Salah Kaprah Istilah Pulang ke Jawa, Apa Alasannya? - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Home Komen Versus

Salah Kaprah Istilah Pulang ke Jawa, Apa Alasannya?

Aprilia Kumala oleh Aprilia Kumala
22 Juni 2018
0
A A
mudik
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Bagaimana asal-muasal istilah pulang ke Jawa yang sebenarnya salah kaprah itu?

Perkara mudik dan arus balik tak melulu soal kemacetan panjang dan tiket kendaraan yang keburu habis terjual. Dalam masa-masa sebelum mudik, misalnya, kita-kita—khususnya yang berkampung halaman di daerah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jogja—harus siap sedia menerima pertanyaan aneh berikut ini, bahkan sejak hari-hari terakhir Ramadan tiba:

“Mau pulang ke Jawa, ya?”

Sekilas rasanya normal, lalu apanya yang aneh?

Ya gimana, wong istilah pulang ke Jawa ini dilontarkan dalam percakapan dua orang yang sama-sama menginjakkan kaki di Pulau Jawa!

Baca Juga:

Lebaran 2022: Menanti Ibu Bertanya Kapan Nikah

Siap-siap! 3,9 Juta Pemudik Bakal Masuk DIY

Cerita Mudik dan Mitos Cewek Nggak Bisa Ngerawat Motor

[!!!!!!!!!!!!11!!!11!]

Pengalaman ini saya rasakan sendiri saat menempuh studi di Jatinangor, Jawa Barat. Alih-alih bertanya, “Kamu mudik ke Cilacap?”, teman-teman saya berujar, “Kamu mudik ke Jawa?”. Kala itu, saya masih menghadapi culture shock dengan budaya Sunda yang kental sehingga pertanyaan ini saya tanggapi secara kaku, “Lah, bukannya kita emang sama-sama di Jawa, ya?”

Seakan tak mau kalah, teman saya membalas, “Ya beda, atuh. Kamu pulang ke Jawa, aku balik ke Sukabumi.”


Sebelum saya mau protes lagi—“Helllooow, Sukabumi juga ada di Jawa, keleus!”—teman saya yang lain datang dan mengingatkan kami soal laporan akhir praktikum yang harus dikumpulkan siang itu. Alhasil, kami pun langsung mingkem dan ngebut mengerjakan laporan.

Akan tetapi, terlepas dari tugas perkuliahan yang kadang menggunung seenaknya itu, istilah mudik ke Jawa atau pulang ke Jawa memang telah mendarah daging, terutama bagi mereka-mereka yang tinggal di Jakarta dan Jawa Barat. Meskipun sama-sama berada di Pulau Jawa, istilah ini tetap saja muncul.

Hmmm, kenapa bisa begitu?

Alasan Sejarah

Duluuuuu sekali, Pulau Jawa memiliki dua wilayah kekuasaan besar, yaitu tanah Jawa dan Pasundan. Secara sederhana, kisah ini bisa dirunut dari masa-masa kejayaan kerajaan Majapahit. Kala itu, wilayah yang belum bisa ditaklukkan Majapahit adalah Pasundan—cikal bakal tanah Sunda saat ini.

Alih-alih melalui perang, tanah Jawa dan Pasundan sempat akan bersatu melalui rencana pernikahan Hayam Wuruk, sang Raja Majapahit, dan Dyah Pitaloka yang merupakan putri Pasundan. Sayangnya, rencana ini hanya tinggal rencana karena rombongan kerajaan Pasundan justru tewas dalam Perang Bubat.

Kisah Hayam Wuruk dan Dyah Pitaloka ini menjadi simbol betapa Jawa dan Sunda merupakan dua wilayah yang berbeda, meski berada di satu pulau yang sama. Hanya saja, kebetulan, nama pulau tempat kedua daerah ini berada sama dengan nama salah satu daerah tersebut.

Gitu, loh.

Alasan (Kesenjangan) Sosial

Selain perbedaan suku atau daerah bekas kerajaan tertentu, istilah pulang ke Jawa ini bisa saja muncul atas dasar alasan sosial. Daerah-daerah yang terbilang lebih ndeso dan tidak memiliki fasilitas sekelas kota besar dianggap sebagai daerah yang terlalu “Jawa” jika dibandingkan dengan kota-kota lain yang sebenarnya juga berada di Pulau Jawa.

Pusing, ya? Sama.

Saya juga pernah merasakan hal ini, lagi-lagi saat berkuliah di Jatinangor. Karena suatu sebab, selama beberapa hari saya harus pulang ke Cilacap. Eh, ndilalah, dosen saya mengumumkan bahwa kuis online akan dilaksanakan hari itu juga. Sontak, saya segera mencari spot yang tepat agar sinyal internet bisa maksimal.


Sayangnya, dalam kuis online ini, saya harus jadi orang yang sangaaaat sabar demi menghadapi koneksi internet dari provider yang sedang lambat. Hal ini sebenarnya juga saya rasakan saat berada di Jatinangor, tapi teman saya di kampus memilih tetap mengirimkan pesan ini: “Sabar, ya. Sinyal di Jawa emang putus-putus gitu, ya?”

Yha~

Bukan hanya dalam bentuk pertanyaan, istilah pulang ke Jawa muncul pula dalam bentuk pernyataan, khususnya oleh mereka yang sudah terbiasa tinggal di Jakarta atau bagian barat pulau Jawa.  Berdasarkan kedua alasan di atas, tentu kita bisa memahami hal ini terjadi. Tapi, please deh, masa iya salah kaprah ini mau diteruskan lagi dan lagi?

Ketahuilah, bertanya (atau berkata), “Pulang ke Jawa,” selagi kita cuma berada di Jakarta, Bandung, dan sekitarnya, sungguh terdengar lucu dan aneh. Situ ikut pelajaran Geografi juga, kan, waktu sekolah?

Mendingan, kalau mau bilang kayak gitu itu, sampeyan terbang dululah sekalian ke Planet Mars, biar wangun.

Tags: Dyah PitalokaGajah MadaHayam WurukmajapahitMudikPasundanpulang ke Jawa
Aprilia Kumala

Aprilia Kumala

Penulis lepas. Pemain tebak-tebakan. Tinggal di Cilegon, jiwa Banyumasan.

Artikel Terkait

Lebaran 2022: Menanti Ibu Bertanya Kapan Nikah MOJOK.CO

Lebaran 2022: Menanti Ibu Bertanya Kapan Nikah

3 Mei 2022
mudik pemudik di Yogyakarta

Siap-siap! 3,9 Juta Pemudik Bakal Masuk DIY

25 April 2022
cerita mudik dan mitos cewek nggak bisa ngerawat motor - oalah

Cerita Mudik dan Mitos Cewek Nggak Bisa Ngerawat Motor

22 April 2022
Megawati, Pemimpin Perempuan Paling Berkuasa dalam Sejarah Nusantara MOJOK.CO

Megawati, Pemimpin Perempuan Paling Berkuasa dalam Sejarah Nusantara

19 Februari 2022
Yang Terjadi kalau Majapahit Masih Eksis hingga Hari Ini

Yang Terjadi kalau Majapahit Masih Eksis hingga Hari Ini

13 November 2021
Mohammad Yamin

5 Keteladanan Tipis-tipis Mohammad Yamin: Sosok Paling Kontroversial dalam Dunia Sejarah Indonesia

30 Oktober 2021
Pos Selanjutnya
Hasil Argentina vs Islandia: Skor 1-1, Messi Gagal Penalti

Prediksi Brasil vs Kosta Rika: Supaya Tidak Serupa Argentina

Komentar post

Terpopuler Sepekan

mudik

Salah Kaprah Istilah Pulang ke Jawa, Apa Alasannya?

22 Juni 2018
Kisah Bagaimana Gus Dur “Membela” Karya Salman Rushdie MOJOK.CO

Kisah Bagaimana Gus Dur “Membela” Karya Salman Rushdie

14 Agustus 2022
Kereta Cepat Jakarta Bandung: Ketika Jokowi dan Indonesia (Hampir) Tak Punya Daya Tawar MOJOK.CO

Kereta Cepat Jakarta Bandung: Ketika Jokowi dan Indonesia (Hampir) Tak Punya Daya Tawar

15 Agustus 2022
kadisdikpora diy mojok.co

Rekomendasi Satgas Selesai, Kepsek dan Tiga Guru SMAN 1 Banguntapan Disanksi Ringan 

18 Agustus 2022
Trauma yang Tersimpan di Kota Tangerang MOJOK.CO

Trauma yang Tersimpan di Kota Tangerang (Bagian 1)

18 Agustus 2022
Es Putr Pak Sumijan Lasem

Warung Es Puter Pak Sumijan Lasem: Kemewahan di Balik Uang Rp5 Ribu

15 Agustus 2022
ujian praktik SIM C

Cerita dari Peserta Ujian Praktik SIM yang Gagal, tapi Terus Mencoba

13 Agustus 2022

Terbaru

kebocoran data mojok.co

Kebocoran Data Pribadi Terjadi Lagi, Pakar Sebut Hal Ini Perlu Diperbaiki

20 Agustus 2022
bawaslu diy mojok.co

Parpol Catut Tiga Nama Anggota Bawaslu dan ASN di DIY 

20 Agustus 2022
pelajar dan mahasiswa mojok.co

Terancam Tak Ikut Pemilu 2024, KPU RI Minta Pemda DIY Identifikasi Pelajar dan Mahasiswa

19 Agustus 2022
Asmoe Tjiptodarsono: Sumbangsih BTI dan PKI dalam Membangun Dunia Tani

Asmoe Tjiptodarsono: Sumbangsih BTI dan PKI dalam Membangun Dunia Tani

19 Agustus 2022
Kominfo masih dalami kebocoran data 17 pelanggan PLN.

Lebih dari 17 Juta Data PLN Diduga Bocor, Kominfo Masih Mendalami 

19 Agustus 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In