Cerita Penumpang Sugeng Rahayu: Aku Kurang Religius, tapi Selalu Ingat Tuhan Saat Naik Bus Ini

penumpang sugeng rahayu mojok.co

Ilustrasi Bus Sugeng Rahayu (Mojok.co)

MOJOK.COPara penumpang bus AKAP yang menuju Surabaya pasti sudah mengenal Sugeng Rahayu. Bus ini begitu populer dan telah berganti nama beberapa kali. 

Kecelakaan yang melibatkan Bus Eka dan Bus Sugeng Rahayu terjadi di jalur Magetan-Ngawi, tepatnya di Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi, Kamis (31/9/2023) pekan lalu. Akibat tragedi ini, tiga orang meninggal dunia.

Seperti yang kita tahu, Sugeng Rahayu merupakan rebranding dari Sumber Kencono. Perusahaan Otobus (PO) asal Sidoarjo, Jawa Timur, ini telah melakukan beberapa kali pergantian nama setelah armada-armadanya kerap mengalami kecelakaan.

Saking seringnya kecelakaan, banyak julukan penumpang sematkan kepada Sumber Kencono. Seperti “bus setan”, “bus hantu”, hingga “sumber bencono”.

Muhammad Budiawan (33) berbagi kepada saya bagaimana pengalamannya 15 tahun menjadi penumpang setia Sumber Kencono. Beragam kisah ia dapatkan, kebanyakan “pengalaman hidup dan mati”.

Selalu ingat Tuhan saat naik Sumber Kencono

Lelaki yang akrab disapa Bonte ini mengaku, dirinya sudah menikmati jasa Sumber Kencono sejak 2008 lalu, saat ia masih kuliah di Solo. Bus ini jadi sobat setia yang menemani perjalanannya, baik ke Solo maupun pulang kampung ke Surabaya.

“Boleh dibilang aku ini saksi hidup. Sejak namanya masih Sumber Kencono, ganti Sumber Slamet, sampai sekarang Sugeng [Rahayu], bus ini sudah jadi sobat perjalananku,” ungkapnya, Kamis (7/9/2023).

Bonte memang pecinta bus. Sejak kecil, setidaknya sekali dalam sepekan, ia bersama ayahnya sering bepergian ke luar kota untuk sekadar untuk naik bus. Artinya, hampir semua tipe bus sudah ia naiki.

Namun, pengalaman berbeda ia rasakan saat pertama naik Sumber Koncono.

“Pas masih di Surabaya, jalannya relatif aman. Tapi pas udah keluar Surabaya, di situlah sensasi mendekat ke Tuhan,” kisahnya dengan nada bercanda.

Saat pertama naik Sumber Kencono, ia mengingat dirinya tidak pernah sampai ke tujuan di Solo. Kala itu ia meminta turun di sekitaran Gor Bung Hatta yang terletak di Ngawi.

“Enggak kuat. Ugal-ugalan pol, kayak enggak punya rem. Daripada beneran menghadap Tuhan mending aku turun cari bus lain, enggak apa-apa bayar lagi,” katanya, menceritakan adrenalinnya 15 tahun lalu itu.

“Aku ini dibilang religius ya enggak terlalu. Tapi tiap naik Sumber Kencono pasti ingat Tuhan, banyak-banyakin zikir.”

Deg-degan tapi nagih

Satu hal yang bikin Bonte heran, bahwa di satu sisi dirinya selalu merasa ada di ambang ajal ketika naik Sumber Kencono. Namun, di sisi lain ia merasa ada yang kurang kalau naik bus lain selain Sumber Kencono.

“Bahasa kerennya ‘love hate relationship’ kali ya,” ujarnya, diikuti tawa lepas.

“Beberapa kali coba naik bus lain, pakai kereta juga. Tapi ya rasanya enggak seperti Sumber Kencono, bikin deg-degan tapi nagih,” sambungnya.

Kini, Bonte telah menetap bersama anak dan istrinya di Solo. Kebiasaan naik bus ini tetap ia “rawat”, paling tidak setahun sekali saat mudik ia menjadi penumpang Sugeng Rahayu.

“Masih pakai, dan enggak tahu sampai kapan cinta beracun ini akan berhenti,” pungkasnya.

Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Sugeng Rahayu Sebelumnya Bernama Sumber Kencono, Sudah Ganti Nama Kok Masih Sering Kecelakaan?
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version