Sekitar 11 ribu santri termasuk pesilat Pagar Nusa memenuhi lapangan Mapolda DIY pada Selasa (29/10/2024). Mereka menyerukan solidaritas terhadap dua korban santri di Krapyak yang salah satunya ditusuk pisau oleh pemuda tak dikenal. Polisi mengatakan pelaku di bawah pengaruh minuman keras (miras)
***
Para santri yang berasal dari berbagai daerah telah berkumpul sejak pukul 09.00. Mereka datang dari Bantul, Gunung Kidul, Klaten, Purworejo, dan Magelang. Tujuannya untuk mendesak aparat penegak hukum agar segera menangkap pelaku.
Tak hanya santri remaja, tapi juga orang dewasa hingga orang tua membawa bendera hijau serta poster. Secara umum, poster itu menyuarakan pendapat mereka menolak miras, serta mendesak aparat keamanan untuk mengusut tuntas kasus penusukan santri di Krapyak.
Poster tulisan itu misalnya berisi: mending mabuk cinta ketimbang mabuk vodka; santri manutan, tapi ojo gawe dolanan; hanya pengecut yang melakukan kekerasan; mari berantas miras ben anak cucu kita selamat dunia akhirat.
Pagar Nusa bela santri Krapyak yang ditusuk
Muhammad Arrofiq (24) berseragam lengkap mengenakan baju pencak silat dan sabuk hijaunya. Dia mengaku telah bersiap sejak pukul 09.00 bersama puluhan temannya.
Namun, Rofiq, sapaan akrabnya lebih memilih aksi di sekitaran komplek Mapolda DIY, sebab massa sudah penuh di dalam. Jalan Padjajaran di ringroad utara memang terlihat macet karena berbagai kendaraan massa aksi terparkir di luar.
Sebagai perguruan silat yang berada di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU), Rofiq merasa perlu untuk membela korban. Teman-temannya bahkan rela meninggalkan kuliah maupun pekerjaannya demi menuntut keadilan bagi santri.
“Perguruan silat kami memang terikat dengan nilai-nilai NU, yakni mendekatkan diri kepada Allah. Kami merasa terpanggil saat ada saudara santri terkena musibah,” ucapnya kepada Mojok saat ditemui di lokasi pada Selasa (28/10/2024).
Anggota Pagar Nusa pernah jadi korban klitih yang mabuk miras
Rofiq sendiri merasa terdorong turun aksi karena pelaku melakukan penusukan di bawah pengaruh miras. Sementara, teman-teman dari perguruannya juga pernah menjadi korban.
“Teman-teman kami dari Pagar Nusa juga pernah ada yang menjadi korban klitih, pelaku saat itu di bawah pengaruh miras,” ucap pemuda asal Yogyakarta itu.
Rofiq berharap Polda DIY dapat mengusut tuntas aksi kriminalitas di Yogyakarta. Dia merasa slogan Yogyakarta istimewa tidak menggambarkan situasi kota yang nyaman karena masih marak klitih.
Dia merasa miris melihat lingkungan sekitarnya, bahkan anak kecil sudah mencoba miras, mencicipi pil, maupun narkoba. Rofiq berharap anak-anak memiliki masa depan yang cerah.
Menjauhi miras karena masuk Pagar Nusa
Rofiq mengaku sempat meminum miras sejak SD. Dia mengenal bisnis gelap itu karena lingkungan tempat tinggalnya yang marak dengan kenakalan remaja.
Rofiq mulai sadar ketika pandemi Covid-19 melanda. Dia merasa iba melihat kondisi orang tuanya yang harus banting tulang, sementara dirinya tak bisa melakukan hal positif.
“Miras merusak tubuh dan pikiran, juga membelenggu masa depan saya. Orang tua juga kasihan kalau melihat anaknya mabuk, minum alkohol, minum pil, dan narkoba seperti itu,” ucap Rofiq.
Pagar Nusa, kata Rofiq, mengajarkan dia untuk lebih dekat lagi dengan sang pencipta. Dia juga mendapatkan lingkungan yang baik dari para pesilat. Tak hanya pesilat, dia juga mengambil ilmu dari banyak kenalan santri.
“Jadi selain bela diri kita juga memang ada acara ziarah, istigasah bersama, membaca hizib dan lain-lain, supaya itu juga membentengi kita dari miras,” kata dia.
Polisi tangkap pelaku penusukan santri di Krapyak
Kapolda DIY, Suwondo Nainggolan mengatakan sudah ada lima pelaku yang ditangkap dan akan diumumkan hari ini, Selasa sore (29/10/2024). Sedangkan penangkapan terjadi pada Senin malam.
“Tadi malam tertangkap jam 18.00 WIB. Dan yang lebih alhamdulillah, pelaku yang melakukan penusukannya tertangkap tadi malam jam 23.00 WIB,” kata Suwondo di Mapolda DIY, Selasa (29/10/2024).
Sementara itu, Koordinator Umum Aksi Solidaritas Santri Jogjakarta, Abdul Muiz, dalam orasinya meminta penegak hukum untuk segera menertibkan para penjual miras baik yang legal maupun ilegal.
“Kekerasan tidak memiliki tempat dalam masyarakat,” ungkapnya. “Kami juga mendesak pemerintah serta aparat keamanan untuk segera mengambil langkah konkret demi mencegah terjadinya kasus serupa di masa depan,” ujarnya.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: 11 Ribu Warga NU Geruduk Mapolda DIY, Tuntut Polisi Usut Tuntas Kasus Penusukan Santri Krapyak Jogja
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News