MOJOK.CO – Stadion Kridosono menjadi bangunan bersejarah yang tak lama lagi akan punah. Bangunannya masih berdiri namun tua dan ringkih. Tak ada lagi gairah sepak bola di sana.
Stadion Kridosono merupakan salah satu bangunan bersejarah di Yogyakarta. Gelanggang olahraga yang terletak di Jl. Yos Sudarso No.9, Kotabaru ini prnah menjadi markas klub PSIM Yogyakarta. Stadion ini juga mendorong pembukaan pusat-pusat olahraga lain di sekitarnya.
Kini, eksistensi stadion tertua di Yogyakarta ini meredup. Bangunannya berlumut dan tak terawat. Namanya saja yang stadion, namun lebih sering menjadi tempat menggelar konser dan acara politik ketimbang sepak bola.
Sejarah Stadion Kridosono
Keberadaan Stadion Kridosono tak terlepas dari pembangunan wilayah Kotabaru di era kolonial. Kotabaru merupakan daerah pesanan Belanda sebagai respons atas melonjaknya jumlah warga Belanda di Jogja. Lonjakan tersebut merupakan konsekuensi atas berkembangnya industri gula dan perkebunan lain.
Pemekaran wilayah tersebut Residen Djokjakarta Cornelis Canne ajukan kepada Sri Sultan Hamengkubuwono VII. Permohonan tersebut terkabul dengan terbitnya Rijksblaad van Sultanaat Djogjakarta No 12 tahun 1917. Kawasan Kotabaru atau Nieuwe Wijk dibangun pada tahun yang sama dan selesai pada 1920.
Selain tempat tinggal, kawasan Kotabaru juga memiliki fasilitas yang lengkap. Ada sekolah, tempat ibadah, rumah sakit, dan tentu saja lapangan olahraga sebagai sarana rekreasi. Lapangan tersebut terletak di tengah kompleks dengan bentuk sederhana. Lapangan tersebut berfungsi sebagai tempat olahraga warga Belanda.
Markas PSIM Yogyakarta, klub kesayangan warga kota
Lapangan Kotabaru baru dibangun menjadi stadion sepak bola pada tahun 1937. Inisiatornya adalah Jogja Voetbalbond (pra PSIM) dan pendanaanya mendapat bantuan dari Keraton Yogyakarta. Pembangunan stadion ini menghabiskan biaya 9.000 gulden.
Stadion tersebut bernama “Stadion Bijleveld”, terinspirasi dari nama gubernur Belanda di Yogyakarta (menjabat 1934-1939), Johannes Bijleveld. Dia adalah seorang penggemar olahraga dan banyak melakukan renovasi sarana olahraga.
Stadion Bijleveld memiliki fasilitas tribun berkapasitas 600 kursi dengan atap peneduh, ruang ganti pemain, dan toilet. Peresmian stadion ini terjadi pada 28 Januari 1938 oleh Sultan Hamengkubuwono VIII dengan sajian pertandingan persahabatan antara klub Yogyakarta melawan klub Solo.
Bijelveld Stadion kemudian menjadi markas dari Voetbal Bond Djokja en Omstreken, klub sepakbola Belanda di Yogyakarta dan PSIM (stadion Bijelveld menjadi Kridosono) sebelum berpindah ke stadion Mandala Krida di era 90-an.
Kendati sudah pindah markas, Stadion Kridosono masih mengiringi perjalanan PSIM Yogyakarta. Mulai dari menjadi tempat pengambilan tiket untuk laga yang akan berlangsung di St. Mandala Krida sampai menjadi tempat menggelar seleksi pemain asing.
Baca halaman selanjutnya…
Sejarah yang terancam punah
Sejarah yang terancam punah
Saat menelusuri berita atau arsip terkait Stadion Kridosono, kami menemukan konten liputan jurnalistik menarik dari Garis Tengah Football. Dari sana, benang kusut sedikit terurai. Ketidakpastian status menjadi salah satu sebab stadion ini tak terurus.
Dahulu, PSIM sempat mengelola stadion ini sebelum hak tersebut Perpani Yogyakarta mencabutnya per 1 Mei 1983. Setelah itu muncul wacana perbaikan Stadion Kridosono. Sayangnya, wacana tersebut urung terlaksana lantaran adanya perdebatan antara Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY dengan Dinas Kebudayaan DIY. Dinas Kebudayaan DIY menganggap stadion ini tidak memenuhi kriteria bangunan cagar budaya yang diatur Undang-Undang.
Stadion Kridosono bak hidup segan mati tak mau. Bangunannya masih berdiri di jantung kota, namun tua dan ringkih. Tak ada lagi gairah sepak bola. Lebih sering jadi tempat konser dan acara politik ketimbang olahraga. Sempat juga ada wacana untuk mendirikan mal di lahan stadion ini. Lalu yang terakhir, hendak dipugar Pemkot jadi ruang terbuka hijau pada 2021. Namun, sampai artikel ini terbit belum ada keterangan lebih lanjut kapan waktu itu tiba. Stadion Kridosono tersayang, stadion yang malang.
Penulis: Iradat Ungkai
Editor: Purnawan Setyo Adi
BACA JUGA 3 Stadion di Jogja yang Bisa Dipakai buat Fun Football
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News