Kokoh berdiri meski diserang bertubi-tubi
Beberapa bangunan benteng ini masih utuh hingga saat ini. Beberapa yang lain hancur karena sejumlah hal. Salah satunya akibat peristiwa Geger Sepehi pada 20 Juni 1812, saat bala tentara Inggris menyerang Keraton.
Dalam penyerangan itu, mereka berhasil meledakkan gudang mesiu yang terletak di salah satu Jokteng. Perang ini juga membuat Plengkung Madyasura tutup permanen sebagai bagian strategi pertahanan Keraton.
Gempa bumi tahun 1867 dan masa penjajahan Jepang turut membuat Benteng Keraton Jogja dan bangunan jeron benteng lainnya rusak. Dari lima plengkung, saat ini hanya tersisa dua yang masih utuh wujudnya; Plengkung Tunasura dan Plengkung Gading.
Sedang bangunan Tulak Bala yang masih utuh adalah Jokteng Wetan, Jokteng Kulon dan Jokteng Lor. Siapapun yang hendak napak tilas, Benteng Keraton Jogja ini masih bisa dikunjungi. Sebab kini menjadi tempat wisata. Turis lokal hingga mancanegara acapkali berkunjung ke sini.
Benteng Baluwerti Keraton hingga kini masih kokoh berdiri. Secara geografis, tak ada yang berubah dan dipindah. Namun secara sosial terjadi beberapa perubahan. Salah satu yang paling kentara ialah sudah tidak adanya lagi pemisah tegas antara Keraton dengan dunia di sekitarnya. Wilayah Keraton kini terbuka untuk siapa saja, kecuali ndalem Sultan dan bangunan pribadi lainnya.
Penulis: Iradat Ungkai
Editor: Purnawan Setyo Adi
BACA JUGA Mengenal Plengkung Gading, Gerbang Keraton Jogja yang Tak Boleh Dilewati Sultan Selama Hidup
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News