MOJOK.CO – Tes usia mental belakangan viral di media sosial. Banyak warganet yang membagikan hasil dari kuis daring yang menunjukkan berapa usia mental mereka jika dibandingkan dengan usia aslinya. Menanggapi itu, psikolog Muflihah Fahmi memberikan beberapa pandangannya.
Menurutnya, istilah usia mental memang dikenal dalam disiplin ilmu psikologi. Usia mental atau mental age biasanya diukur pada tes IQ dengan alat ukur bernama Weschler Intelligence Scale for Children (WISC) untuk anak-anak dan Wechsler Adult Intelegent Scale (WAIS) untuk orang dewasa.
Namun, Muflihah menekankan bahwa tes untuk menentukan usia mental dalam psikologi melalui alat ukur tadi dilakukan secara lebih detail dan tidak sembarangan. Dalam disiplin ilmu psikologi dikenal istilah psikometri yakni teori dan teknik pengukuran secara psikologis.
“Cuma pengukuran psikologi itu ada metode dan caranya, ada tahapan yang harus diikuti, ada dasar teori, indikator, dan item. Itemnya itu bahkan dites, diuji coba apakah bahasanya sudah dipahami atau belum,” ujarnya saat dihubungi Mojok, Jumat (15/7).a
Ia menambahkan bahwa tes usia mental yang beredar di media sosial baiknya hanya digunakan sebagai hiburan saja. Ia juga menyoroti bahasa yang digunakan dalam pertanyaan kuis, jika itu terjemahan, maka seharusnya bahasa terjemahan harus diuji lagi agar bisa dipahami secara baik.
“Di psikologi misal di luar negeri ada tes yang sudah digunakan dan mau dipakai di Indonesia, proses terjemahannya itu juga akan diuji cobakan. Ada proses adaptasi tes. Adaptasi itu perlu divalidasi lagi dengan proses yang jangka panjang,” tambahnya sosok yang kerap mengkampanyekan isu kesehatan mental ini.
Tes usia mental yang beredar di media sosial bisa diakses melalui https://www.arealme.com/mental/id/. Anda akan diarahkan untuk mengisi kolom umur secara opsional. Kemudian ada opsi untuk memulai dan akan muncul sejumlah pertanyaan. Setelah semua pertanyaan dijawab, akan muncul keterangan usia umur.
Situs web tersebut tidak memberikan penjelasan secara pasti mengenai metode yang digunakan untuk membuat pertanyaan maupun memberikan kesimpulan. Arealme.com hanya menyebutkan apabila tes usia mental itu berasal dari Jepang.
Mengapa banyak orang yang menggandrungi
Banyak orang yang tertarik untuk melakukan berbagai jenis tes kepribadian yang beredar di internet. Tak hanya tes usia mental saja, ada sejumlah jenis tes lain yang kerap dibagikan pengguna media sosial. Menurut Muflihah, ada sejumlah faktor yang melatarbelakangi hal tersebut, salah satunya tentang keraguan terhadap diri sendiri.
“Kadang kita ragu dengan diri sendiri, tentang identitas kita. Apakah benar kita karakternya begini atau begitu. Kalau menyimpulkan sendiri takutnya kita sekadar mengklaim. Jadi kuis seperti ini gini seolah memvalidasi, makanya kita jadi senang,” jelasnya.
Kuis kepribadian semacam itu, menurut Muflihah, kebanyakan disukai oleh orang yang belum mengenal dirinya. Biasanya kalau orang yang sudah mengenal dirinya lebih cuek terhadap hal semacam itu.
Psikolog lulusan Universitas Gadjah Mada ini juga punya pendapat bahwa fenomena ini ada hubungannya dengan budaya yang mengedepankan hal-hal yang berada di luar diri kita. Jarang ada kesadaran untuk menyadari emosi diri dan apa yang kita rasakan. Sehingga banyak orang yang kurang mengenal diri sendiri.
“Contohnya kalau ada anak nangis itu pasti disuruh diam, demi menjaga harmoni sosial, jadi kita cenderung kurang ada ruang dan kesempatan untuk mengenal diri sendiri. Maka ketika ada tools [semacam tes kepribadian] yang menunjukkan cara melihat sesuatu tentang diri kita, maka jadinya terasa ‘wah’ sekali,” ujarnya.
Reporter: Hammam Izzudin
Editor: Purnawan Setyo Adi