MOJOK.CO – Panggung Krapyak merupakan salah satu bangunan bersejarah Jogja yang masih tegak berdiri. Bangunan ini merupakan tempat favorit raja-raja Mataram saat melakoni hobi.
Panggung Krapyak merupakan peninggalan bersejarah di Jogja. Di masa Kerajaan Mataram, bangunan menyerupai kubus ini berfungsi sebagai tempat raja-raja Kasultanan Yogyakarta mengintai rusa atau menjangan buruan. Atas dasar itu pula tempat ini terkenal juga dengan sebutan Kandang Menjangan.
Secara administratif, Panggung Krapyak terletak di Kampung Krapyak, Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul, DIY. Bangunan ini masuk dalam garis imajiner Kota Yogyakarta: Gunung Merapi–Tugu–Keraton–Panggung Krapyak–Laut Selatan.
Sejarah Panggung Krapyak
Krapyak tempo dulu merupakan hutan lebat yang menjadi habitat banyak satwa, salah satunya rusa atau menjangan. Kala itu keluarga Kerajaan Mataram Islam sangat suka berburu. Satu tokoh yang memiliki kegemaran berburu ialah Prabu Hanyokrowati, putra Panembahan Senopati.
Pada 1610, Prabu Hanyokrowati meninggal di hutan Krapyak saat berburu. Beliau lalu mendapat gelar Panembahan Seda Krapyak dan disemayamkan di Kotagede. “Seda” berarti mangkat atau wafat.
Panggung Krapyak berdiri pertama kali sekitar tahun 1760 oleh Sri Sultan HB I yang kebetulan memiliki hobi berburu. Selain sebagai pos berburu, bangunan ini juga berfungsi sebagai tempat bertahan para raja dari serangan binatang buas.
Detail bangunan
Bangunan ini memiliki luas 17,6 m x 15 m dan tinggi berkisar 10 m. Dindingnya terbuat dari susunan bata berlapis semen merah setebal 130 cm. Terdapat satu pintu dan dua buah jendela di tiap sisi bangunan. Bagian bawah pintu dan jendela berbentuk persegi, tapi bagian atasnya melengkung mirip rancangan pintu dan jendela masjid.
Panggung Krapyak terdiri dari dua lantai. Terdapat empat ruangan di lantai bawah dan lorong sebagai penghubung. Di lantai atas, ada ruang terbuka yang terbatasi oleh pagar. Keempat sisi ruang ini berguna sebagai tempat pengintai binatang.
Konon, di sekitar Panggung Krapyak terdapat pagar berupa tembok yang mengelilingi bangunan. Sisa-sisa struktur temboknya masih terlacak di sisi selatan dan barat Kandang Menjangan. Kendati demikian, struktur tersebut orang umum sulit untuk mengaksesnya lantaran tertutup warung dan rumah warga.
Selain itu, ada pula sumur dan sisa-sisa kolam di sekitar bangunan yang terindikasi masih berkaitan dengan Panggung Krapyak.
Baca halaman selanjutnya…
Misteri kursi di tengah kandang
Misteri kursi di tengah kandang
Beberapa tahun lalu, ada satu hal yang cukup menyita perhatian warga Jogja. Yakni kursi kosong misterius yang berdiri sendirian di tengah bangunan. Banyak yang mempertanyakan fungsi dan kenapa kursi tersebut diletakkan di sana.
Edukator Jogja Heritage Track, Ratna Wahyuningtyas menjelaskan bahwa kursi tersebut tak ada sangkut pautnya dengan sejarah Panggung Krapyak.
“Jadi kursi tersebut memang dibawa dari Keraton Yogyakarta, sekitar tahun 2021 kemarin, waktu itu digunakan untuk mengadakan upacara caos dahar,” ujar Ratna, dilansir dari Tribun Jogja.
Caos dahar sendiri merupakan tradisi Jawa yang masih lestari. Secara harfiah, “caos” artinya menyiapkan, sedangkan “dahar” berarti makan. Keluarga Keraton melaksanakan rutin melaksanakan tradisi ini sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan ucap syukur kepada Yang Maha Kuasa. Makanan di sini maksudnya ubo rampe atau sesaji.
Kalian yang penasaran dengan bangunan ini bisa mengunjunginya sendiri. Bangunan ini berdiri tepat di tengah perempatan jalan di selatan komplek Pondok Pesantren Krapyak. Tidak ada tiket masuk. Dari luar, kalian bisa melongok ke dalam untuk melihat kondisi ruangan.
Penulis: Iradat Ungkai
Editor: Purnawan Setyo Adi