MOJOK.CO –Apa strategi Oppo dan Vivo hingga bisa kuasai pasar hape Indonesia saat ini? Mengapa Samsung sampai kecolongan?
Ingatkah kalian tentang sebuah video perkelahian antara boneka promosi Oppo dan Vivo di media sosial? Sebuah ajang “adu pukul saling jatuhkan” yang mengundang gelak tawa netizen dan dari cibiran merek sebelah. Walau terkesan menggelikan, nyatanya kedua merek tersebut berhasil mendapatkan hasil yang memuaskan di tahun 2019 ini dengan mengalahkan Samsung sebagai raja ponsel di Indonesia. Kuartal III tahun ini, Oppo dan Vivo menjadi penguasa pertama dan kedua pasar ponsel Indonesia. Sementara Samsung terlempar ke posisi ketiga.
Ya, cibiran terhadap dua boneka maskot dari Oppo-Vivo justru memberikan dampak yang signifikan pada akuisisi pasar. Lewat strategi ada di mana-mana dan berlipat ganda, mereka berhasil menyedot perhatian publik. Keberadaan maskot di pasar-pasar, pusat perbelanjaan, toko di jalan besar, membuat orang yang lalu lalang langsung menyadari keberadaan merek tersebut. Memang tidak langsung beli sih, tapi brand engagement jadi meningkat dan orang sadar akan kedua kehadiran merek tersebut.
Selain itu, jangan lupakan bagaimana Vivo dan Oppo membangun citra lewat iklan-iklan yang bertebaran di media baik televisi, papan reklame, internet, serta media sosial. Ketika membuat iklan, kedua brand ini tak pernah tanggung menggunakan brand ambassador. Sebut saja Reza Rahadian, Raisa, Isyana Sarasvati, Chelsea Islan, juga Vanesha Prescilla yang digandeng Oppo. Sementara Vivo tetap tampil menawan bersama Sheryl Sheinafia, Prilly Latuconsina, Afgansyah Reza, hingga Maudy Ayunda.
Barulah setelah mereknya dikenal dan nyantol di pikiran publik, mereka membuat ponsel-ponsel bagus dan terjangkau. Pertama mereka membuat branding bahwa produk mereka terjangkau, lalu mereka membangun image ponsel selfie bagus,kamera oke, hingga kemudian membuat ponsel-ponsel yang dengan prosesor kelas mid-end. Satu strategi yang kini berhasil mereka rasakan hasilnya.
Di tahap ini, Oppo-Vivo juga berhasil menyediakan produk di hampir semua kelas harga lengkap dengan ketersediaan stok yang baik. Untuk entry level, Vivo hadir di seri Y yang terjangkau, sementara Oppo menawarkan seri A. Walau spek biasa saja, tapi menawarkan desain yang kece dan kemampuan fotografi (atau setidaknya selfienya) lumayan bagus.
Di kelas menengah, Oppo memiliki seri F yang menjadi andalan melalui desain bagus, kamera bagus, dan spek yang lumayan tinggi. Tak mau kalah, Vivo jelas memiliki seri V yang terkenal dengan jargon “Selfie Expert”. Terlebih, di kelas ini, keduanya telah menghadirkan fitur-fitur dari hape flagship mereka seperti turbo boost atau vooc flash charge.
Poin lebih tentu harus saya berikan pada Oppo yang telah berani membawa varian flagship-nya lewat seri Reno ke Indonesia, walau ya belum berhasil-berhasil amat. Meski begitu, Oppo Reno telah dikenal sebagai salah satu ponsel dengan kamera terbaik di Indonesia. Dan setidaknya, dengan membawa flagship, upaya akuisisi pasar telah mereka lakukan di berbagai kelas harga, tidak seperti Xiaomi yang hingga hari ini masih belum berani masukin flagship-nya ke Indonesia.
Sebenarnya ada faktor lain yang membuat Oppo-Vivo berhasil menguasai pasar Indonesia, yakni keterlambatan Samsung merespons kebiasaan pasar. Selama ini, sebagai rezim yang telah lama berkuasa di pasar Indonesia, Samsung selalu memberikan ponsel dengan spek entry level di harga menengah. Hal ini membuat produknya tidak value for money dan ditinggalkan konsumen yang beralih.
Barulah setelah Oppo, Vivo, Xiaomi, dan Asus menguasai pasar bawah-menengah, barulah Samsung me-rebranding seri A mereka sebagai produk value for money. Termasuk lewat Galaxy A50 yang bagus itu Tapi ya tadi, karena terlambat merespon pasar, akhirnya mereka tersalip oleh Oppo-Vivo.
Sebenarnya, ada lagi satu kejutan yang hadir dari laporan peringkat penguasa pasar ponsel di Indonesia, yakni keberhasilan Realme yang mengalahkan Xiaomi dalam urusan market share. Soal ini sih ada tiga faktor yang memengaruhi, pertama produk Realme yang benar-benar value for money. Lalu, Realme melulu mengeluarkan produk-produk terbaru, bahkan mereka akan segera merilis flagship-nya di Indonesia untuk bersaing dengan merek lain
Terakhir, dan yang saya kira amat berpengaruh, adalah ketidakmampuan Xiaomi menjamin ketersediaan produk untuk konsumen. Walau punya produk bagus seperti Redmi Note 8 dan Redmi Note 8 Pro, tapi kalau stoknya “gaib” dan tidak bisa didapatkan pasar, pada akhirnya mereka akan beralih ke merek sebelah, ya si Realme ini.
BACA JUGA Tips Membeli iPhone untuk Pemula: No. 1 Jangan Beli Seri Terbaru atau ulasan gadget lainnya di rubrik KONTER.