Ramai Citayam Fashion Week, Ini Kata Sosiolog UGM

citayam fashion week mojok.co

Jeje dan Bonge, remaja Citayam yang viral di Sudirman saat ditunjuk untuk edukasi kebersihan di kawasan Dukuh Atas, Jakarta, Jumat (15/7/2022). ANTARA/HO-Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta.

MOJOK.CO – Kemunculan anak muda dari kota-kota penyangga Jakarta yang membanjiri Jalan Sudirman memunculkan fenomena Citayam Fashion Week. Sebagai bagian dari kegiatan fashion jalanan, anak-anak muda ini membentuk sebuah budaya baru di jantung Kota Jakarta.

Sosiolog UGM, Derajat Sulistyo Widhyarto, S.Sos., M.Si., mengatakan bahwa kemunculan Citayam Fashion Week adalah bagian pembentukan budaya baru yang dilakukan oleh anak muda sehingga perlu diapresiasi.

“Salah satu karakter kaum muda adalah pencipta budaya. Youth culture,” ungkapnya seperti yang dilansir dari ugm.ac.id, Rabu (20/7).

Lebih jauh, ia menjelaskan kemunculan mereka yang menggunakan area publik di pusat kota sebagai lokasi unjuk ekspresi adalah sesuatu yang brilian. Mereka memilih gaya busana sebagai pilihan budaya baru. Gaya busana adalah bagian dari budaya yang bisa diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.

“Ruang kota menawarkan tantangan baru yakni kesempatan untuk mendorong pembentukan budaya. Budaya yang bisa diterima adalah fashion,” jelasnya.

Seperti yang telah kita ketahui, para anak muda yang melakukan peragaan busana di jalanan ibu kota ini umumnya berasal dari kota-kota penyangga Jakarta seperti Depok, Citayam, dan Bojong Gede. Umumnya, mereka berasal dari keluarga kelas menengah ke bawah.

Namun, kehadiran mereka di Jalan Sudirman seakan menunjukkan bahwa apa yang mereka lakukan melawan arus fenomena budaya konsumerisme dan pamer kemewahan yang ditunjukkan para pegiat medsos dan influencer.

“Mereka memang kalah bertarung dengan kaum muda menengah ke atas yang sudah masuk ruang bisnis kota. Maka Citayam adalah representasi kaum muda menengah ke bawah dan menjadi bagian dari eksistensi baru mereka dalam mengisi ruang kota dan sekaligus pembentuk budaya muda kota,” ujarnya.

“Kaum muda di sana paham betul jika Jakarta adalah ruang yang bisa mewakili daya tarik dan meningkatkan audiens. Maka mereka dengan sadar menjadikan Jakarta sebagai ruang penciptaan budaya,” paparnya.

Namun, hal yang disoroti oleh Derajat adalah cara gaya busana yang digunakan para komunitas Citayam ini yang memilih menggunakan baju pinjaman atau membeli dengan harga murah. “Menggunakan baju pinjaman sampai dengan membeli dengan harga murah, hal inilah yg membentuk kritik konsumsi fashion kaum muda kota yang terjebak memakai baju produk industri,” katanya.

Sumber: ugm.ac.id
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Citayam Fashion Week: Bergaya Adalah Hak Setiap Orang

Exit mobile version