Universitas Indonesia (UI) memang terkenal sebagai salah satu kampus terbaik dan paling bergengsi di Indonesia. Reputasinya sudah diakui oleh berbagai lembaga pemeringkatan kampus di dunia. Namun akhir-akhir ini, nama UI beberapa kali diterjang isu yang tidak sedap. Mulai dari BEM UI yang tak solid hingga alumnusnya yang malu-maluin.
#1 BEM UI yang terbelah jadi dua kubu “Ungu” dan “Kuning”
Di tengah kisruhnya kondisi Indonesia akhir-akhir ini, seorang mahasiswa UI bernama Agus Setiawan menjadi sorotan. Sosoknya banyak diperbincangkan di berbagai media sosial, setelah ia mengikuti audiensi bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada Rabu (3/9/2025).
Dalam video yang beredar, Agus tampak memberikan pernyataan sikap dengan mengenakan jas almamater UI berwarna kuning. Di hadapan Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad, Agus tampak menyindir sikap anggota DPR yang memicu kemarahan publik.
“Di tengah masyarakat rentan, menderita, diPHK, ekonomi lesu, daya beli masyarakat menurun, kok bisa, ada wakil rakyat yang justru kabarnya tunjangannya dinaikkan? Dan ketika ada kabar tersebut, terjadi simbolisasi joget-joget yang kemudian membuat hati kami sedih, bapak-bapak sekalian…,” kata Agus dikutip dari Youtube Parlemen DPR, Kamis (4/9/2025).
Namun, alih-alih didukung oleh mahasiswa UI lainnya, mereka menganggap sikap Agus tak sejalan dengan apa yang sudah disepakati BEM.
“Seluruh BEM UI sepakat untuk tidak menghadiri audiensi DPR hari ini, karena stance kami adalah tidak memercayai sistem dan lembaga DPR saat ini, dan akan terus membersamai masyarakat dalam mereformasi sistem saat ini,” ujar salah satu mahasiswa UI, Muhammad Fawwaz Farhan lewat akun X pribadinya, saat dikonfirmasi Mojok, Kamis (4/9/2025).
Menurut Fawwaz, pertemuan DPR dengan perwakilan mahasiswa hanyalah bentuk pencitraan diri. Pertemuan itu, kata dia, hanya dalih dari DPR bahwa mereka sudah mendengar aspirasi mahasiswa. Selain itu, undangan yang diterima BEM juga bukan undangan resmi dan baru diterima beberapa jam sebelum acara dimulai.
Agus sendiri merupakan Ketua BEM UI 2025 yang dipilih langsung oleh rektor. Keputusan itu tercantum dalam surat edaran nomor 508/UN2.KMHS/PDP.00.05.00/2025 yang ditandatangani Direktur Kemahasiswaan dan Beasiswa UI, A.G. Sudibyo. Meski begitu, sebagian mahasiswa menentangnya karena proses pemilihannya dinilai inkonstitusional.
Akibatnya, dua kepegurusan BEM kini jadi terbagi. Kubu Agus dikenal sebagai BEM Ungu dan kubu BEM Kuning yang tak sepakat dengan intervensi rektorat.
#2 Undang tokoh pro zionisme
Agustus 2025 lalu, UI mendapat kritik publik karena mengundang tokoh pendukung Israel yakni Peter Berkowitz. Peter diketahui pernah menulis artikel yang mendukung genosida di Palestina dan pernah menjabat sebagai Direktur Perencanaan Kebijakan Trump. Lebih dari itu, ia merupakan peneliti Senior Tad and Dianne Taube di Hoover Insitution, Universitas Stanford.
Tak pelak, UI menuai kritik karena mengundang Peter dalam acara bertajuk “Pengenalan Sistem Akademik Universitas (PSAU) Pascasarjana UI 2025” pada Sabtu (23/8/2025). Menanggapi kritik dari netizen, Direktur Humas, Media, Pemerintah, dan Internasional UI Arie Afriansyah menegaskan, pihaknya tetap mendukung kebebasan bangsa Palestina sesuai dengan konstitusi negara Indonesia.
“UI mendukung penuh Kemerdekaan bagi bangsa Palestina. Hal ini disampaikan langsung oleh Rektor UI kepada Duta Besar Palestina saat kunjungannya ke UI pada 17 Januari 2025 yang lalu,” ujar Arie melalui keterangan tertulis.
Arie menyebut kehadiran Peter Berkowitz menjadi pembelajaran dan bentuk perhatian positif bagi UI agar lebih selektif sekaligus sensitif saat mengundang akademi internasional di masa datang. Ia pun meminta maaf karena kurang cermat menyeleksi.
“Adapun tentang latar belakang pembicara dari luar negeri, Prof. Peter Berkowitz (The Hoover Institutions – University of Stanford), dengan segala kerendahan hati UI mengakui kurang hati-hati, dan untuk itu UI meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada seluruh rakyat Indonesia atas kekhilafan dalam kekurangcermatan saat melakukan background check terhadap yang bersangkutan,” ucapnya.
#3 Disertasi mahasiswa UI Bahlil Lahadalia bermasalah
Selain mengantongi nama-nama alumni yang terkemuka, UI juga sempat diterpa kabar tak sedap soal kepastian disertasi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia.
Pada Selasa (4/3/2025), UI telah menggelar sidang etik mahasiswa S3 Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) terhadap disertasi Bahlil. Hasilnya, mereka memutuskan membatalkan disertasi Bahlil.
Komite etik lalu meminta Bahlil memperbaiki disertasi miliknya sebagaimana karya ilmiah pada umumnya. Namun, upaya perbaikan itu dianggap janggal. Bagaimana tidak, sebelum dugaan perjokian karya ilmiah dan pencatutan nama Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) di disertasi Bahlil mencuat, ia sudah dinyatakan lulus dan meraih gelar doktor pada November 2024.
Jatam mengklaim, organisasinya tidak pernah menyetujui nama perusahaannya tercatut sebagai informan utama dalam disertasi Bahlil. Oleh karena itu, menurut Guru Besar Fakultas Hukum UI, Sulistyawati Irianto disertasi Bahlil seharusnya diulang dari awal alih-alih diperbaiki.
“Harusnya nggak boleh direvisi. Di dunia universitas, mana ada orang yang sudah sidang mempertahankan disertasinya terus direvisi?” kata dia dikutip dari Tempo, Selasa (4/9/2025).
Sulis menilai keputusan Rektorat justru mencoreng kredibilitas mereka sebagai kampus terbaik dan bergengsi. Padahal, yang melakukan sanksi hanyalah segilintir orang.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Fakultas Ilmu Administrasi UI Dianggap “Redflag” Gara-gara Ulah Mahasiswanya, Benarkah Demikian? atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.
