Suara Hati Anak Rantau Untuk Orang Tua Mereka

suara hati anak rantau

MOJOK.COMojok Institute melakukan sensus kepada Netizen Twitter, Facebook, dan Instagram untuk mengetahui apa yang ingin mereka—sebagai anak rantau—sampaikan kepada orang tua mereka

Demi mencari ilmu dan meraih cita-cita, adakalanya kita harus mengorbankan banyak hal. Salah satu pengorbanan yang sedikit umum dilakukan adalah meninggalkan kebersamaan dengan orang tua karena harus menjadi anak rantau.

Hidup jauh dari orang tua awalnya mungkin terdengar menyenangkan atau nggak buruk-buruk amat. Selain bisa dapat kebebasan, kita sebagai anak rantau biasanya senang karena nggak pernah diatur-atur dan disuruh-suruh beli gas lagi.

Tapi kenyatannya, hidup sendirian nggak semudah dan semenyenangkan itu…

Jauh dari orang tua menyadarkan kita betapa susahnya mengurus diri kita sendiri. Untuk sekadar bangun pagi, makan minimal dua kali sehari dan memastikan mandi minimal dua hari sekali aja susahnya minta ampun—apalagi mengatur uang agar tidak terus menerus makan promag dan mie instan di akhir bulan.

Apalagi kalau kita sedang banyak masalah, sakit, atau stress berat karena tekanan kuliah/pekerjaan. Di titik terendah dalam hidup kita itu, kita jadi ingat betapa enaknya hidup kita ketika bersama orang tua. Mau makan tinggal makan, kalau pengin beli sesuatu tinggal minta uang, dan kalau sakit selalu ada orang yang merawat dan mengurusi.

Saat seperti inilah mari bersama-sama kita ucapkan kgn :'( untuk orang tua kita.

Iya sih ada teknologi, zaman sekarang enak karena bisa video call. Tapi, rasanya tetap saja beda ketika berbicara melalui video call dan ketika bisa ada di hadapan orang tua. Apalagi video call itu seringnya bikin kita kesal juga karena pas lagi kebelet kangen sinyalnya malah suka tuut tuut tuut tuut. Hadehh.

Dilema lain yang dirasakan anak rantau ketika menelpon orang tua adalah ketakutan kalau jadi homesick dan makin pengin pulang ketika masih banyak hal yang harus diselesaikan di tempat rantau.

Belum lagi, orang tua sering curiga kalau kita terlalu sering menelpon. Meskipun mereka senang, mereka selalu berpikiran bahwa ada hal buruk yang terjadi ketika kita terlalu sering menelpon. Dikira kehabisan uang lah, atau lagi sakit lah. Dan ini juga menjadi beban tersendiri bagi kita sebagai anak rantau yang nggak pengin orang tua terus menerus khawatir sama kita.

Tapi sebaliknya, ketika kita berusaha bertindak cuek dengan jarang menelpon, orang tua juga akan tetap berpikiran kalau ada hal buruk sedang menimpa kita atau malah berpikir kalau kita terlalu sibuk sampai melupakan mereka hahaha :'(

Dilema ini yang seringkali bikin banyak hal nggak bisa kita sampaikan kepada menelpon mereka huhu.

Nah, sebagai pembela dan penyalur aspirasi rakyat jelata sensus Mojok minggu ini didedikasikan untuk menampung suara hati mereka—anak-anak rantau—yang galau dan pengin menyampaikan sesuatu kepada orang tua mereka.

Yhaa melow sedikit nggak apa-apa lah yhaa.

Hasil sensus:

Berikut adalah suara anak-anak rantau untuk orang tua mereka yang berhasil kami rangkum

Buk, Pak, kami di sini baik-baik aja. Jangan khawatir

Hal pertama yang selalu ditanyakan orang tua kepada anaknya yang hidup jauh dari mereka adalah: Apakah anaknya di tempat rantau baik-baik aja. Apakah makannya cukup, tidurnya cukup, uangnya cukup. Mereka selalu khawatir dan takut anaknya yang jauh hidup kekurangan.

Dan semua anak rantau pasti selalu ingin meyakinkan orang tua mereka bahwa mereka baik-baik saja—atau setidaknya berusaha untuk terus baik-baik saja.

Kami sebagai anak rantau harap kalian jangan terlalu khawatir. Bahkan kalau boleh jujur, kami sering bablas foya-foya dari uang bulanan (makanya uangnya cepat habis hehe). Kalau kami kekurangan, kami pasti akan bilang kok, Buk, Pak.

Buk, Pak, sebenarnya kami pengin sering pulang

Pertanyaan kedua yang sering diberikan orang tua adalah kenapa kita jarang pulang ke rumah. Mereka kadang berpikir kalau kita nggak pulang artinya kita nggak kangen mereka…

….Padahal kami selalu pengin pulang, selalu kangen kalian. Kangen perhatian dan masakan ibu, juga kangen ngobrol dan bercanda sambil ketawa-ketawa sama bapak.

Tapi maaf bu, pak, kami belum bisa pulang karena masih banyak yang harus diselesaikan. Atau sebenarnya pengin pulang tapi tiket kereta/pesawat mahal, kami nggak pengin menambah beban kalian. *nangis di pojokan*

Buk, Pak, terima kasih

Orang tua biasanya tidak pernah mempermasalahkan mereka keluar banyak sekali uang untuk membiayai kehidupan kita karena merasa itu adalah kewajiban mereka…

….padahal kami sangat ingin berterima kasih karena selama ini sudah merawat, menyayangi, dan membayarkan ukt kami yang mahal itu.

Terima kasih karena selalu bekerja keras biar kami punya hidup yang lebih mudah dan nggak pernah kekurangan selama jauh dari kalian.

Buk, Pak, Maaf kami nakal

Orang tua selalu ingin anaknya bekerja/belajar yang rajin tanpa beban karena semua kebutuhan sudah mereka sediakan.

Tapi maaf Bu, Pak, kami masih sering mengeluh. Suka banyak maunya, bahkan sering mau menyerah ketika menuntut ilmu, lalu sensitive dan galak sama kalian ketika kami ditanya kapan lulus, kapan mencari kerja, atau kapan nikah.

Padahal kami tahu kalau pertanyaan itu bukan untuk membuat kami pusing atau bersedih. Kami tahu kalian hanya ingin mendengar kabar baik dari kami.

Buk, Pak, maaf belum bisa jadi seperti orang lain

Orang tua selalu ingin anaknya sukses. Sebenarnya bukan hanya sukses secara materi, tapi juga sukses menjadi anak yang baik.

Tapi kenyataannya, kami masih belum mencapai tahap itu. Kami masih jauh dari apa yang kalian harapkan.

Kami minta maaf karena belum bisa lulus cepat atau dapat pekerjaan seperti yang kalian inginkan. Maaf kalau kami sering mengecewakan kalian. Tapi kami ingin kalian tahu kalau kami juga sedang berjuang. Kami selalu ingin membahagiakan kalian.

Buk, Pak, panjang umur ya.

Sadar atau tidak, Orang tua kita setiap hari semakin semakin menua. Satu-satunya doa yang selalu kami panjatkan kepada tuhan adalah semoga kalian selalu diberikan kesehatan. Berikan kami kesempatan untuk membalas budi dan membahagiakan kalian.

***

Jawaban terbaik:

Raq‏ Ma, kirim norek sini aku habis dapat rejeki, mau berbagi.
Dina Lutviana‏ Buk, pak. Aku benci kudu nyadari lak bapak ambe ibuk makin tuwek. Buenciiiiiiii banget. Aku isek tetep ngene ngene wae :((((
Sabda Agung‏ Mak aku jomblo, makane to lak tak golekne mantu iku ojo panggah di emohi ae, wes anakmu ki ra ganteng kok dadak jalok mantu sing kinyis-kinyis.

Buk, Pak, maafin kita beraninya cuman ngomong di Mojok doang

Sebenarnya kami ingin bisa ngomong langsung. Tapi seringnya kami takut sedih lalu jadi pengin menangis setiap kali ingin membicarakan ini.

Baca di Mojok dulu nggak apa-apa ya Buk, Pak, yang penting kalian tahu dulu isi hati kami. Kalau sudah baca artikel ini, jangan lupa baca-baca artikel yang lain juga ya Buk, Pak, Mojok itu media yang bagus, Pemrednya aja namanya Agus. Eh, kok ini malah jadi promosi Mojok.

Exit mobile version