MOJOK.CO – Di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, terdapat sebuah bangunan masjid tua yang diperkirakan sudah berusia enam abad atau 600 tahun. Bahkan, konon usia masjid ini lebih tua dari Masjid Agung Demak. Pernah jadi tempat persembunyian Pangeran Sambernyawa.
Nama bangunan masjid tua ini adalah Masjid Tiban. Lokasinya berada di Dusun Wonokerso, Desa Sendangrejo, Kecamatan Baturetno, dua jam perjalanan dari pusat kota Wonogiri.
Bangunan seluas 6×7 meter ini unik karena masih mempertahankan bentuk aslinya yang terbuat dari kayu jati. Hanya ada sedikit renovasi untuk menjaga agar bangunannya tak ambruk.
Sejak 2011, Masjid Tiban telah menjadi cagar budaya dan dilindungi UU No. 11 Tahun 2011 tentang Cagar Budaya. Meski demikian, masjid ini masih menjalankan fungsi utamanya sebagai tempat ibadah warga setempat.
Persinggahan para wali
Cukup sulit untuk menelusuri secara pasti kapan Masjid Tiban berdiri karena tak adanya sumber tertulis, berupa prasasti, misalnya. Namun, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah memprediksi masjid ini sudah ada sejak 1479 Masehi.
Berdasarkan keterangan pengelola Masjid Tiban, tempat ibadah ini konon berawal saat para wali sedang mencari kayu untuk membangun Masjid Demak. Kala itu, para wali menelusuri Sungai Bengawan Solo untuk menemukan jenis kayu terbaik.
Wonogiri sendiri—yang kala itu masih berupa hutan—memang terkenal sebagai penyedia kayu jati dengan kualitas terbaik.
Sayangnya, setelah jauh menempuh perjalanan ke selatan, kelompok yang dipimpin Sunan Kalijaga ini belum menemukan jenis kayu yang pas. Akhirnya, mereka memutuskan untuk membikin persinggahan di tengah hutan untuk beribadah dan beristirahat.
Dalam tempat persinggahannya ini, Sunan Kalijaga kemudian bermujahadah, meminta petunjuk kepada Tuhan untuk diperlihatkan kayu yang cocok untuk membangun Masjid Demak.
Setelah beberapa hari, Sunan Kalijaga mendapat pencerahan. Mereka pun meninggalkan persinggahannya tersebut, yang kelak menjadi cikal bakal Masjid Tiban.
Tempat sembunyi Pangeran Sambernyawa
Setelah para wali meninggalkan, bangunan masjid itu tertutup oleh semak belukar hutan. Selang ratusan tahun kemudian, atau sekitar 1741 Masehi, Raden Mas Said atau orang mengenalnya sebagai Pangeran Sambernyawa menemukan bangunan tersebut.
Ceritanya setelah Mataram terpecah menjadi Yogyakarta dan Surakarta, Pangeran Sambernyawa (yang kelak jadi Mangkunegara I) bergerilya melawan pasukan VOC. Terdesak, ia bersama pasukannya pun akhirnya berlari ke arah selatan.
Saat sedang bersembunyi, pasukannya dikejutkan dengan adanya bangunan yang tersembunyi dalam semak-semak tengah hutan. Mereka pun menjadikan bangunan ini sebagai tempat bersembunyi.
Belakangan Pangeran Sambernyawa baru menyadari bahwa bangunan itu merupakan sebuah masjid. Saat keadaan sudah kondusif, Pangeran Sambernyawa memutuskan untuk membabat alas dan merawat masjid ini.
Berdasarkan beberapa sumber, nama “Masjid Tiban” sendiri berasal dari rasa terkejut Pangeran Sambernyawa. Istilah tiban merupakan kata dalam bahasa Jawa yang berarti “jatuh tiba-tiba” atau “jatuh dari langit”, sebab pasukan tersebut merasa masjid itu seperti tiba-tiba berdiri di tengah hutan.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Menelusuri Betal Lama, Desa Mati di Wonogiri yang Muncul Saat Musim Kemarau
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News