Menanti Jalur Trem Semarang yang Akan Diaktifkan Kembali Setelah 83 Tahun

Trem di Semarang di masa kolonial. (Istimewa)

Trem di Semarang di masa kolonial. (Istimewa)

MOJOK.CO – Kota Semarang bakal punya trem sebagai transportasi publik. Trem pertama kali beroperasi di kota ini pada 1882 atau 140 tahun silam.

Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang berencana melakukan reaktivasi jalur trem sepanjang 11 km. Proyek yang rencananya mulai digarap tahun ini akan menggandeng akan PT KAI dalam pengerjaannya.

Melansir laman resminya, Pemkot Semarang sebenarnya ingin segera membangun trase Lama – Lawang Sewu – Simpanglima. Trase itu meliputi Jalan Merak – Jalan Pengapon – Jalan Raden Patah – Jalan MT Haryono – Jalan Agus Salim – Jalan Pemuda – Jalan Pandanaran – Jalan Simpang Lima – Jalan Gajah Mada – Jalan Pemuda – Jalan Empu Tantular – Jalan Tawang – Jalan Merak.

Reaktivasi jalur sepanjang belasan kilometer itu menelan dana sekitar Rp491 miliar dengan Rp252 miliar untuk pengadaan sarana.

Harapannya, aktivasi jalur trem bernilai ratusan miliar rupiah itu bisa memberikan sarana aksesibilitas dan mengembangkan transportasi umum dan pemantik ekonomi pariwisata. Sekaligus merawat sejarah serta menghidupkan pendidikan heritage.

Dalam pengerjaan reaktivasi jalur trem tersebut, Pemkot Semarang akan mencontoh Kota Sofia, Bulgaria yang terlebih dahulu berhasil mengembangkan transportasi berbasis trem. Bahkan, Pemkot Semarang sudah belajar ke Kota Sofia melalui program Internasional Urban and Regional Cooperation (IURC) yang didanai Uni Eropa hingga 2023.

Baca halaman selanjutnya…

Trem bertahan 58 tahun di Semarang

Trem bertahan 58 tahun di Semarang

Kehadiran trem uap di Kota Semarang berawal dari perusahaan kereta api Samarang–Joana Stoomtram Maatschappij (SJS) yang mendapat konsesi membangun jalur trem di wilayah perkotaan Semarang. Pembangunan jalur pun mulai berjalan pada 1881 ketika SJS menjadi badan hukum.

Pengerjaan jalur trem berlangsung secara bertahap. Jalur pertama yang selesai adalah Jurnatan-Jomblang pada akhir 1882. Kemudian jalur kedua Jurnatan-Bulu pada 1883. Jalur trem terus dikembangkan, termasuk perpanjangan ke tepi Kanal Banjir (1899), serta jalur dari rute Jurnatan-Bulu ke Stasiun Pendrikan (1897).

Saat beroeprasi di Kota Semarang, trem melayani penumpang dengan dua rute. Yakni ke arah barat dari Stasiun Jurnatan-Jomblang dan ke arah selatan dari Stasiun Jurnatan-Bulu-Banjir Kanal. Jalur yang terakhir cukup istimewa karena trem melewati Lawang Sewu yang pada saat itu merupakan kantor pusat perusahaan kereta api ternama, Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS).

Trem memiliki tempat di hari penumpangnya. Selain harganya yang murah, 8-10 sen saja, moda transportasi ini memudahkan mobilitas karena rutenya melewati lokasi-lokasi penting seperti alun-alun, pasar, gedung perkantoran. Tidak heran, trem mampu bertahan hingga lebih dari 50 tahun di Semarang, tepatnya mulai 1882 hingga 1940.

Transportasi masal itu akhirnya tidak beroperasi lagi karena warga Semarang mulai beralih ke moda transportasi  bus. Selain itu sarana dan prasarana trem mulai rusak, sehingga sering tidak nyaman bagi penumpang. Trem akhirnya dianggap tidak cocok dengan perkembangan kota.

Penulis: Kenia Intan
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Mengenal NISM, Perusahaan Legendaris Milik Penjajah yang Jadi Pelopor Perkeretaapian Indonesia

Cek berita dan artikel lainnya di Google News

Exit mobile version