Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Komen Nyinyir

Tips Bikin Film yang Tidak Menyudutkan Islam

Gugun Ekalaya oleh Gugun Ekalaya
1 Juli 2017
A A
kau adalah aku yang lain mojok

kau adalah aku yang lain mojok

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Saya baru nonton film pemenang Police Movie Festival 2017 yang berjudul Kau Adalah Aku yang Lain karya Anto Galon. Film ini memang lagi kontroversial dan jadi topik diskusi di antara teman-teman fesbuk saya. Sebabnya, film ini disinyalir menyudutkan umat Islam, rumah sakit, dan—bahkan!—polisi. Teman-teman saya pada nanya, “Film gitu kok malah dimenangkan ya?”

Tema Police Movie Festival 2017 kali ini adalah unity in diversity. Yang dicari film-film dengan tema persatuan dalam keragaman dengan mengedepankan citra kepolisian. Gampangnya, film yang dibuat harus ada polisinya. Semacam Bhineka Tunggal Ika-ic police story gitu.

Lepas dari polemiknya, banyak yang bilang film ini adegan-adegannya ganjil. Pertama, saat adegan Pak Polisi bawa anaknya berobat. Sudah tahu anaknya sakit gawat, kok malah antre di puskesmas? Kenapa nggak langsung ke UGD? Tambah lagi satpam puskesmas bukannya ngasih saran, “Pak, kalau kondisi anaknya gawat, langsung aja ke UGD. Nggak perlu antre,” malah cuma ngomong, “Maaf, ini sudah peraturan.” Denger kata-kata kayak gitu kan malah bikin sakitnya jadi dobel.

Kedua, di adegan ambulans terhalang pengajian dan seorang jamaah gondrong bertampang Mad Dog menolak membuka blokade. Dilihat dari suasana pengajiannya, tampaknya bukan pengajian garis keras karena ada tarian sufi ala Rumi. Film ini juga ditutup dengan ustadz pemimpin pengajian tersebut menyampaikan pesan toleransi. Maka, janggal rasanya di pengajian yang demikian terdapat jamaah yang tengil kayak Mbah Mad Dog itu.

Islam garis keras bukannya anti sama acara sufi-sufian yang nari-nari gitu ya? Atau jangan-jangan Mbah “Mad Dog” tadi sebenarnya bukan jamaah atau panitia acara itu? Jangan-jangan panitia pengajiannya juga nggak kenal dia? Hadeh~

Berkaca dari kontroversi tersebut, izinkanlah saya yang sebagai filmmaker handmade pedesaan ini berbagi tips bikin film yang tidak rentan boikot karena dituduh menyudutkan “Islam”.

Hindari Genre Religius

Film berisi dakwah belum tentu bisa diterima umat Islam juga lo. Lebih aman bikin film laga, sepanjang tidak berlatar Majapahit. Kenapa? Selain kostumnya rentan kena blur sensor, belakangan sejarah Majapahit sedang di titik kritis. Nanti muncul lagi debat, Gaj Ahmada itu muslim atau bukan.

Bikinlah film laga yang kekinian kayak The Raid. Eh, tapi harus hati-hati juga sih. Di The Raid Redemption ada adegan orang habis salat terus berangkat bunuh orang. Ya memang, yang dibunuh penjahat semua sih … tapi jaga-jagalah daripada bikin salah paham.

Juga jangan bikin film bergenre horor yang setannya nggak mempan dibacain Ayat Kursi. Lebih baik menciptakan karakter ustadz yang mampu ngalahin hantu pemakan sate. Jangan lupa, masukin khotbah sebelum ending. Karakter ustadznya Habib Rizieq juga boleh. Jadi gampang malah, nggak perlu Ayat Kursi lagi, setannya udah lari lihat FPI. Takut dipersekusi.

Hindari Film Monster atau Kaiju

Jangan bikin film model Ultraman dan Godzilla. Mereka ini kalau perang, gedung aja rubuh, apalagi masjid dan musala. Gawat kan kalau perangnya sampai ke Arab, terus dekat-dekat Kakbah. Okelah, Ultraman perang di Arab nggak apa-apa, tapi di gurun pasir aja. Eh, tapi nanti malah nggak selesai-selesai ding. Soalnya Amerika dan Iran ikut turun tangan. Terus kita di Indonesia jadi perang juga. Di medsos.

Apa? Harus banget ada monsternya? Baiklah … monster kadal aja ya. Kayak Godzilla gitu. Jangan unta. Nanti dituduh menista binatang islami.

Hindari Antagonis Berjenggot dan Bersorban

Iklan

Berjenggot nggak apa-apa, tapi kudu ditambahin tato. Kasih sorban nggak apa-apa, tapi dikasih lampu wasiat sekalian biar dikira sekuel Jin dan Jun. (Dadah dulu ke si Jun dan biro travel umrahnya).

Juga jangan pakai karakter LGBT dan putri duyung. Nanti diboikot kayak Starbucks. Apalagi LBGT Syiah Liberal Marxis. Waduh. Bikin karakter yang aman-aman ajalah, kayak Unyil misalnya. Pakai kopiah dan sarung walau agak jail. Tapi jangan bikin yang macam Upin dan Ipin, itu Malaysia punya. Nanti perang klaim hak cipta lagi malah capek.

Hindari Simbol Kontroversial

Jangan memasang simbol-simbol yang bakal memicu kemarahan umat. Palu arit misalnya. Implikasinya, kalau ada adegan yang perlu ngesyut duit seratus ribu, ya jangan di-close-up. Atau ganti kartu debit. Negara komunis kayak Rusia, Tiongkok, Vietnam, atau Korea Utara juga jangan sampai masuk list lokasi syuting. Kali aja situ iseng kan, bikin Jilbab Traveler 2: Love Sparks in North Korea. Ribet, palu arit nongol di mana-mana. Dan untuk Tiongkok, selain komunis dia juga aseng. Dobel kafirnya.

Ya kalau kepaksa mau nggak mau harus ke Tiongkok kayak Haji Backpacker, tolong sisipkan angka 212. Tiga angka ini sakti banget sekarang. Saya aja curiga Wiro Sableng yang mau dilayarlebarkan sama Angga Dwimas Sasongko itu film islami. Tapi, mungkin filmnya bakal bikin polemik karena 212-nya dijadiin tato di dada.

Selektif Memilih Aktor/Aktris

Kalau karakternya seorang muslimah ya jangan pakai Gal Gadot. Selain doi Yahudi, emang situ mampu bayar? Paling aman sih meng-casting muslimah lokal aja, seperti Mbak Jum. Sayangnya dia tidak terkenal. Saya juga nggak tahu dia siapa.

Hindari Animasi

Bagi Islam garis keras jelas animasi itu dosa. Menggambar makhluk bernyawa saja nggak boleh, apalagi dihidupkan dalam film.

Memang sih, banyak juga muslim yang nggak masalah sama animasi selama bukan hentai dan nggak disembah. Amannya, jangan bikin film yang isinya dewa-dewa kayak Saint Seiya, Thor, dan lain-lain. Bikin aja yang karakternya bukan makhluk hidup seperti Transformer. Transformer kan robot kaleng, benda mati, yang dengan seizin Allah, mereka kena Allspark lalu hidup. Allspark jelas bukan roh.

Tapi kalau bikin film robot kayak Transformer, tetap nggak boleh muncul tokoh manusia ya. Dan adegan perangnya Autobot versus Decepticon jangan sekali-sekali sampai ngerusak masjid.

Gitu aja tipsnya. Saya sarankan, sebelum mulai syuting, konsultasi dulu dengan MUI. Kalau dapat lampu hijau, pasang logo halal di opening credit. Kalau mau bikin film laris, sejak script development Anda sudah harus bikin naskah yang hebat. Coba minta tolong Jonru. Jangan salah lo, dia penulis fiksi yang hebat.

Terakhir diperbarui pada 11 Juli 2017 oleh

Tags: Filmkau adalah aku yang lainPolisitips
Gugun Ekalaya

Gugun Ekalaya

Artikel Terkait

rkuhap, kuhap, polisi.Mojok.co
Mendalam

Catatan Kritis KUHAP (Baru) yang Melahirkan Polisi Tanpa Rem Hukum, Mengapa Berbahaya bagi Sipil?

19 November 2025
Film Tukar Takdir Nggak Sekadar Adegan Mesra Nicholas Saputra dan Adhisty Zara dalam Mobil! Mojok.co
Pojokan

Film Tukar Takdir Nggak Sekadar Adegan Mesra Nicholas Saputra dan Adhisty Zara!

8 Oktober 2025
film tema perselingkuhan.MOJOK.CO
Mendalam

Main Serong di Sinema Indonesia: Mengapa Kamu Menyukai Film Bertema Perselingkuhan?

22 September 2025
Ortu kuras tabungan buat anak jadi polisi malah kena tipu. Sempat bikin stres tapi kini bersyukur tak jadi sasaran amuk tetangga MOJOK.CO
Ragam

Ortu Kuras Tabungan buat Anak Jadi Polisi malah Kena Tipu “Intel”, Awalnya Stres tapi Kini Bersyukur

6 September 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.