ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Liputan

Alasan Warung dan Kafe di Jogja Ini Pertahankan Bayar di Akhir, Tanpa Tagihan, hingga Nomor Pesanan

Nggak takut rugi, ngajari pelanggan jujur.

Hammam Izzuddin oleh Hammam Izzuddin
9 Agustus 2023
0
A A
Alasan Warung dan Kafe di Jogja Ini Pertahankan Pembayaran di Akhir, Tanpa Tagihan, hingga Nomor Pesanan. MOJOK.CO

Alasan Warung dan Kafe di Jogja Ini Pertahankan Pembayaran di Akhir, Tanpa Tagihan, hingga Nomor Pesanan. (Ilustrasi Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Ada beberapa warung makan dan kafe di Jogja yang tetap mempertahankan sistem pembayaran tradisional meski berisiko rugi. Pembeli bisa saja pergi tanpa bayar. Pengelola punya tujuan lain daripada sekadar mencari untung.

***

Kabar nombok Kopi Klotok jadi perbincangan. Pasalnya, hampir setiap hari ada ratusan item menu telur, ikan pindang, hingga tempe goreng yang raib tanpa terbayarkan ke kasir. 

Selain Kopi Klotok, ada pula Mato Kopi yang tetap mempertahankan cara lama. Pembayarannya memang di awal. Namun, tanpa nota dan nomor meja, padahal kedai kopi yang punya beberapa cabang di Jogja ini terbilang ramai pembeli.

Sistem pembayaran warung dengan risiko kecolongan

Berangkat dari Kopi Klotok, warung ini punya lahan seluas 3.000 meter persegi. Area yang cukup luas membuat pelanggan bisa keluar masuk dengan fleksibel tanpa pemantauan. 

Saya sempat berbincang dengan Tono (25), orang yang mengaku beberapa kali memesan menu tanpa membayar di warung tersebut. Ia biasanya datang bergerombol dengan beberapa temannya. Lantas ketika waktunya membayar, hanya salah satu di antara mereka yang ke kasir.

Pemilik warung bukannya tidak menyadari perilaku seperti itu. Pemiliknya, Sri Handayani mengaku paham banyak pelanggan yang tidak membayar sejak awal-awal warung ini buka.

“Sering dapat laporan, ada yang makan dibawa ke sebelah sana (menunjuk arah timur), setelah itu langsung pergi tidak bayar, tidak apa-apa, dari awal saya sudah ikhlas buka usaha ini,” kata ibu empat anak ini melansir Kompas.com.

Suasana di Warung Kopi Klotok. MOJOK.CO
Suasana di Warung Kopi Klotok. (Hammam Izzuddin/Mojok.co)

Cerita lain datang dari Mato Kopi, pembayaran di awal tak membuat celah tertutup. Sebab kedai kopi ini tidak memberikan struk tagihan kecuali pembeli yang meminta secara khusus. Selain itu, tidak ada nomor antrean dan nomor meja untuk kedai yang cukup luas dan ramai pelanggan ini.

Setiap berkunjung ke sana, setelah memesan dan membayar saya akan menjumpai karyawan berkeliling. Sembari membawa pesanan di nampan, ia akan menyebut pesanan.

“Ada yang pesen makan? Ada yang pesen minum?” ucap karyawan sambil membawa baki penuh kopi dan makanan mengitari meja-meja pelanggan.

Potensi orang yang mengaku memesan padahal tidak membayar terbuka lebar. Namun, pemilik kedai ini, Hanafi Baedhowi mengaku tidak ambil pusing.

“Kami sejak awal tidak pakai bill dan nomor antrean. Memang begini ini yang sudah jadi ciri khas. Eman-eman (sayang) kalau dihilangkan,” katanya tertawa saat saya wawancara 2022 silam.

Risiko buat pelanggan 

Sistem ini juga punya kelemahan lain yakni antrean yang kadang tidak tertata. Ada yang sudah memesan duluan, tapi dapatnya belakangan.

Setiap cabang memang punya rupa-rupa pelanggan yang berbeda. Mato Kopi Kaliurang misalnya, menurut Cak Hanafi kebanyakan pelanggannya mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII). Daya belinya tinggi dan terbiasa dengan kedai-kedai kopi modern sehingga kadang tak kaget dengan sistemnya yang tanpa bill dan nomor antrean.

“Di sini memang kami sering dapat protes tentang bill. Tapi alhamdulillah mereka jajannya banyak. Sekali duduk pesan kopi dan makan. Nanti habis beli lagi,” katanya. Kebetulan saat itu kami berbincang di cabang Mato Jalan Kaliurang.

Pada akhirnya, sistem ini akhirnya mengandalkan kepercayaan antara penjual dan pembeli. Nyatanya, dengan segala kekurangan dan kelebihan ciri khasnya, Mato Kopi tetap ramai pembeli.

Hanafi punya dua jenama kedai kopi yakni Secangkir Jawa dan Mato Kopi. Keduanya sebenarnya punya konsep yang nyaris serupa. Mulai dari tata ruang, menu, hingga sistem pelayanan.

Harga menunya memang terkenal terjangkau. Bermodalkan Rp6 ribu, pembeli sudah bisa menikmati secangkir kopi hitam pekat dengan jaringan WiFi yang lumayan untuk berselancar di dunia maya dan mengerjakan tugas.

Mato kopi, salah satu warung kopi yang masih menerapkan pembayaran konvesional. MOJOK.CO
Kasir Mato Kopi Jalan Kaliurang. (Hammam Izzuddin_Mojok.co)

Baca halaman selanjutnya…

Alasan warung dan kafe bertahan meski potensi nombok

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 9 Agustus 2023 oleh

Tags: kafekafe di jogjaKopi KlotokMato Kopisistem pembayaranwarung kopi
Iklan
Hammam Izzuddin

Hammam Izzuddin

Reporter Mojok.co.

Artikel Terkait

Tukang sayur di Solo lebih makmur ketimbang kerja di Jakarta. MOJOK.CO
Sosok

Nekat Merantau dari Jakarta ke Solo untuk Bangun Usaha Sendiri, Kini Hidup Jauh Lebih Tenang dengan Gaji Berkecukupan

21 Mei 2025
Jalan Slamet Riyadi: Surga Nongkrong di Solo, tapi Tak Cocok Buat yang Punya Kesabaran Setipis Tisu.MOJOK.CO
Ragam

Jalan Slamet Riyadi: Surga Nongkrong di Solo, tapi Tak Cocok Buat yang Punya Kesabaran Setipis Tisu

12 Januari 2025
Kafe Bukuku Lawas: Surganya Para Pecinta Kopi dan Buku Klasik di Solo.MOJOK.CO
Ragam

Kafe Bukuku Lawas: Surganya Para Pecinta Kopi dan Buku Klasik di Solo

6 Desember 2024
Kelakuan Mahasiswa Rojali yang Merugikan Warung Kecil dan Kopi Klotok di Jogja
Movi

Kelakuan Mahasiswa Rojali yang Merugikan Warung Kecil dan Kopi Klotok di Jogja

22 Agustus 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Menyaksikan Kegilaan dari Dalam Bus Bagong dan Harapan Jaya MOJOK.CO

Menyaksikan Kegilaan Sopir Harapan Jaya dan Bus Bagong dari Dalam Bus, Menjadi Saksi Kehidupan Bus yang Selalu Dianggap Biang Masalah Jalanan

13 Juni 2025
Pertama kali punya mobil pribadi. Niat pamer dan bikin panas tetangga di Pati malah jadi repot sendiri MOJOK.CO

Pertama Kali Punya Mobil Pribadi buat Pamer ke Tetangga, Malah Berujung Repot Sendiri hingga Dijual Lagi

16 Juni 2025
Universitas Brawijaya (UB) Malang.MOJOK.CO

Ditolak UB dan Terpaksa Kuliah di Kampus Tak Terkenal, Kini Malah Sukses: Dapat Kerja Gaji Dua Digit setelah Ratusan Lamaran Ditolak

11 Juni 2025
ngopi di jogja, coffee shop jogja, mahasiswa baru.MOJOK.CO

Mahasiswa Baru Kaget Pertama Kali Ngopi di Coffee Shop Jogja, Niat Nugas Malah Boncos dan Malu karena Nggak Tahu Espresso

12 Juni 2025
Fadli Zon menyangkal pemerkosaan massal dalam kerusuhan 1998. MOJOK.CO

Menyangkal Pemerkosaan Massal 1998 adalah Bentuk Pelecehan Dua Kali: Fadli Zon Seharusnya Minta Maaf, meskipun Maaf Saja Tak Cukup

16 Juni 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.