Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Komen Versus

Asal-Usul Kata Serapan Bahasa Indonesia yang “Diimpor” dari Bahasa Asing

Aprilia Kumala oleh Aprilia Kumala
11 Maret 2019
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Bahasa Indonesia lahir dengan proses panjang. Nyatanya, ia memiliki banyak kata serapan yang berasal dari sekian banyak bahasa asing.

Sebuah buku pernah ditulis oleh Alif Danya Munsyi alias Yopi Tambayong alias Remy Sylado berjudul 9 dari 10 Kata Bahasa Indonesia adalah Asing. Dalam sebuah bagian, Yopi mencontohkan iklan di laman pencarian jodoh bertuliskan:

“Gadis 33, Flores, Katolik, sarjana, karyawati, humoris, sabar, setia, jujur, anti merokok, antifoya-foya, aktif di gereja. Mengidamkan jejaka maks 46, min 38, penghasilan lumayan, kebapakan, romantis, taat, punya karisma.”

Sekilas, semua terlihat biasa saja: kalimat di atas ditulis dengan bahasa Indonesia, tentu saja, dan dapat kita pahami bersama. Namun, sebagaimana kita yang punya rahasia pribadi, kata-kata di atas ternyata juga punya rahasianya sendiri-sendiri: asal-usul pembentuknya, alias kata serapan. Jika dijabarkan lebih lanjut, berikut adalah data setiap kata, lengkap dengan bahasa pembentuknya:

– gadis (Minangkabau)

– Flores (Portugis: floresce)

– Katolik (Belanda: katholiek),

– sarjana (Sanskerta: sajjana)

– karyawati (Sanskerta: karya+wati)

– humoris (Belanda: humorist)

– sabar (Arab: ṣabr/sabran)

– setia (Sanskerta: satya)

– jujur (Jawa)

– anti merokok (Belanda: anti+roken)

Iklan

– antifoya-foya (Belanda: anti; Menado: foya)

– aktif di gereja (Belanda: actief; Portugis: igreja)

– mengidamkan (Tamil: iṭṭam)

– jejaka (Sunda: jajaka)

– maks (Belanda: maximal)

– min (Belanda: minimal)

– penghasilan (Arab: ḥāṣil)

– lumayan (Jawa)

– kebapakan (Cina: bàba)

– romantis (Belanda: romantisch)

– taat (Arab: ṭāʿa/thawa’iyat)

– punya (Sanskerta: Empu)

– karisma (Belanda: charisma)

Gimana, gimana, sudah terkejut belum menyadari bahwa bahasa Indonesia milik kita ternyata merupakan hasil serapan dan pengaruh dari bahasa-bahasa lain???

Kata-kata yang kamu baca, tulis, dengar, dan ucapkan hingga hari ini merupakan hasil adopsi dari bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia. Itulah sebabnya mengapa kita sering mendengar kata-kata yang mirip dalam bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Jangan GR dulu—itu bukan berarti pencipta bahasa Indonesia dan bahasa asing tersebut menyusun kata-katanya barengan. Justru bisa jadi, kitalah yang menyerap kata tersebut, lalu diolah agar sesuai dengan lidah Indonesia, persis kayak makanan.

Jadi, apa saja dong bahasa-bahasa yang telah berbaik hati menyumbang kata-kata serapan untuk kita-kita yang sekarang lagi sibuk menjadi cebong dan kampret ada di Tanah Indonesia tercinta???

1. Bahasa Sanskerta dan Hindi

Bahasa yang satu ini kerap ditemukan pada beberapa prasasti kerajaan di Indonesia sejak abad ke-5. Bahkan, dimulai dari abad ke-9 SM (Sebelum Masehi, bukan SM Entertainment, ya!), bahasa ini konon sudah digunakan di beberapa daerah di Indonesia sebagai dampak disebarkannya agama Hindu hingga abad ke-7 dan 8. Sampai dua abad setelahnya, penyebaran agama Buddha dimulai, pun dengan memanfaatkan bahasa Sanskerta ini.

Bukan hanya penyebaran agama, kedua bahasa ini juga erat kaitannya dengan perdagangan rempah-rempah dari India. Kurang lebih, ada 700 kata dalam bahasa Indonesia yang lahir berkat pengaruh bahasa Sanskerta dan Hindi, misalnya: asmara (āśmara), istimewa (āstām eva), dan wisuda (viśuddha).

2. Bahasa Cina

Perjalanan bahasa Cina dimulai sejak abad ke-7. Kala itu saudagar Cina mengunjungi Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, hingga Maluku Utara. Hubungan ini berlanjut ke tahap diplomatik dengan Kerajaan Sriwijaya dan bahasa Cina iatu sendiri mulai terlihat di tengah masyarakat.

Bahasa Cina yang menyumbang materi-materi kata dalam bahasa Indonesia diucapkan dari dialek Hokyan. Sekitar lebih dari 300 kata yang kerap kita gunakan ternyata merupakan sumbangsih dari bahasa Cina. Ini penting untuk kamu ketahui, soalnya kamu cuma bisa bilang “Xiexie!” atau “Cici, Koko!” kalau bicara soal bahasa Cina. Hadeeeeh!

Contoh kata-kata serapannya adalah sebagai berikut: bakpia (bah pián), bakso (bah so), dan bakwan (bah oân).

3. Bahasa Arab dan Parsi

Kedua bahasa ini memiliki kemiripan cukup tinggi. Parsi sendiri berasal dari kawasan yang kini dikenal dengan nama Iran dan sekitarnya.

Konon, tujuh saudagar dari Persia, India, dan Arablah yang datang membawa bahasa Arab ke Indonesia. Menurut penelitian dari Russel Johns, seorang linguis dunia, bahasa Arab mulai diadaptasi ke dalam bahasa Melayu (untuk kemudian berkembang menjadi bahasa Indonesia) sejak abad ke-12, di mana saat itu banyak raja yang memutuskan memeluk agama Islam. Teori ini didukung dengan adanya karya sastra yang mulai berkembang pesat.  Hingga saat ini, tercatat ada sekitar 2.200 kata dalam bahaa Arab yang diserap ke dalam bahasa Indonesia, misalnya: gengsi (jinsī), iklan (iʿlān), dan jadwal (jadwal).

Pedagang Arab yang datang ke Indonesia terus berdatangan, dan di antaranya merupakan penutur bahasa Parsi. Itulah sebabnya, bahasa Parsi juga memiliki andil dalam proses pembentukan bahasa Indonesia. Tercatat, lebih dari 200 kata yang kita miliki adalah serapan dari bahasa Parsi, seperti: bedebah (bad-bakht), bius (bī-hosh), dan cambuk (chābuk).

4. Bahasa Portugis

Portugis menduduki Malaka sejak 1511, tahun di mana bahasa ini pada akhirnya berkembang di beberapa bagian di Indonesia. Di abad ke-17, bahasa Portugis bahkan telah menjadi bahasa perhubungan antaretnis, selain bahasa Melayu. Malah, nggak tanggung-tanggung, seorang sejarawan bernama Jean Gelman Taylor menyebutkan bahwa bahasa Portugis menjadi bahasa utama dalam perdangan Asia, yaitu pada abad ke-16 dan 17.

Beberapa kata dalam bahasa Portugis yang terserap ke bahasa Indonesia adalah: bangku (banco), bendera (bandeira), dan boneka (boneca).

5. Bahasa Belanda

Belanda mungkin ibarat mantan terindahnya Indonesia (meski tentu harus kita pahami bahwa penjajahan bukanlah sesuatu yang indah dan menyenangkan) karena ia telah datang ke Indonesia dan bertahan sampai 3,5 abad. Ya, 350 tahun! Maksud saya, ya ampun kamu ngapain aja, Nda, Belanda???

Lamanya durasi Belanda ada di Indonesia justru menjadi momen warisan dan serapan kata di tengah masyarakat. Ya, ya, ya, selain sistem pemerintah, ilmu pembelajaran, budaya, dan musik, bahasa Belanda jelas memberi pengaruh berupa kata serapan di Indonesia.

Hingga hari ini, tercatat lebih dari 7.000 kata bahasa Indonesia lahir dari bahasa Belanda, misalnya: indehoi (in het hooi), indekos (in de kost), dan fanatik (fanatiek)—termasuk pula kisah-kisah pembentuk kata yang erat kaitannya dengan situasi sejarah yang terjadi kala itu, seperti pada kata jancuk yang pernah dibahas sebelumnya.

6. Bahasa Inggris

Selepas kemerdekaan, Soekarno membawa Indonesia lebih dekat ke pihak sekutu. Tujuannya, tentu untuk mendukung program kerja sama dan pendidikan. Alhasil, informasi dan komunikasi dalam bahasa Inggris pun tak terelakkan, yang kemudian bertanggung jawab pada lebih dari 2.400 kata serapan yang muncul kemudian, misalnya: bisnis (business), boikot (boycott), dan cas (charge).

7. Bahasa Jepang

Bahasa Jepang telah memengaruhi kehidupan Indonesia sejak tahun 1942. Sejak zaman penjajahan, pasukan Jepang memang kerap menggunakan istilah-istilah bahasa Jepang di Indonesia, sehingga mau tak mau, istilah ini pun menjadi familier di telinga, misalnya keibodan dan jibaku.

Kata-kata serapan dari Jepang umumnya tak memiliki bentuk yang terlalu berbeda dengan wujudnya dalam bahasa Indonesia, misalnya: bonsai (bonsai), yoyo (yôyô), dan karate (karate).

Data di atas tentu hanya sedikit dari sekian banyak pembentuk kata serapan dalam bahasa Indonesia. Namun setidaknya, yang perlu kita pahami dalam kisah ini adalah: bahwa kita berasal dari banyak hal yang menempa kita, sebagaimana bahasa Indonesia dibentuk dari banyak bahasa yang memengaruhinya.

Jadi, jangan lupa berterima kasih pada apa pun yang telah terjadi dalam hidupmu, ya. Eaaaa~

Terakhir diperbarui pada 12 Agustus 2021 oleh

Tags: bahasa asingkata serapanpenjajahan Belandasejarah bahasa Indonesia
Aprilia Kumala

Aprilia Kumala

Penulis lepas. Pemain tebak-tebakan. Tinggal di Cilegon, jiwa Banyumasan.

Artikel Terkait

Video

Resep Toleransi di Lasem: Islam, Cina, dan Jawa Nggak Pernah Konflik

2 Juni 2021
Versus

Total Jenderal, Sudah Pernah Dengar Istilah Ini?

29 Oktober 2018
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.