Suwarno Wisetrotomo mengundurkan diri sebagai kurator dari seniman Yos Suprapto, tiga jam sebelum pembukaan pameran lukisan tunggal Yos di Galeri Nasional Indonesia pada Kamis (19/12/2024). Keputusan yang terbilang nekat itu dia ambil karena tanggungjawab dan bentuk kecintaannya terhadap profesinya.
***
Seniman asal Yogyakarta, Yos Suprapto rencananya akan mengadakan pameran tunggal yang berjudul “Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan”. Judul itu yang juga diusulkan oleh Suwarno sebagai kurator untuk pameran Yos.
Dalam diskusi mereka, Yos bercerita panjang soal ketersediaan tanah khususnya untuk petani. Dia bahkan sudah melakukan riset selama 15 tahun soal kesuburan tanah di berbagai daerah di Indonesia.
Isu itu amat menarik bagi Suwarno karena dapat mengedukasi pengunjung lewat seni rupa karya Yos. Yos mulanya mengusulkan pameran itu akan diberi judul “Bangkit”, tapi Suwarno tidak sepakat.
“Mas kalau bangkit diganti kebangkitan bagaimana? Karena Anda masih bisa bersemangat sebagai aktivis, 32 tanah untuk kedaulatan pangan masih bisa politis ini,” ucap Suwarno Wisetrotomo kepada Yos saat berdiskusi pertama kali di tahun 2023.
Beberapa bulan saat mereka melakukan diskusi, Suwarno mengklaim Yos sepakat dan sangat gembira dengan idenya. Diskusi yang mulanya cair itu jadi tegang hingga mendekati tanggal pembukaan pameran.
Suwarno tidak setuju dengan dua lukisan Yos yang dianggapnya keluar dari judul pameran. Keduanya gagal melakukan kompromi, hingga akhirnya Suwarno memutuskan mundur sebagai kurator Yos. Sementara Yos, terpaksa membatalkan pamerannya di Galeri Nasional Indonesia dan membawa pulang karya-karyanya ke Jogja.
Awal mula kerjasama pameran lukisan Yos dan Suwarno
Walaupun menjabat sebagai anggota Dewan Kurator Galeri Nasional Indonesia (Galnas), Suwarno mengaku tidak tahu sejak kapan Yos terpilih untuk mengadakan pameran di Galnas. Sebab, itu sudah bukan menjadi tugasnya.
“Pameran di sana itu, deal macam apa saya tidak mengetahuinya,” ucap Yos kepada Mojok pada Senin (23/12/2024).
Suwarno menjelaskan, saat pertama kali dibentuk, dewan kurator Galnas sebetulnya punya tugas menyeleksi karya-karya yang akan tampil di tahun berikutnya. Maka, bulan-bulan akhir menjelang tahun baru, Suwarno dan keempat orang anggotanya pasti sibuk menyeleksi. Sayangnya, program itu sudah tidak lagi berjalan.
“Sampai pada suatu titik, ketika saya tahu ada pameran oleh Yos Suprapto. Kok bisa pameran di sana? Kalau saya ditanya (seperti itu). Jujur saya nggak tahu,” ujar Suwarno Wisetrotomo.
Yang jelas, pameran itu sudah dijadwalkan jauh-jauh hari, yakni sejak tahun 2023. Saat itu, Suwarno dihubungi oleh pihak Galeri Nasional. Dia ditunjuk sebagai kurator pada pameran Yos. Yos pun meminta Suwarno sebagai kurator.
“Saya setuju karena saya memang pernah ketemu Yos di Jogja,” ucapnya.
Sebagai informasi, selain art space dan seniman, kurator penting dalam suatu pameran. Ibarat konduktor dalam dunia musik, dia bertugas sebagai orang yang mengaransemen dan mengorkestrasi pertunjukan seniman.
Dalam hal ini, Suwarno juga bertanggungjawab mempresentasikan karya seni rupa milik Yos. Tanggungjawabnya pun besar, tidak lebih dan tidak kurang dari sang seniman. Dia harus bisa menyampaikan pesan kepada pengunjung soal karya yang dipajang.
Alasan sang kurator memilih pameran lukisan Yos Suprapto
Saat ditunjuk sebagai kurator pameran Yos Suprapto, Suwarno mengaku langsung setuju usai melihat proposal milik Yos. Menurutnya, ada pesan penting yang harus diketahui masyarakat lewat karya seni rupa tersebut.
“Dia (Yos) cerita panjang lebar soal kesuburan tanah. Karena dia juga, istilah saya mungkin biasa mengadvokasi para petani, para lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang pertanian,” ujar Suwarno.
Sebab, kata Suwarno, yang terpenting dalam menyeleksi karya adalah fungsi atau tujuan dari seni tersebut, bukan definisinya. Dia melihat karya Yos memiliki tema penting untuk mengedukasi pengunjung.
“Karena Yos bilang begini, daulat pangan tuh sederhana kok sebetulnya. Kalau seseorang punya tanah satu petak tapi subur, daulah (kuasa) dia. Tanam apa-apa kan hidup. Mungkin saya naif, tapi saya pikir masuk akal juga loh,” kata Suwarno.
Maka, sebagai seorang maestro yang akan mempresentasikan karya seni rupa tersebut, Suwarno punya banyak ide yang juga disambut gembira oleh Yos.
Selain menampilkan 30 lukisan karya Yos, mereka berencana membuat workshop di sela-sela pameran untuk memberikan pengetahuan soal pupuk. Ada juga cuplikan wawancara Yos dengan Suwarno yang akan ditampilkan dalam pameran.
Ngerasani karya sang seniman
Usai berdiskusi soal tema dan mengonsep instalasi pameran, Suwarno Wisetrotomo mulai mengecek proses penggarapan produk seni rupa sebelum dipajang di Galeri Nasional Indonesia. Dalam istilah kurator, kegiatan itu dia sebut sebagai “ngerasani karya” sang seniman.
Dia pun berkunjung ke studio Yos Suprapto beberapa kali. Saat itu, Suwarno sempat mengatakan bahwa ada lukisan yang menurutnya tidak sesuai dengan tema. Lukisan itu tak hanya satu, kalau mau jujur, ada banyak lukisan Yos yang dikritik oleh Suwarno.
Namun, Yos selalu bertahan dengan argumennya. Hal itu membuat Suwarno sedikit mengendurkan perspektifnya sendiri. Beberapa lukisan yang menurut Suwarno tidak sesuai tema, akhirnya mulai dia relasikan dengan membangun narasi atas dasar penjelasan Yos.
Namun, ada dua lukisan yang menurut Suwarno tetap tak bisa dinarasikan, masih berada di luar tema dan berpotensi merusak pesan yang dibangun. Lukisan itu berjudul Konoha I dan Konoha II.
Beda pandang seniman dan kurator soal konoha