PIJAR: Gerakan agar Para Remaja di Semarang Tak Merasa Sendirian, Biar Tak Alami Gangguan Kesehatan Mental

Program PIJAR sebagai upaya Pemerintah Kota Semarang atasi persoalan gangguan kesehatan mental remaja. (Pemkot Semarang)

Ada banyak tantangan di era digital. Satu di antaranya adalah isu gangguan kesehatan mental di kalangan remaja. Bagian ini menjadi perhatian tersendiri bagi Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang.

***

Pemerintah Kota Semarang bersama Rumah Sakit Daerah K.R.M.T. Wongsonegoro (RSWN), Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Semarang, dan Universitas Diponegoro (UNDIP) meluncurkan Program PIJAR (Pemuda Peduli dan Jaga Kesehatan Mental Remaja).

PIJAR merupakan ebuah gerakan kolaboratif untuk memperkuat ketahanan mental remaja di tengah tantangan era digital.

Peluncuran berlangsung di Ballroom Paviliun Amarta Lt.3 RSWN. Dalam kesempatan itu, dilangsungkan juga Seminar Kesehatan Mental Remaja bertema “Scroll With Care: Remaja, Media Sosial, dan Kesehatan Mental”.

Kegiatan diikuti oleh 90 guru Bimbingan Konseling SMP se-Kota Semarang, 20 pengurus KNPI, serta 10 mahasiswa BEM Psikologi UNDIP.

Seminar tersebut juga menghadirkan sejumlah narasumber, antara lain dr. Yulia Ratna Sofa, Sp.KJ, Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa RSWN; CVR Abimanyu, S.Psi., M.Psi., Psikolog, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Soegijapranata; dan Yanuarisca N.C. Pratiwi, S.Psi, dari Komisi Kesehatan DPD KNPI Kota Semarang

“Saya bersyukur ketika KNPI, RSWN, kemudian Fakultas Psikologi UNDIP nanti mungkin menyusul Fakultas Psikologi yang lain untuk bisa hadir, menjemput bola, masuk ke sekolah-sekolah. Khususnya anak-anak SMP atau teenagers. Mereka yang berada pada usia belasan tahun yang sangat rentan terhadap gejala-gejala gangguan penyakit mental,” ujar Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng, pada Selasa (14/10/2025).

Banjir informasi, validasi sosial

Banjir informasi jadi momok bagi para remaja masa kini. Selain itu, media sosial kini bukan sekadar alat komunikasi, melainkan juga ruang pembentukan jati diri yang bisa memengaruhi kesehatan mental.

“Kadang kita mencari validasi sosial dari layar kecil di tangan kita. Anak-anak yang tumbuh tanpa kendali di ruang digital bisa kehilangan arah, kalau tidak ada pendampingan,” jelas Agustina.

Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng, saat menghadiri peluncuran program PIJAR untuk atasi persoalan gangguan kesehatan mental remaja di Semarang MOJOK.CO
Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng, saat menghadiri peluncuran program PIJAR untuk atasi persoalan gangguan kesehatan mental remaja di Semarang. (Pemkot Semarang)

Maka dari itu, Agustina menegaskan pentingnya memperkuat peran guru BK dan sekolah sebagai lingkungan aman bagi siswa untuk berbagi cerita dan menjaga keseimbangan emosional.

“Guru BK bukan hanya pembimbing akademik, tetapi garda depan dalam menjaga ketahanan mental anak-anak kita,” tegas Agustina.

Deteksi gangguan kesehatan mental melalui perangkat digital

Isu kesehatan mental memang menjadi salah satu masalah kesehatan terpenting di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, lebih dari 35 juta orang mengalami depresi. Sebagian besarnya berasal dari kelompok usia remaja.

Merepons situasi itu, RSWN mengembangkan instrumen deteksi dini gangguan kesehatan mental remaja berbasis digital bernama Sultan Mataram. Perangkat ini terintegrasi dalam aplikasi MyRSWN dan dapat diunduh di Playstore.

“Sejak tahun 2024, RSWN telah mengunjungi 15 sekolah dengan lebih dari 6.000 siswa melakukan skrining mandiri. 720 di antaranya terindikasi membutuhkan pendampingan psikolog,” beber Direktur RSWN, dr. Eko Krisnarto, Sp.KK.

Upaya agar remaja tak merasa sendirian hingga alami gangguan kesehatan mental

Sementara itu, Ketua DPD KNPI Kota Semarang, Yohana Citra Mahardika, menegaskan bahwa peluncuran Program PIJAR bukan kegiatan seremonial belaka. Tetapi gerakan berkelanjutan yang segera turun ke lapangan.

“Setelah seminar ini, kami akan visit ke SMP-SMP se-Kota Semarang bersama Gerakan Sehat Mental dari BEM Fakultas Psikologi UNDIP. Di sana, kita akan melakukan sharing, afirmasi positif, serta menghadirkan kegiatan yang menyenangkan bagi siswa-siswa SMP,” ujar Citra.

Menurutnya, kegiatan lanjutan ini menjadi bentuk nyata komitmen KNPI untuk menjemput bola dalam mendampingi para remaja yang membutuhkan bantuan atau bimbingan psikologis.

“Kami ingin memastikan tidak ada remaja di Semarang yang merasa sendirian menghadapi tekanan hidup. PIJAR hadir sebagai teman dan jembatan bagi mereka,” tandasnya.

Melalui program PIJAR, Wali Kota Semarang, Agustina, ingin memastikan kalau anak-anak di Kota Semarang bisa tumbuh bukan hanya cerdas secara akademik. Tapi juga kuat secara mental.***(Adv)

BACA JUGA: Merajut, Kegiatan “Terapi” bagi Emak-Emak di Semarang agar Sehat Jasmani dan Ekonomi atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

Exit mobile version