MOJOK.CO – Sarana transportasi melalui jalur sungai pernah berjaya di Indonesia. Namun karena berbagai faktor angkutan sungai kini terpinggirkan. Padahal lanskap kepulauan Indonesia memiliki banyak aliran sungai yang potensial untuk dikembangkan.
Pernah ada masa angkutan sungai menjadi primadona di Indonesia. Hal ini tak mengagetkan karena sungai memiliki sejarah yang panjang dalam peradaban manusia. Misalnya pada zaman Kerajaan Majapahit dan Sriwijaya, Sungai Bengawan Solo dan Sungai Musi berkembang menjadi jalur perdagangan dan transportasi yang penting.
Namun kejayaan ini memudar seiring perkembangan zaman. Moda transportasi yang menggunakan jalur sungai perlahan mulai ditinggalkan masyarakat. Ada beragam faktor yang menjadikan sungai tak lagi jadi jalur transportasi.
Pertumbuhan jalan dan jembatan yang pesat di Indonesia dituding jadi penyebabnya. Selain itu kemudahan mendapatkan kepemilikan sepeda motor turut berpengaruh. Pun dengan perubahan kondisi sungai yang mengalami banyak pendangkalan dan penyempitan juga dinilai menyebabkan surutnya angkutan sungai sebagai salah satu sarana transportasi.
Meski begitu transportasi sungai masih banyak dibutuhkan oleh sebagian masyarakat di beberapa wilayah di Indonesia seperti di Kalimantan. Sungai Mahakam dengan panjang sekitar 920 km mampu dilewati kapal-kapal kecil maupun besar dan jadi jalur tranportasi yang esensial.
“Disamping dilalui kapal-kapal kecil [Sungai Mahakam] juga dilalui kapal tongkang pengangkut batu bara,” ujar Ir. Ikaputra, M. Eng.,Ph. D, Kepala Pusat Studi Transportasi dan Logistik (PUSTRAL) UGM, pada webinar nasional dengan topik “Revitalisasi Sungai sebagai Moda Transportasi di Indonesia”, Rabu (8/9/2022).
Lebih jauh lagi, Ikaputra menuturkan angkutan sungai memiliki berbagai kelebihan, seperti biaya yang relatif murah dengan kapasitas angkut yang besar. Transportasi sungai juga memiliki peluang besar untuk dikembangkan sebagai objek pariwisata.
“Meski begitu, angkutan sungai ini juga memiliki berbagai kelemahan diantaranya seperti ketergantungan pada kondisi fisik, terkait alur dan kedalaman, kecepatan yang relatif rendah dan kurangnya konektivitas dengan moda lain,” ucapnya.
Sementara itu, Dr. Adhy Kurniawan, S.T. selaku narasumber lain dalam webinar tersebut menyampaikan bahwa kejayaan Indonesia dalam bidang transportasi sungai mulai memudar seiring semakin berkembangnya moda transportasi darat, kereta api dan udara.
Padahal, Indonesia menurutnya memiliki potensi untuk mengembangkan lebih maju angkutan sungai karena sebagai negara kepulauan memiliki lebih dari 13 ribu pulau dan memiliki lebih dari 5900 Daerah Aliran Sungai (DAS). Belum lagi ribuan kilometer panjangnya sungai. Banyak sungai besar yang berpotensi dapat dilayari, seperti di Pulau Kalimantan, Papua, Sumatera dan wilayah lainnya.
“Sebenarnya angkutan sungai memiliki berbagai kelebihan seperti biaya yang murah, kapasitas angkut besar, dan biaya kompensasi terhadap kerusakan lingkungan relatif kecil. Meski begitu terdapat berbagai kekurangan seperti lokasi, kondisi hidraulis sungai dan morfologi sungai,” terangnya.
Sayangnya besarnya potensi yang dimiliki dihadapkan pada sejumlah permasalahan. Permasalahan tersebut diantaranya adanya kompetisi dengan moda yang lain seperti jalan yang sejajar dengan sungai, pembangunan jembatan yang tidak mempertimbangkan ruang bebas di sungai, fasilitas prasarana sandar dan tambat sungai yang masih belum memadai, dan mahalnya biaya Operasi Pemeliharaan Anjir sebagai penghubung antar sungai.
Adhy menandaskan bahwa angkutan sungai di Indonesia saat ini masih sangat potensial untuk bisa dikembangkan. Pengembangan dapat dilakukan secara terintegrasi dan bisa bersaing dengan moda transportasi lainnya.
“Semua dapat dilakukan dengan penataan kembali sistem sungai dan navigasi. Untuk itu diperlukan adanya sinergi antara pemerintah pusat dan daerah, serta masyarakat untuk bersama-sama menghidupkan kembali kejayaan angkutan sungai di masa lampau,” pungkasnya.
Sumber: ugm.ac.id
Editor: Purnawan Setyo Adi
BACA JUGA Mereka yang Hidup di Bantaran Sungai Jogja