MOJOK.CO – Nama Ratna Sarumpaet seolah menghilang setelah ia dibebaskan dari penjara akibat kasus hoaks yang menjeratnya. Namun, sebenarnya ia masih eksis meskipun cukup menjaga jarak dengan dunia politik hari ini.
Seperti diketahui, aktivis dan eks anggota tim kampanye capres Prabowo-Sandi ini divonis dua tahun penjara oleh Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan pada 2019 lalu. Ia dijerat 2 pasal, yakni Pasal 14 UU Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana dan Pasal 28 ayat 2 UU ITE setelah terbukti menyiarkan berita bohong dan sengaja membikin keonaran.
Muara kasusnya berasal dari postingan viral di akun Facebook Swary Utami Dewi. Dalam postingan tersebut, terlihat wajah lebam Ratna Sarumpaet disertai keterangan bahwa perempuan ini telah dianiaya.
Postingan ini pun bikin geger, dan membuat tim kampanye Prabowo-Sandi ambil langkah cepat. Melalui keterangan resminya, capres Prabowo Subiato bahkan menyebut akan melaporkan kasus ini ke Kapolri.
“Saya bersama tokoh-tokoh dari badan pemenangan berencana dalam waktu dekat minta waktu menghadap Kapolri dan pejabat lain untuk membicarakan masalah ini. Beliau dan keluarga merasa terus terang ketakutan karena memang diancam terus-menerus,” kata Prabowo saat itu.
Bahkan, pernyataan politikus PKS Mardani Ali Sera lebih keras lagi. Ia menyebut model penganiayaan yang dialami Ratna mirip “cara-cara” PKI. Kata Mardani, hal ini mengingat posisi Ratna yang berseberangan dengan pemerintah.
“Gaya penganiayaan ini hampir kayak gaya PKI,” kata Mardani kepada Detik.
“Karena Mbak Ratna dalam posisi berseberangan dengan pemerintah, Mbak Ratna dalam posisi yang sangat vokal dan kejadian ini sevokal apa pun tidak dibenarkan, ini adalah tragedi dan ini adalah sesuatu yang harus dilawan bagi yang cinta negeri ini,” sambungnya.
Namun, pada akhirnya banyak orang termakan hoaks. Nyatanya, Ratna tidak pernah dianiaya. Setelah ditemukan banyak kejanggalan, Ratna pun mengaku wajah lebamnya bukan karena dianiaya melainkan akibat operasi plastik.
“Tidak ada penganiayaan. Itu hanya cerita khayal. Entah diberikan setan mana ke saya,” akunya waktu itu.
Bikin buku dan ingatkan persatuan
Ratna Sarumpaet dibebaskan dari tahanan pada Desember 2019 lalu. Ia hanya menjalani 15 bulan hukuman penjara setelah mendapat Surat Keterangan Pembebasan Bersyarat (SKPB) dan dua remisi, Remisi Hari Raya Idul Fitri serta Remisi Hari Kemerdekaan dari pemerintah.
Meski jarang muncul di media, sebenarnya ia masih eksis dan cukup aktif berbicara di forum-forum diskusi. Bahkan, tahun lalu Ratna meluncurkan buku berjudul Aku Bukan Politikus (2022), yang ditulis saat ia masih di dalam penjara.
“Ketika saya tulis, seperti meredam kemarahan,” ujar Ratna dalam acara peluncuran buku yang digelar pada 24 Maret 2022 lalu.
“Begitu kepala saya berputar ke televisi di sel dan melihat keributan di pilpres saat itu, saya seperti mau mati,” sambungnya.
Melalui buku Aku Bukan Politikus ini, Ratna ingin mengajak masyarakat berefleksi bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar. Menurutnya, sejarah bangsa ini adalah tentang kejayaan dan kepahlawanan.
Pancasila dan UUD 1945, yang menjadi pondasi bangsa, menurutnya pun tidak hadir dengan sendirinya. Baginya, Pancasila dan UUD 1945 muncul karena adanya keinginan untuk bersatu, bersaudara, dan saling merangkul.
Akan tetapi, kata Ratna, itu semua tidak luput dari ancaman kehancuran. Baginya, ancaman-ancaman ini tidak hanya datang dari luar tapi juga dari dalam, alias karena adu domba.
“Mari kita berpikir untuk tidak lagi bertengkar, tapi menyiasati dan mencari cara agar bisa duduk bersama membicarakan nasib bangsa. Jangan saling memaki, saling meneriaki,” ujar Ratna.
“Jangan lagi ada cebong dan kampret,” tegasnya.
Tidak berniat bikin hoaks
Lebih jauh, Ratna mengaku bahwa sebenarnya ia tidak berniat bikin gaduh masyarakat melalui kabar bohongnya. Hal ini diakuinya dalam podcast Close The Door yang tayang di kanal Youtube Deddy Corbuzier tahun lalu.
Dalam acara tersebut, Ratna mengaku bahwa awalnya ia hanya ingin berbohong kepada anaknya, Atiqah Hasiholan. Namun, sampai sekarang ia sendiri belum mengerti mengapa muncul niat berbohong itu ke sang anak seusai melakukan operasi plastik.
“Aku kan niatnya bohong pada anak, sebab terlihat ada lebam-lebam di muka aku, dan dia tanya ‘kenapa’ saat itu,” akunya kepada Deddy.
Sayangnya, malam itu Ratna sudah ada janji pertemuan dengan salah seorang politisi—yang tidak disebutkan identitasnya. Dalam pertemuan tersebut, lebamnya masih kentara dan ketika ditanya penyebabnya, ia salah bicara bahwa luka itu akibat dianiaya.
“Jadinya ini empuk untuk politik. Karena orang yang saya ajak bicara itu orang politik, jadi dia menganggap bahwa yang saya katakan itu benar, padahal saya bohong,” kata Ratna.
“Aku bicara dengan orang yang salah. Maksudnya kalau saya ngomong ke Atiqah nggak masalah, karena nggak mungkin Atiqah cerita kemana-mana,” pungkasnya.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Amanatia Junda