendaraan di depannya dari sisi kiri yang mana berupa jalan setapak kecil berbentuk joglangan. Jika sudah begitu, bus akan melaju dalam posisi miring, menerabas dahan-dahan pohon di pinggiran, dan sangat mepet dengan kendaraan yang disalip. Penumpang pun turut oleng kanan, oleng kiri.

Lawan arah juga jadi opsi untuk saling mandahului. Ngerinya, pantura adalah jalur padat. Dari arah berlawanan, nyaris tidak pernah sepi dari truk, mobil pribadi, hingga pengendara motor. Pokoknya tidak ada opsi mengurangi kecepatan. Kendaraan dari arah berlawanan harus mengalah dengan banting setir. Kalau tidak, tabrakan saja sekalian.

Tapi bagi saya, situasi paling mengerikan adalah ketika dua bus sudah saling berjejer dengan jarak sangat tipis. Potensi serempetan sangat mungkin terjadi. Kalau terjadi, salah satunya pasti akan terguling. Hal ini juga kerap dialami oleh Sobahul, dengan cerita yang sama persis.

“Itulah kenapa angka laka lantas bus masih sangat tinggi di pantura (Surabaya-Semarang). Terutama dengan korban bus Sinar Mandiri ya. Karena tanpa balapanpun, bus satu ini memang kayak setan,” beber Sobahul.

Interaksi bus Sinar Mandiri dan Jaya Utama terjadi dengan tensi tinggi

Solidaritas antarkru bus terbilang sangat kuat. Tentu dalam konteks berasal dari PO yang sama.

Baik di pantura maupun di jalur selatan, saya kerap mengalami ketika bus yang saya tumpangi mengalami kerusakan di jalan. Alhasil, penumpang harus dioper ke bus lain dari PO yang sama.

Misalnya, jika yang saya naiki adalah Jaya Utama, maka sopir akan mengoper ke sesama PO Jaya Utama Indo. Bisa ke Jaya Utama (biru) atau ke Indonesia (merah).

Saya pernah satu kali mengalami ketika bus Jaya Utama yang saya naiki mogok. Sementara di jam yang berdekatan belum ada bus dari sesama PO Jaya Utama Indo bisa menyusul. Yang ada adalah Sinar Mandiri.

Karena banyak penumpang protes, maka kru bus yang saya naiki terpaksa mengoper ke Sinar Mandiri. Itupun dengan interaksi yang sangat tidak enak. Kedua kondektur saling menggunakan nada tinggi, kendati akadnya adalah “bagi-bagi penumpang”.

Minat penumpang mulai jomplang

“Tapi kini peminat bus Sinar Mandiri memang makin turun. Persoalannya, lagi nggak balapan saja bus ini sangat ngawur dan ugal-ugalan. Itu sudah jadi pengetahuan umum orang-orang pantura. Jadi wegah naik itu,” kata Sobahul.

Selain itu, tidak ada peremajaan armada. Alhasil, bus yang mengaspal adalah bus-bus reyot yang terkesan seperti rongsokan.

Tapi memang, ada alasan tertentu yang membuat beberapa orang masih bertahan menggunakan bus tersebut. Selengkapnya, saya pernah menulisnya dalam “Bus Sinar Mandiri Surabaya Semarang Menolak Tamat meski Kayak Rongsokan, Saksi Tangis dan Tawa Kaum Kusam Pantura“.

Rezeki nggak ke mana

Saya menemukan kasus menarik pada libur Hari Buruh, Kamis (1/5/2025) lalu, saat saya sedang dalam perjalanan pulang ke Rembang.

Saya secara sengaja naik bus Jaya Utama. Bus sebenarnya berjalan sesuai dengan jam. Namun, ketika tiba di Batangan, rekan kru bus sesama PO Jaya Utama Indo menelepon kalau dari belakang mereka akan disusul oleh Sinar Mandiri.

Wis ngalah wae. Malah perkara (Sudah ngalah saja. Malah jadi perkara nanti),” tutur si sopir.

Si sopir lantas menepi ke sebuah pom bensin. Bahkan si sopir sengaja memarkir bus di belakang deretan truk agar tidak terlihat. Tak lama berselang, melintaslah bus Sinar Mandiri dengan kecepatan tinggi.

“Kalau (Sinar Mandiri) nyusul, nanti bakal balapan. Karena jamnya benturan. Malah celaka,” ujar si sopir saat ada penumpang yang bertanya: Sebenarnya ada apa kok sampai sopir bus Jaya Utama yang kami naiki menepi dan bersembunyi?

“Penumpang-penumpang yang di depan biar dia (Sinar Mandiri) yang ambil. Kalau saya simpel. Rezeki nggak ke mana. Nanti sambil jalan pasti ada saja penumpang,” sambung si sopir. Bus lalu kembali melaju. Sementara Sinar Mandiri makin tidak terlihat.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Alasan Bus Sumber Selamat Tetap Jadi Andalan meski Ugal-ugalan, Orang yang Naik Punya Siasat biar Aman karena Celaka Mengancam Kapan Saja atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

 

 

 

 

 

Exit mobile version