Melacak Desa Tertua di Wonogiri yang Sudah Ada Sebelum Era Majapahit

Melacak Desa Tertua di Wonogiri yang Sudah Ada Sebelum Era Majapahit MOJOK.CO

Ilustrasi salah satu desa di Wonogiri Photo by Irgi Nur Fadil on Unsplash

MOJOK.CODesa tertua di Wonogiri ternyata telah ada sejak masa Mataram Kuno atau jauh sebelum era Majapahit. Bahkan, desa-desa ini tergolong istimewa karena bebas dari pajak kerajaan saat itu.

Penemuan Prasasti Telang di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo wilayah Kelurahan Wonoboyo, Wonogiri, 17 Juli 1933 menjadi bukti adanya jejak peradaban Mataram Kuno di kota gaplek tersebut.

Prasasti yang menunjukkan angka tahun 904 Masehi itu menyebutkan nama tiga desa di tepian timur Sungai Bengawan Solo sebagai wilayah perdikan Kerajaan Mataram Kuno. Desa itu adalah Desa Telang, Desa Mahe, dan Desa Paparahuan.

Dengan demikian, usia ketiga desa tersebut lebih tua dari Kerajaan Majapahit yang baru muncul sekitar abad ke-13.

Ada di mana letak desanya sekarang?

Saat ini, nama ketiga desa itu sudah tidak ada ada lagi. Lokasinya pun masih menjadi misteri. Namun, sejumlah arkeolog telah mencoba melacak letak desa tertua tersebut yang mereka percaya berada di Kabupaten Wonogiri.

Salah satunya adalah tim peneliti dengan pimpinan seorang arkeolog asal Belanda, WF Stutterheim. Mereka pernah mengklaim bahwa Desa Paparahuan terletak di sebelah barat Gunung Gandul, Wonogiri, karena di sana terdapat dusun bernama “Praon”. Kata “Paparahuan” dan “Praon” punya arti yang sama, yakni merujuk pada kata “perahu”.

Namun, temuan ini memunculkan keraguan. Titi Surti Nastiti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional menyebut, ia tak menemukan dusun bernama Praon di sebelah barat Gunung Gandul saat timnya meneliti wilayah tersebut pada 2008 lalu.

Pun, jika pun pendekatan yang Stutterheim pakai adalah lewat “pencocokan nama”, di Wonogiri terdapat dua dusun yang namanya punya unsur perahu. Antara lain Dusun Kedungprahu di Desa Pare, Kecamatan Selogiri dan Dusun Kedungprahu di Desa Karanglor, Kecamatan Manyaran.

Sayangnya, kedua dusun tersebut berada di dataran tinggi. Dengan demikian, dua lokasi ini diragukan sebab Paparahuan adalah desa pinggiran sungai.

Baca halaman selanjutnya…

Alasan kuat mengapa desa tertua di Wonogiri ada di Wonoboyo

Alasan kuat mengapa desa tertua di Wonogiri berada di Wonoboyo?

Sementara Nastiti bersama tim arkeolognya justru mengklaim bahwa lokasi Desa Paparahuan berada di Situs Wonoboyo, Dusun Jatirejo, Kelurahan Wonoboyo, Wonogiri. Hal ini ia ungkap dalam penelitiannya berjudul “Situs Wonoboyo di DAS Bengawan Solo, Wonogiri: Identifikasi Desa Paparahuan Dalam Prasasti Tlang (904 M)” yang terbit pada 2016 lalu.

Nastiti menjelaskan, prasasti itu menceritakan tentang Ratu Mataram Kuno, Dyah Balitung. Ratu tersebut tengah melaksanakan nazar dari raja yang disemayamkan di Sastarangga untuk membuat tempat penyeberangan. Letak penyeberangan itu ada di Desa Paparahuan, dengan dua perahu dan dua perahu cadangan.

“Tempat penyeberangan itu untuk penduduk desa yang akan menyeberangi Bengawan Solo. Mereka tidak perlu membayar untuk menyeberangi tempat itu. Untuk pembiayaannya maka Desa Telang, Desa Mahe, dan Paparahuan yang termasuk wilayah Huwusan menjadi perdikan [wilayah bebas pajak],” tulis penelitian tersebut, dikutip Jumat (8/9/2023).

Atas pertimbangan itu, ia memaparkan Situs Wonoboyo di Dusun Jatirejo, Wonogiri sangat mungkin merupakan Desa Paparahuan. Sebab, selain terletak di tepi Sungai Bengawan Solo, lokasi itu strategis untuk menjadi tempat penyeberangan yang menghubungkan dua wilayah di kedua sisi sungai.

Menurut Nastiti, sampai pada 1934, masih ada kegiatan penyeberangan ternak dengan perahu di Dusun Jatirejo, Wonogiri. Ternak tersebut merupakan komoditas yang diperjualbelikan saat hari pasaran. Saat ini penyeberangan tersebut sudah tidak ada.

“Jika melihat Situs Wonoboyo, lebih tepat jika diidentifikasikan dengan Desa Paparahuan dibandingkan dengan Dusun Kedungprahu, Desa Pare, dan Dusun Kedungprahu, Desa Karanglor [Manyaran] yang berada di dataran tinggi dan tidak mempunyai transportasi sungai,” jelasnya.

Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Menelusuri Jejak Masa Kecil Soeharto di Wonogiri

Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

 

Exit mobile version