MOJOK.CO – Apple dan iPhone memang gacor tapi bikin saya jadi nggak produktif bekerja. Udah bener saya memutuskan pindah ke Android saja.
Dulu, saya adalah Apple User. Bukan cuma pakai iPhone, tetapi juga perangkat Apple lain macam MacBook, iPad + Apple Pencil, iMac, Apple Watch, serta Airpods Pro. Kalau mau dibandingin, kurang terjerat apa saya dengan ekosistem Apple? Namun, pada 2022, saya menjual semua Apple devices dan beralih total ke Android dan Windows.
Fleksibilitas dan produktivitas adalah alasan mengapa saya meninggalkan Apple. Walau semua perangkatnya gacor, tapi kurang bisa mendukung kebutuhan kerja saya yang kelewat produktif. Hingga akhirnya ya daripada klien yang pergi, lebih baik saya yang meninggalkan Apple. Bye.
Apple yang kurang fleksibel
Dengan dalih perkara keamanan, Apple membatasi hampir semua ruang gerak pengguna ketika menggunakan ponselnya sendiri. Mau download aplikasi dari pihak ketiga, kustomisasi tampilan, dan menggandakan aplikasi? Mana bisa. Padahal, kita bisa dengan mudah melakukannya di Android. Sudah begitu, charger juga beda sendiri.
Ya, belakangan sih sudah mulai dilonggarkan kayak update iOs untuk kustomisasi tampilan, iPhone terbaru sudah menggunakan port type c yang digunakan di banyak device. Mulai ada aturan juga yang membolehkan user meng-install aplikasi pihak ketiga walau baru di Eropa saja. Namun, sepanjang urusan aplikasi ganda, masih belum bisa. Makanya, kayaknya sulit buat saya balik lagi ke iPhone.
Sempat menggunakan Android + iPhone
Jujur, saya hampir tidak pernah lepas dari hape Android. Bahkan ketika masih memakai iPhone, saya selalu memiliki (setidaknya) satu hape lagi yang berbasis Android. Malah, hape Android yang saya pakai juga bukan kaleng-kaleng; flagship Samsung dari tahun ke tahun sejak 2018.
Ya, saya menyandingkan iPhone XS Max dengan Galaxy Note 10, iPhone 11 dengan Galaxy S20 Plus, iPhone 12 Pro Max dengan Galaxy S21 Plus, serta iPhone 13 dengan Galaxy S22 Ultra. Barulah, seri iPhone 14 rilis, saya memilih tak lagi menggunakan iPhone dan memilih hanya menggunakan Android.
Jadilah, sejak 2022, saya hanya menggunakan satu daily driver (S22 Ultra) dan satu hape pendamping (Poco M5). Bersama tambahan sebuah laptop ROG M16, saya justru merasa makin produktif dengan satu ekosistem baru yang begitu fleksibel untuk digunakan.
Baca halaman sealanjutnya: Kalau pengin produktif, tinggalkan iPhone dan pindah ke Android saja.
Kenapa memilih melepas Apple?
Sebagaimana kebanyakan orang, saya memakai banyak nomor hape. Malahan, hingga hari ini, saya masih mengaktifkan 13 nomor ponsel untuk urusan pekerjaan. Walau ya, sehari-harinya saya lebih banyak hanya menggunakan 5 sampai 6 nomor saja.
Tentunya, keenam nomor itu memiliki akun WhatsApp. Untuk mengaktifkan keenam nomor itu, tentu saya tidak bisa hanya menggunakan 1 iPhone. Bahkan ketika menggunakan 1 iPhone dan 1 Samsung pun masih belum cukup. Lebih pas jika menggunakan 1 Samsung dan 1 (keluarga) Xiaomi.
Jika menggunakan iPhone, paling mentok kita hanya bisa menggunakan 1 WhatsApp biasa dan 1 WhatsApp bisnis. Sementara dengan Samsung, saya bisa menggunakan 2 WhatsApp biasa dan 1 WhatsApp bisnis. Bahkan jika menggunakan fitur secure folder, saya bisa menggunakan 5 nomor WhatsApp di satu hape. Ketika menggunakan Xiaomi, fitur aplikasi ganda bisa memudahkan kita untuk menggunakan banyak nomor WhatsApp di 1 ponsel.
Selain itu, saya juga mengelola cukup banyak rekening di mana mobile banking setiap nomor harus aktif. Dengan asumsi 1 nomor ponsel untuk 1 mobile banking, maka saya membutuhkan 4 nomor. Jadilah saya harus membawa 4 nomor yang harus dibawa ke mana saja saya pergi.
Sialnya, selain hanya bisa membawa 1 SIM card, iPhone juga hanya bisa digunakan untuk 1 mobile banking. Sementara itu, dengan S24 Ultra dan Poco F5 yang saya gunakan saat ini, saya sudah bisa menggunakan 4 mobile banking BCA dengan 4 nomor rekening yang berbeda.
Oh ya, fyi, rekening yang saya gunakan sebagian adalah rekening lembaga yang bukan atas nama saya. Jadi ya nggak bisa dikelola dalam 1 aplikasi.
Kemudian, saya juga mengelola banyak akun. Mulai dari media sosial sampai email. Karenanya, saya membutuhkan hape dengan fitur aplikasi ganda. Misal, di Poco F5 saya, kini ada 2 Twitter, 2 Instagram, 2 TikTok, dengan masing-masing berisi setidaknya 6 akun.
Jadi, daripada repot mengurus semua pekerjaan, akhirnya saya memutuskan meninggalkan iPhone.
Sempat mencoba balik tapi tetap nggak nyaman
Sekitar 2 bulan yang lalu, Samsung S23 Ultra saya rusak karena tercebur di pantai. Perbaikannya memakan waktu yang cukup lama. Maklum, di Jogja, kalau servis hape resmi mesti lama. Makanya, saya memutuskan untuk membeli ponsel baru saja. Sembari menunggu S23 Ultra kembali, akhirnya saya memberanikan diri untuk membeli iPhone 15 Pro. Karena sudah pakai port type c, ya saya mau coba lagi balikan sama ponsel dari Apple.
Sayangnya, baru 4 hari pakai, saya sudah kerepotan. Mulai dari kesulitan mengetik pesan, hingga kebutuhan akan widget yang biasa saya gunakan, tidak tersedia di iPhone 15 Pro. Akhirnya, ya saya memutuskan untuk membeli S24 Ultra sebagai hape utama saya.
Terus iPhone-nya bagaimana? Sejauh ini, hape tersebut lebih banyak digunakan teman-teman untuk produksi video. Kalau saya kira sudah nggak berguna, ya nanti tinggal dijual saja.
Windows + Samsung adalah Kunci
Dulu saya sering banget gonta-ganti laptop. Selain untuk ngetes laptop-laptop baru, saya juga merasa nggak terikat dengan laptop lama. Saya merasa, pekerjaan bisa selesai tanpa terikat dengan satu laptop. Tapi itu dulu.
Sekarang sudah 2 tahun lebih saya menggunakan ROG M16. Untuk hapenya sih sudah terganti ya karena sempat rusak saja. Seandainya S23 Ultra saya nggak rusak, kayaknya juga nggak bakal ganti ke S24 Ultra. Buat saya, perangkat yang saya gunakan saat ini adalah kunci produktif untuk urusan pekerjaan.
Ketika bekerja, saya tetap bisa mengakses ponsel saya tanpa harus membuka ponsel dengan aplikasi Phone Link yang menyambungkan S24 Ultra dengan ROG M16 saya. Mau copy file juga mudah dan cepat dengan Nearby Share. Dan yang paling penting, saya bisa menjejerkan 50 profil Chrome saya di laptop agar mudah digunakan. Mangtap.
Meski memang perkara produktivitas itu subjektif, tapi fleksibilitas yang diberikan Android dan Windows menjadi kunci untuk produktivitas saya pribadi. Karena mau pakai hape paling mahal atau laptop paling mahal pun, kalau cuma dipakai untuk scroll TikTok dan nonton Netflix ya jadi nggak produktif kan.
Tapi ya itu urusan pribadi ya. Kalau punya duit, mau ganti hape sebulan sekali seperti saya dulu juga nggak masalah. Yang penting jangan pernah memaksakan diri membeli barang yang tak mampu kamu jangkau, dan jangan menjadi sombong ketika kamu membeli iPhone padahal cuma iPhone XR. Yaelah bang, bagusan juga Android Poco F5.
Penulis: Aditia Purnomo
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Saya Menyesal Setelah Pindah dari Android ke iOS dan pengalaman menarik lainnya di rubrik KONTER.