Tertarik Belajar Filfasat, Raja jadi Mahasiswa Termuda UGM di Usia 15 Tahun

mahasiswa termuda ugm mojok.co

Raja Muhammad Hayuri Islami sumingrah, mahasiswa termuda UGM di GSP UGM, Senin (01/08/2022).(yvesta ayu/mojok.co)

MOJOK.COWajah Raja Muhammad Hayuri Islami sumingrah. Namanya disebut Rektor UGM, Ova Emilia untuk naik ke panggung dalam Upacara Penerimaan Mahasiswa Baru di lapangan Grha Sabha Pramana (GSP) UGM, Senin (01/08/2022) sebagai mahasiswa termuda.

Meski mengaku deg-degan, remaja asal Pekanbaru, Riau ini sangat bangga. Di usianya yang baru menginjak 15 tahun, dia berhasil diterima menjadi mahasiswa Fakultas Filsafat UGM dari jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Bahkan raja dinobatkan sebagai mahasiswa termuda UGM pada tahun ajaran 2022/2023 pada usia  15 tahun 11 bulan 11 hari.

“Senang sekali akhirnya bisa diterima UGM, bangga bisa jadi mahasiswa termuda,” ujar Raja.

Perjalanannya bersekolah sebelum sampai di titik ini, menurut lulusan MAN Negeri 2 Pekanbaru tersebut memang lebih singkat dibandingkan remaja kebanyakan. Dia sudah masuk ke Sekolah Dasar (SD) di Pekanbaru pada usia 5 tahun. Usia yang seharusnya berada di kelas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Meski menjadi yang termuda di kelas, Raja tak menghiraukannya. Dia tetap bisa bergaul dengan anak-anak yang lebih tua. Di usianya yang terbilang paling muda, tinggi badannya hampir sama dengan teman-teman sekelasnya.

Tak ada siswa lain yang merundungnya meski jauh lebih muda. Apalagi di SD, Raja merupakan salah satu siswa yang berprestasi secara akademik.

“Dari SD saya selalu berada di rangkung tiga besar. Tidak ada masalah, saya hanya harus bisa beradaptasi dengan teman-teman [yang usianya] diatas saya,” jelasnya.

Meski sempat tidak masuk predikat lima besar selama duduk di bangku SMP, prestasi Raja kembali meningkat saat dia masuk ke SMA. Diterima di MAN 2 Pekanbaru, Raja mencoba mendaftar program akselerasi di kelas IPS.

Di kelas tersebut, hanya ada tujuh siswa yang ikut program akselerasi. Karenanya Raja pun mencoba bekerja keras agar bisa lulus dalam waktu dua tahun.

Di program akselerasi, nilai Raja untuk sejumlah matapelajaran (mapel) seperti sosiologi, ekonomi, sejarah dan geografi cukup bagus. Karenanya dia mencoba ikut program seleksi mahasiswa baru di UGM melalui SNMPTN.

“Di kelas akselerasi kami harus belajar dan memahami lebih cepat dari siswa yang lain karena harus lulus cepat. Akhirnya saya tidak ikut ekstrakurikuler atau organisasi agar bisa lulus tepat waktu,” jelasnya.

Menjadi bagian dari Kampus Biru, lanjut Raja adalah satu mimpi yang akhirnya menjadi kenyataan. Terlebih dia diterima di Fakultas Filsafat yang digemarinya sejak lama.

Raja mengaku sudah tertarik belajar filsafat sejak kecil. Minat itu semakin tumbuh saat di kelas X SMA lewat beragam buku dan internet. Karenanya untuk ingin meneruskan S2 di jurusan yang sama saat lulus nanti.

“Sejak kecil saya sering menggunakan logika filsafat berarti selama ini saya menerapkan nilai-nilai filsafat. Semoga kedepan setelah lulus S2 bisa jadi dosen dan bisa memberi manfaat dengan ilmu filsafat,” paparnya.

Sementara Ova mengungkapkan orientasi dan pengenalan kampus tahun ini diikuti 9.833 mahasiswa. Jumlah tersebut terdiri atas 8.215 mahasiswa program Sarjana dan 1.618 mahasiswa program Sarjana Terapan, yang diterima melalui jalur SNMPTN, SBMPTN, Seleksi Mandiri, serta Program Afirmasi Pendidikan Tinggi.

“Harapannya, para Gadjah Mada Muda akan mampu mengembangkan kecerdasan, kemampuan berpikir kritis, analitik, dan solutif, serta menjadi pribadi berkarakter selama menempuh pendidikan,” ungkapnya.

Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X yang menyampaikan orasi mengungkapkan pilihan mereka untuk datang ke Yogyakarta sebagai destinasi edukasi yang menjadi Nusantara Cultural Melting Pot akan membentuk karakter anak bangsa menjadi insan-insan cendekia sekaligus berbudaya. Karenanya penting adanya ruang dialog budaya dan ruang publik kebudayaan ruang dialog budaya dan ruang publik kebudayaan.

“Dengan menyelenggarakan dialog publik dan membangun ruang-ruang publik pada gilirannya akan memperkaya semangat ke-Indonesiaan kita,” imbuhnya.

Reporter: Yvesta Ayu
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA UGM akan Bangun GIK, Pengganti Gelanggang UGM

Exit mobile version