Menelusuri Asal-usul Keraton Yogyakarta pada Gundukan Setinggi 10 Meter, Lokasinya di Sleman

asal usul kraton yogyakarta mojok.co

Gunung Gamping (bksdajogja.go.id)

MOJOK.CO – Sebuah gundukan setinggi 10 meter yang berada di wilayah Sleman, dipercaya menjadi cikal bakal berdirinya Keraton Yogyakarta. Lokasinya tak jauh dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), sekitar 10 menit berjalan kaki.

Secara administratif, lokasi gundukan tersebut terletak di Ambarketawang, Gamping, Sleman. Masyarakat setempat menyebut gundukan tersebut dengan nama Gunung Gamping. Memiliki sebutan demikian karena gundukan tersebut memang berwujud batu kapur, yang dalam bahasa Jawa memiki nama lain, “gamping”.

Dahulu, gunung ini menjulang tinggi. Namun, karena terus mengalami pengerukan untuk memenuhi kebutuhan industri kapur pada masa kolonial Hindia Belanda, ia makin habis dan kini hanya tersisa seperti gundukan saja. Lantas, mengapa gundukan ini jadi cikal bakal berdirinya Keraton Yogyakarta yang kita kenal sekarang ini?

Bahan bangunan Keraton Yogyakarta

Melansir Monolit Yogyakarta (2017) yang Balai KSDA Jogja terbitkan, keberadaan Gunung Gamping menjadi penting bagi asal-usul Keraton Yogyakarta karena dua hal. Pertama, bahan bangunan keraton berasal dari sini. Dan kedua, sambil menunggu pembangunan selesai, lokasi ini menjadi “keraton sementara”.

Singkatnya, setelah adanya Perjanjian Giyanti (1755), Kerajaan Mataram dibagi menjadi dua: Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Jogja. Pangeran Mangkubumi sebagai pemimpin pertama Kesultanan Jogja saat itu belum mempunyai keraton sebagai pusat pemerintahan.

Ia pun berencana membangun keraton, yang hari ini menjadi Keraton Yogyakarta seperti yang kita kenal. Namun, sebelum pembangunan keraton selesai, pada 9 Oktober 1755 ia memerintahkan Adipati Jayaningrat untuk membuat pesanggrahan atau keraton sementara di suatu tempat yang bernama Ambarketawang

Dari Pesanggrahan Ambarketawang inilah, Mangkubumi menjalankan pemerintahannya. Bahkan, bahan bangunan untuk pembangunan keraton sebagian besar berasal dari Pesanggrahan Ambarketawang ini—yang dahulu memang berupa bukit kapur.

Bukit kapur itulah yang kini menjadi Gunung Gamping seperti yang kita kenal sekarang.

Halaman selanjutnya…

Masih jadi petilasan Sultan

Masih jadi petilasan Sultan

Setahun berselang, tepatnya pada 7 Oktober 1756, pembangunan keraton yang baru telah rampung. Pangeran Mangkubumi pun akhirnya boyongan dari Pesanggrahan Ambarketawang ke Keraton Yogyakarta dan menjalankan pemerintahannya dengan gelar baru, Sri Sultan Hamengku Buwono I. Tiap 7 Oktober sendiri diperingat sebagai hari jadi Kota Jogja.

Meskipun sudah Sultan tinggalkan, Pesanggrahan Ambarketawang ini masih punya fungsi lain. Misalnya, beberapa catatan menyebut pada masa Perang Diponegoro (1825-1830), Pesanggrahan Ambarketawang masih tetap menjadi salah satu pesanggrahan kagungan dalem (milik raja) di antara pesanggrahan-pesanggrahan di sekitar Keraton Yogyakarta seperti Ambarukmo, Ambarbinangun, dan lain-lain.

Bahkan, versi paling melegenda menyebut bahwa Gunung Gamping di dekat Pesanggrahan Ambaketawang menjadi lokasi Sultan untuk bertapa. Dari ketinggian, konon Sultan bisa lebih jelas melihat lanskap kekuasaannya sekaligus mempertimbangkan keputusan-keputusan penting.

Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Menelisik Sejarah Pasar Beringharjo yang Sudah Jadi Tempat Transaksi Sejak Masih Berupa Hutan Belantara
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version